Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Live Again
Suka
Favorit
Bagikan
12. Bagian 12

92 EXT. HALAMAN PARKIRAN PUB – DINI HARI

Kita melihat, Renata dan Memey sedang bersiap di depan motor untuk pulang. 

RENATA 

Mey, tadi gue sempat liat si Karjo. 

MEMEY 

Siape tuh Karjo? 

RENATA 

Cowo yang dulu pernah gue tolak sewaktu di SMA. Dia tinggal sekelurahan ama gue. 

MEMEY

Terus, apa hubungannya ama lo? 

RENATA 

Dia nyimpan dendam ke gue, Mey. 

MEMEY 

Dendam?

Renata mengangguk. 

MEMEY (CONT’D) 

 Karena lo nolak dia, gitu? 

RENATA

Iya, Mey. Gue takut. 

MEMEY 

Takut kenapa? 

RENATA 

Dia ngompor ke warga kalo gue kerja di tempat ginian.

MEMEY 

Laki kok tukang gosip? 

RENATA 

Lo belum taulah tu orang. Kalo dia mau, dia bisa bikin lo ditendang warga keluar dari kampung. 

MEMEY 

Parah amat tu orang. 

RENATA

Emang parah, Mey. Abangnya aja nggak mau berurusan sama dia. Apalagi gue yang dia benci. 

MEMEY

Udah...naik. Kita pulang. Semoga aja dia nggak liat lo di sini. 

Renata terlihat sedikit cemas dan langsung bergonceng di belakang Memey. Memey pun segera menjalankan motor. 

CUT TO :

93 INT. RUMAH RENATA – RUANG TENGAH – DINI HARI

Renata melepas tasnya dan duduk bersandar di kursi panjang sembari memandang ke atas. Renata menutup mata. 

JUMP CUT TO:

BEBERAPA JAM KEMUDIAN - - 

FX: Ayam berkokok. 

Renata terjaga di kursi panjang. Renata terlihat memegang leher belakangnya, wajahnya seperti menahan perih. Renata berusaha menggerakkan badannya dan berusaha membuka mata. Renata membuka layar Hp-nya. Kita melihat, jam menunjukkan pukul, 04:06. Renata mematikan layar Hp-nya dan beranjak menuju ke kamarnya. Renata sekilas melihat ke pintu kamar Wati, lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu. 

94 EXT. JALAN UMUM – SIANG

Kita melihat, Renata sedang berjalan pulang dari minimarket membeli cemilan. Bisa dilihat dari plastik yang Renata tenteng, yang bertuliskan nama sebuah minimarket. Dari depan Renata, muncul dua orang ibu-ibu. Dua ibu-ibu itu terlihat seperti jijik memandangi Renata. 

IBU #1

(mencibir sambil melirik tajam) 

Masih muda udah belajar jadi rusak! 

Renata terlihat kaget dan bingung. 

IBU #2

(mengendus) 

Tampang kayak perempuan baik-baik. Nggak tahu kerja gituan. Nggak malu, apa? 

Kedua ibu-ibu itu melewati Renata sambil terus menggerutu. Renata tak menggubris dan terus berjalan. Si Mus pun melewati Renata dengan mengendarai motor tanpa menegurnya. Renata tertunduk, memendam rasa malu. 

CUT TO:

95 INT. RUMAH RENATA – TERAS – SIANG

Baru saja Renata mengemil di kursi panjang, ibu-ibu lainnya terlihat melintas di jalan depan rumahnya sambil berbisik-bisik, tidak bagus ke arah Renata. Renata berhenti mengemil dan langsung masuk ke dalam rumah, menutup pintunya. 

CUT TO:

96 EXT. PINGGIR JALAN RAYA – MALAM

Kita melihat, ada seorang pengemis yang meminta-minta di pinggir jalan. 

RENATA 

(menepuk pundak) 

Mey, Mey, berenti dulu. 

MEMEY

Ngapain, Ren? 

RENATA 

Udah, berenti dulu di situ. 

Memey menepikan motornya tak jauh dari tempat si pengemis itu. Renata turun dari motor, menuju ke pengemis itu dan memberikan sedekah uangnya lalu kembali ke motor. Si pengemis itu TERSENYUM LEBAR.

RENATA

Jalan, Mey. 

Memey menjalankan motornya. 

CUT TO: 

97 INT. PUB – KAMAR MANDI – DINI HARI

Kita melihat, Renata sedang berdiri memeluk dada dan Memey sementara menghisap rokok. 

MEMEY

Jadi lo dicibir?

RENATA 

(mengangguk) 

Ya. Sedangkan bang Mus saja, nggak mau ngeliat muka gue. Gue kayak sampah di mata mereka. 

MEMEY

(emosi) 

Kurang ajar tu orang! Kalo dia kemari, lo bilang, gue mau hancurin pala dia pake botol! (membuang puntung rokok ke lantai dan menginjak)

RENATA 

Nggak usah, Mey. Lo di bui, siapa yang bantuin gue?

MEMEY

(mengusap pundak Renata) 

Iya. Udah. Lo cuekin aja tu orang-orang. Anggap aja mereka itu nggak ada. Kan, bukan mereka yang ngasih makan lo. Iya? 

Renata mengangguk. 

MEMEY (CONT'D)

Kenapa sih tu laki jadi kayak gitu? 

RENATA

Karena bapaknya. Dulu, saat gue masih SMA, gue selalu geliat bapak dan ibunya berantem di depan rumah mereka. Udah jadi pemandangan setiap hari, para warga pun sudah biasa. Dan bapaknya sering ngatain ibunya, pelacur. Itu membuat mentalnya terganggu. Sampai-sampai di sekolah, dia pernah ngefitnah guru laki-laki nya selingkuh dengan kepala sekolah. Akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah. Setelah bapak dan ibunya pisah, dia tinggal sama abangnya. Abangnya juga dia finah selingkuh dengan istri pak lurah, sampai ngebuat gempar satu kelurahan. Karena nggak nahan, abangnya ninggalin dia. Sesudah gue lulus SMA, gue liat, dia udah kerja di sebuah bengkel di kelurahan sebelah. Dan gue nggak nyangka, dia ngeliat gue kerja di sini. (membuang napas jenuh) 

MEMEY 

(berujar) 

Terkadang, orang tualah yang membuat kita jadi jahat dan sulit ngejalani hidup. Tapi kadangkala, kita sendiri yang nggak bisa ngedengerin orang tua kita dan jadi pembangkang. Itulah hidup bikin gue jadi pusing. Ah, udah. Yuk, kita ke depan, Ren...ngambil gaji kita yang seminggu. 

Memey segera berjalan keluar dan Renata mengikuti. 

CUT TO:

RUANGAN UTAMA - - 

Kita melihat, Burhan sedang menikmati minuman di meja bartender, dengan dua orang Waitress. Renata dan Memey mendekat. 

BURHAN

(mengambil amplop yang dia taruh di atas meja)

Memey, ini gajimu seminggu. 

MEMEY 

(mengambil amplop itu) 

Makasih, bos. 

BURHAN

(menatap dalam pada Renata)

Ren, ini gajimu. (memberikan) 

Saat Renata sudah memegang amplop itu, tiba-tiba Burhan menahan amplop tersebut. 

Beat. 

Wajah Renata terlihat tegang. Burhan tersenyum tipis, lalu melepaskan amplop itu.

RENATA 

(menundukkan kepala) 

Makasih, bos. 

BURHAN

Mulai berikut, tak ada lagi yang menolak, kalau saya ingin ditemani. Boleh begitu, Renata? 

RENATA 

(kaku) 

I-iya, bos. 

BURHAN 

Sudah...kamu dan Memey boleh pulang. Tapi kalau kalian mau, kalian bisa gabung...kita nyantai sampai pagi. 

MEMEY 

Makasih, bos, tapi saya dan Renata pulang aja. Capek bos, pengen istirahat. (nyegir) 

RENATA 

(nyambung) 

Iya, bos, saya juga capek. 

BURHAN 

Oke. Saya nggak bisa nahan...kalian bisa pulang sekarang. 

MEMEY

Saya dan Renata Permisi, bos. 

RENATA 

Permisi, bos. 

BURHAN

Ya. 

Renata dan Memey segera berjalan menuju pintu keluar. 

CUT TO:

98 INT. RUMAH RENATA – KAMAR RENATA – DINI HARI

Kita melihat, Renata duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil membuka amplop berisi gajinya seminggu. Renata melihat, gajinya lebih. Renata jadi bingung bercampur senang. 

CUT TO:

99 INT. RUMAH RENATA – KAMAR WATI – SIANG

Kita melihat, Renata sedang menemani Wati. 

RENATA

Bu, aku lupa bilang tadi pagi sebelum aku berangkat kuliah, kalo aku udah gajian tadi malam. 

WATI

(tampak senang) 

Kamu nabung ya, Nak? 

RENATA 

Iya, Bu. Aku udah nabung uangnya. 

WATI

Nak, apa sebulan gajimu cukup, untuk bayar hutang itu?

RENATA

Aku rasa bisa, Bu. Ditambah bonus setiap hari. Memey juga mau bantuin kita, Bu. 

WATI

Temanmu itu baik, Nak. Ibu ngucapin terima kasih. 

Renata tersenyum sembari memegang tangan Wati. 

WATI (CONT'D)

Ibu sudah bisa tenang sekarang. Ibu nggak akan khawatir lagi, rumah kita diambil orang. 

RENATA

Iya, Bu. 

WATI

Nak, kamu jangan dulu masuk kerja sebentar malam, ya? Ibu pengen kamu nemenin Ibu, kamu udah jarang temenin Ibu, sejak kamu dapat kerjaan malam. Kamu bisa kan, Nak? 

RENATA 

Iya, Bu. Aku nggak akan masuk kerja. Aku akan temenin Ibu.

WATI

Sekarang, kamu masakin Ibu lauk yang enak, Ibu mau makan nasi. 

RENATA

Ibu mau makan nasi? 

WATI

Iya, Nak. Kamu masakin yang enak ya? 

Renata mengangguk bahagia. 

RENATA

Aku ke pasar dulu, Bu, beli lauk, bumbu, ama sayuran. 

Wati mengangguk dan Renata beranjak menuju ke pintu keluar. 

CUT TO:

RUANG TENGAH - - 

Renata mengambil MANTEL HOODIE warna abu-abu di bangku dan memakainya. Sebelum membuka pintu masuk, Renata menutupi bagian kepalanya dengan penutup mantel lalu keluar. 

CUT TO:

100 EXT. PASAR – SIANG

Kita melihat, Sebuah pasar yang ramai di siang hari. Renata tampak sementara melihat-lihat dan membeli semua bahan untuk dimasak, di antara para pembeli yang berlalu-lalang dan para pedagang.

CUT TO:

101 INT. RUMAH RENATA – KAMAR WATI – SIANG

Wati terlihat sedang terbatuk-batuk berat dan menahan sakit di dadanya. 

102 EXT/INT. MOBIL ANGKOT – SIANG

Kita melihat, Renata duduk di bagian ujung, dengan barang belanjaan di sebelah kakinya. Renata memegang Hp-nya dan mengirim pesan pada Memey. 

_ _ _

CHAT WHATSAPP

Renata mengetik...

Renata: Mey, gue belum bisa masuk kerja ni malem. 

Pesan terkirim. Memey langsung membacanya. 

Memey sedang mengetik...

Memey: Kenape, Ren? 

Renata mengetik... 

Renata: Ibu gue minta gue buat nemenin dia semalam. Gue nggak bisa nolak, Mey. 

Memey sedang mengetik...

Memey: Oke, Ren. Lo temenin dulu Ibu lo. Nanti gue bilangin sama bos, lo nggak enak badan. 

Renata mengetik... 

Renata: Makasih, sist. 

Memey sedang mengetik... 

Memey: Oke, oke sist. Dah. 

Renata mengetik...

Renata: Dah. 

_ _ _

CHAT WHATSAPP BERAKHIR

_ _ _

Renata mematikan layar Hp-nya. 

CUT TO:

103 EXT. JALAN UMUM – SIANG

Renata berjalan dengan memakai mantel penutup kepala. Setiap warga yang berpapasan dengannya di jalan, selalu mencibir, ada pula yang mencibir Renata dari halaman rumah mereka. Tapi Renata hanya cuek saja seakan tidak terjadi apa-apa. Renata berusaha menanggung hinaan dan terus berjalan menuju ke rumahnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar