Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Live Again
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian 1

1 INT. RUMAH RENATA - KAMAR WATI - MALAM

FX: Hujan deras disertai petir.

Kita melihat, di dalam kamar yang begitu sederhana itu, terdapat satu lemari pakaian dan satu lemari kecil yang berdiri di samping tempat tidur.

Kondisi kamarnya agak polos, hanya memiliki satu lukisan bunga bergaya tempo dulu yang menghiasi dinding. Dan di atas lemari kecil itu, ada sebuah vas bunga putih bermotif DAUN BUNGA SAKURA, berisikan beberapa tangkai bunga hidup.

Di situ juga terpajang FOTO MASA KECIL Renata bersama, Wati, ibunya dan Rukman, ayahnya. Tempat tidur Wati tampak terbungkus oleh kelambu. Renata terlihat duduk di sebuah kursi—di samping tempat tidur Wati, sembari memegang tangan Wati. Wati sedang terbaring sakit di tempat tidurnya.

RENATA

(murung)

Bu, sudah sebulan Bapak tidak pulang.

WATI

Nggak usah pikirkan Bapakmu itu, Nak, pikirkan saja kuliah dan kerjaanmu.

RENATA

Bapak jahat, Bu. Ninggalin kita hutang.

Wati sejenak diam.

RENATA

Dari mana aku nyari uang segede itu, Bu? Buat makan saja kita susah. Belum lagi, biaya kuliah aku dan obat-obatan Ibu.

Renata menundukkan kepala.

RENATA

(sedih)

Aku cuma pegawai di pabrik roti, gajiku nggak cukup, Bu.

Wati menggenggam erat tangan Renata.

WATI

Sudah, Nak...kita serahkan semuanya pada Tuhan, semoga Tuhan menunjukkan jalan keluarnya.

Renata mengangguk pelan.

WATI

Pergilah tidur, besok kamu harus kuliah, siang juga kamu harus kerja.

Renata tersenyum lalu mencium kening Wati.

RENATA

Aku balik ke kamar ya, Bu?

Wati mengangguk.

RENATA

Selamat malam.

WATI

Malam, nak.

Renata segera beranjak meninggalkan kamar Wati. Tampak wajah Wati berusaha menahan sedih memandangi Renata.

FADE IN:

MONTAGE:

1 Renata masih terlelap di tempat tidurnya. Tiba-tiba ayam berkokok, Renata terbangun. Renata mengambil Hp-nya dan menyalakannya sembari mengucek matanya. Renata melihat, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Renata turun dari tempat tidurnya dan merapat ke jendela. Renata membuka tirai penutup jendela, seketika cahaya matahari pagi menyinarinya. Renata keluar dari kamarnya.

2 Renata masuk ke kamar Wati, mengambil pispot di bawah tempat tidurnya, kemudian keluar dari kamar Wati.

3 Renata berjalan menuju ke toilet.

4 Renata membersihkan pispot.

5 Renata keluar dari toilet sehabis membersihkan pispot.

6 Renata berjalan kembali menuju ke kamar Wati, menenteng pispot itu.

7 Renata masuk ke kamar Wati, menaruh pispot itu pada tempatnya dan sekilas memandang Wati yang masih tidur.

8 Renata keluar dari kamar Wati.

10 Renata berjalan menuju ke kamar mandi.

11 Renata menyikat gigi, setelah itu dia mandi.

12 Renata keluar dari kamar mandi, setelah selesai mandi.

13 Renata berjalan menuju ke kamarnya sambil mengelap-ngelap rambutnya.

14 Renata memilih-milih pakaian yang ada di dalam lemari.

15 Renata keluar dari kamarnya sehabis berganti pakaian.

16 Renata berjalan menuju ke dapur.

17 Renata memasak bubur. Setelah buburnya matang, Renata menuangkan bubur itu di piring yang terdapat sendok. Renata mengambil seceret air putih bersama piring berisi bubur itu, lalu keluar dari dapur.

18 Renata berjalan menuju ke kamar Wati membawa seceret air putih dan sepiring bubur.

19 Renata meletakkan bubur itu di atas lemari kecil di sebelah tempat tidur Wati.

MONTAGE SELESAI

RENATA

Bu, ini buburnya, dimakan.

Renata melihat, Wati masih tertidur.

RENATA

(suara pelan)

Aku pergi dulu, Bu.

Renata mencium kening Wati dan keluar dari kamar.

2 EXT. JALAN UMUM - PAGI

Renata berjalan menuju ke terminal angkot melewati orang-orang yang mulai beraktivitas di jalanan dan di halaman rumah. Perjalanannya sedikit jauh. Dan setelah sampai di terminal, Renata segera naik ke mobil angkot bersama beberapa penumpang yang hendak pergi ke pasar.

3 EXT/INT. MOBIL ANGKOT - JALAN RAYA - PAGI

Mobil berjalan. Renata memilih untuk duduk di ujung dengan menampakkan wajahnya yang tenang.

TITLE:

"LIVE AGAIN"

CUT TO:

4 EXT. DEPAN GERBANG KAMPUS - PAGI

Kita melihat, Renata akan memasuki halaman kampus; Memey menyahut dari belakang.

MEMEY (O.S.)

Ren!

Renata menoleh ke belakang; Memey melambaikan tangan dengan senyuman. Memey adalah sahabat satu-satunya Renata di kampus.

RENATA

(sedikit cemberut)

Gue kira lo nggak akan masuk kampus hari ini.

Memey merangkul bahu Renata sambil berjalan masuk ke halaman kampus.

MEMEY

Siapa bilang?

RENATA

Gue.

MEMEY.

(jutek)

Asal.

RENATA

(melirik)

Emang lo nggak ada niat buat kuliah.

MEMEY

Lo mau gue jadi bego?


RENATA

(bercanda)

Udah bego dari dulu.

MEMEY

Sembarangan lo ngomong.

Mereka berdua tertawa bersama menuju ke dalam kampus.

DISSOLVE TO:

5 INT. PABRIK ROTI - SIANG

Kita melihat, Renata dan semua karyawan di pabrik roti yang berpakaian lengkap, mereka sibuk bekerja dengan giat mengolah roti.

CUT TO:

6 EXT. PINGGIRAN JALAN RAYA - SORE MENJELANG MALAM

Kita melihat, Renata membeli sebungkus bubur ayam, sate ayam dan gorengan pada penjual jajanan pinggir jalan. Selesai membeli, Renata merapat ke pinggir jalan raya, menunggu mobil angkot lewat. Renata memberhentikan mobil angkot yang datang mendekat. Mobil angkot menepi, Renata segera naik dan mobil angkot itu langsung berjalan pergi.

CUT TO:

7 EXT. TERMINAL ANGKOT - SORE MENJELANG MALAM

Renata turun dari mobil angkot dan membayar pada supir. Selesai membayar, Renata terus berjalan pulang.

8 INT. RUMAH RENATA - RUANG TENGAH - MALAM

Renata melepas tasnya dan duduk bersandar di kursi panjang. Renata meletakkan makanan yang dia beli di atas meja. Renata terlihat lelah sambil membuang napas pendek dan memandang ke atas. Renata memandangi lampu. Seketika matanya hampir tertutup. Renata menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan kantuk.

RENATA

(teringat)

Ibu?

Renata cepat-cepat mengambil makanan yang dia beli dan beranjak ke kamar Wati.

KAMAR WATI --

Renata perlahan membuka pintu kamar Wati. Renata melihat, Wati sedang tidur. Renata melangkah pelan ke arah lemari kecil, untuk memeriksa piring yang berisi bubur. Piring itu ternyata sudah kosong. Renata lalu duduk di samping Wati.

RENATA

(lembut memanggil)

Bu?

Wati tak merespons.

RENATA

(menggoyangkan perlahan lengan Wati)

Ibu?

Wati juga belum merespons. Karena merasa khawatir, Renata lekas menggoyang-goyangkan tangan Wati.

RENATA

Ibu! Ibu!

Mendadak, Wati terbangun. Renata tampak lega sembari membuang napas pendek.

WATI

Baru pulang, Nak?

RENATA

Iya, Bu. Belum lama. Aku sempat khawatir, Ibu nggak sadar.

WATI

Ibu hanya ketiduran, Nak.

Wati menyungging senyum. Wati kemudian terbatuk.

RENATA

Ibu nggak apa-apa?

Wati menggeleng.

WATI

Nggak.

Wati menyungging senyum lagi dan kembali terbatuk.

RENATA

(khawatir)

Bu, mending kita periksa ke rumah sakit. Aku takut, penyakit Ibu... (beat) aku pesan taxi online.

Renata mengambil HP-nya dari saku celana. Seketika, Wati memegang tangan Renata.

Beat.

WATI

Nggak usah, Nak. Ibu nggak apa-apa.

Renata memandang Wati dengan wajah sedih.

RENATA

Bu.

WATI

Ibu sudah bilang, Ibu nggak apa-apa.

RENATA

(memastikan)

Bener?

WATI

(mengangguk)

Iya.

Wati menyungging senyum tipis.

RENATA

Bu, ini aku beli bubur ayam kesukaan Ibu dan gorengan. Ibu makan, ya?

Wati mengangguk.

RENATA

Aku ambil piring dulu.

Renata keluar dari kamar Wati.

CUT TO:

DAPUR --

Renata mengambil piring, sendok dan seceret berisi air putih masak. Renata kemudian keluar dari dapur.

BACK TO:

KAMAR WATI --

Renata membuka pintu kamar dan merapat ke lemari kecil. Renata menaruh ceret di atas lemari kecil. Renata menuangkan bubur ayam yang dia beli ke dalam piring yang terdapat sendok, lalu menyuapi Wati dengan senyuman.

RENATA

Ibu harus makan banyak, biar cepat sembuh.

Wati melahap bubur ayam perlahan-lahan. Tiba-tiba, dari seberang, terdengar keributan.

FX: Pertengkaran mulut.

WATI

Siapa ya, Nak?

Renata menggeleng pelan.

RENATA

Nggak lama, Bu.

Renata meletakkan piring yang dia pegang itu di atas lemari kecil, lalu keluar dari kamar Wati.

RUANG TENGAH --

Renata merapat ke jendela dan mengintip ke luar.

CUT TO:

9 INT. TERAS DEPAN RUMAH SI MUS — MALAM.

Kita melihat, Meli, istri si Mus, marah-marah pada si Mus sembari menggendong anak mereka yang masih kecil. Anak mereka itu, menangis-nangis dengan kuat.

MELI

Sana! Urusin tuh judi! Nggak usah pulang-pulang! Biar kamu mampus di temapat judi.

Mus mematikan mesin motornya dan turun mendekati Meli.

MUS

(memegang bahu Meli)

Udah, udah, Mel, udah. Masuk.

MELI

(menyenggol)

Mas! Tiap hari kamu ngurusin judi...kamu nggak ada pedulinya sama aku dan anak kita, Mas!

MUS

(mencoba menenangkan)

Mel, kita selesain di dalam.

MELI

(teriak)

Nggak!

MUS

Mel, ini sudah malam, malu diliatin orang.

Kita melihat, sebagian warga mulai keluar dari dalam rumah, dan yang lain, sudah menonton dari halaman rumah mereka.

MELI

(teriak)

Aku nggak pusing, Mas!

Mus terlihat tidak tenang.

MELI

Kalo kamu malu, jangan buat aku marah, Mas! Anak ini butuh susu. Gaji kamu yang seminggu, hampir semuanya kamu buang di tempat judi. Kamu sadar nggak sih, Mas?!

MUS

(berusaha menenangkan)

Iya, iya, Mel aku tahu. Tenang dulu... duduk.

Meli hanya melengos, tak mau menuruti apa kata Mus. Sedangkan anak mereka masih terus menangis-nangis di pelukan Meli.

MUS

(bersungguh-sungguh)

Oke, oke. Aku janji, mulai sekarang, aku berhenti main judi.

Meli sejenak tak bicara. Dia lalu beranjak ke kursi panjang di sebelah pintu masuk. Mus mengikuti.

MUS

Mel, kasihan anak kita nangis terus... di luar dingin.

Meli tak mau bicara.

MUS

Aku janji nggak akan main judi lagi. Sumpah.

Mus mengambil sejumlah uang di kantung celananya.

Mus (CONT'D)

(membujuk)

Ini uang, buat beli susu.

Mus menaruh sejumlah uang itu di atas paha Meli.

MELI

Awas Mas, sampai kamu bohong! Kubawa anak ini di tempat kamu berjudi.

Mus terdiam sembari menyapu wajahnya. Meli mengambil uang tersebut, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan Para warga yang menonton dari halaman rumah mereka. Mus pun beranjak masuk sembari mengunci pintu depan.

CUT BACK TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar