Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Live Again
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2

10 INT. RUMAH RENATA - RUANG TENGAH - MALAM

Renata menutup kembali tirai jendela dan kembali ke kamar Wati. Renata meneruskan menyuapi Wati.

RENATA

Bang Mus, Bu...sama tante Meli.

WATI

Berantem?

Renata mengangguk.

WATI

Pasti masalah judi.

RENATA

Aku dengar sih, gitu, Bu.

WATI

Judi memang racun pembunuh rumah tangga. Ibu selalu berdoa, supaya anak Ibu dikasih jodoh yang baik, nggak kayak Bapakmu.

Renata hanya tersenyum, sembari terus menyuapi Wati.

RENATA

Habisin, Bu.

FADE IN:

11 INT. RUMAH RENATA - DAPUR - PAGI

Kita melihat, Renata sedang memasak bubur.

FX: pintu depan diketuk beberapa kali.

COKRO (O.S.)

Selamat pagi!

FX: pintu depan terus diketuk.

COKRO (O.S.) (CONT'D)

Selamat pagi!

Renata mendengar ada yang mengetuk pintu depan dan menyahut.

RENATA

(mengerutkan dahi)

Siapa, ya?

Renata mematikan kompor dan segera membuka pintu. Setelah pintu dibuka, Renata terkejut. Kita melihat, Cokro, si rentenir bersama dua orang pria, sedang berdiri di depan pintu rumah Renata.

COKRO

Saya kira tidak ada orang.

RENATA

Silakan masuk.

Cokro masuk bersama dengan dua orang pria itu.

RENATA (CONT'D)

Silakan duduk, pak.

Cokro duduk dan dua pria tersebut berdiri di sampingnya. Renata duduk bersemuka dengan Cokro. Dia terlihat canggung.

COKRO

(senyum)

Bapakmu mana?

Renata menggeleng.

RENATA

Nggak ada pak, belum pulang.

COKRO

Belum pulang?

Cokro memajukan badannya.

COKRO (CONT'D)

(senyum mengintimidasi)

Kamu tahu kan, maksud setiap kedatangan saya di sini?

RENATA

Saya tahu, pak. Tunggu sebentar.

Renata beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke kamarnya. Di dalam kamar, Renata mengambil sejumlah uang dalam amplop di bawah tempat tidurnya, kemudian kembali menemui si Cokro dan menyerahkan uang itu.

RENATA (CONT'D)

(ragu-ragu)

Ini pak.

Cokro mengambilnya dan mengecek uang tersebut.

COKRO

Hutang Bapakmu masih banyak dan ini belum seberapa.

RENATA

Saya mohon maaf pak...untuk sekarang, hanya itu yang bisa saya berikan.

Cokro menyandarkan belakangnya. Dia memandangi wajah Renata sampai lutut Renata dengan sesama.

COKRO

Kamu sekolah?

RENATA

Kuliah, pak.

COKRO

(mengangguk pelan-pelan)

Oh... kamu masih muda. Anak kuliahan jaman sekarang, tentunya perlu uang setiap hari.

Cokro mengambil cerutu di dalam kantong sebelah kiri bajunya dan memasangnya dengan korek api.

COKRO (CONT'D)

(membuang asap di mulut)

Banyak kebutuhan.

RENATA

(membalas)

Saya bekerja sampingan di pabrik roti.

COKRO

Apa cukup? Hm?

RENATA

(memaksa)

Cukup.

Cokro melebarkan bibir sebelahnya sambil tersenyum menyepelehkan.

COKRO

Dek.

Cokro kembali memajukan badannya.

COKRO (CONT'D)

Jangan maksa. Masih ada jalan lain yang bisa melunasi semua hutang Bapakmu, tanpa harus kehilangan rumah kalian. Itu pun bila kamu suka.

RENATA

(penasaran)

Apa, pak?

Cokro menghisap cerutunya.

COKRO

Saling membutuhkan. Kamu senang...saya juga senang. Kita sama-sama saling untung.

Renata mengernyitkan dahi.

RENATA

Maksud anda?

COKRO

Kamu anak kuliahan, masa tidak tahu? Tidak mungkin teman kuliahmu semuanya anak baik.

Renata terlihat memikirkan sesuatu.

COKRO (CONT'D)

Apa kau sudah paham maksud saya?

Renata lalu menyadarinya.

RENATA

Jadi maksud anda, saya harus...

Renata tidak melanjutkan; wajahnya tegang.

12 TALKING HEAD COKRO

COKRO

(memajukan kepala)

Apa kamu mau?

Beat.

RENATA

(menolak)

Maaf, pak! Saya tidak bisa.

Cokro menarik badannya ke belakang.

COKRO

Saya sudah menawarkan jalan yang paling bagus untuk kamu tapi, kamu malah menolaknya.

RENATA

Saya bukan perempuan yang terlalu gampangnya, menjual tubuh saya karena uang. Bapak saya memang punya hutang besar pada anda...saya akan melunasinya, tapi tidak dengan cara seperti itu.

COKRO

Baiklah kalau begitu. Saya mungkin tidak akan berbaik hati lagi. Saya akan memberikan tambahan waktu, sebulan.

RENATA

(sedikit membelalak)

Sebulan, pak?

COKRO

Iya, sebulan.

Renata terlihat mulai gelisah dan panik.

COKRO (CONT'D)

Kalau kamu tidak bisa melunasi hutang Bapakmu itu tepat waktu, saya akan menyita rumah ini. Kamu dan ibumu harus keluar dari sini dan cari tempat tinggal baru.

RENATA

Pak saya mohon, tambahin lagi sebulan, pak. Saya janji, pasti saya melunasinya tepat waktu.

COKRO

Kamu pikir saya saudara Bapakmu, ya? Masih untung saya kasih sebulan, bukan satu minggu atau dua minggu. Siapa suruh kamu menolak tawaran saya. Begini, kamu dan ibumu tidak perlu lagi memikirkan hutang, tinggal ikut dengan saya dan semua masalah selesai. Enak kan? Hm?

Renata terlihat berpikir-pikir.

COKRO (CONT'D)

Saya tidak mau berlama-lama di sini. Masih banyak urusan yang lebih penting yang harus saya kerjakan. Saya permisi. Ayo.

Cokro dan dua orang pria itu, langsung beranjak dari tempat duduk, menuju ke pintu keluar. Renata segera menghampiri mereka.

RENATA

(gelagapan)

Pak, tunggu pak! Saya mohon, Ibu saya lagi sakit, saya butuh banyak waktu untuk cari uang.

COKRO

Itu urusanmu! Saya tidak peduli. Kalau kamu memang berubah pikiran, kamu bisa datang ke rumah saya kapan pun kamu mau. Saya tidak punya istri, jadi tak perlu khawatir. Permisi.

Cokro dan dua orang pria tersebut, meninggalkan rumah Renata. Renata kembali ke tempat duduk sembari meneteskan air mata.

SEMI MONTAGE:

1 Sesudah Renata mengelap air matanya, dia kembali ke dapur untuk mengambil bubur yang sudah dila masak.

2 Dia menuangkannya ke dalam piring, dan mengambil segelas air putih di dalam panci. Setelah itu, Renata membawanya—berjalan ke kamar Wati.

3 Renata mendorong pintu kamar Wati yang tidak terkunci dengan sikunya dan masuk ke dalam. Terlihat mata Renata masih berkaca-kaca, menghampiri Wati dengan membawa sepiring bubur dan segelas air putih. Renata menaruh gelas itu di atas lemari kecil lalu duduk di kursi dan mulai menyuapi Wati.

SEMI MONTAGE SELESAI

WATI

Kamu menangis, Nak?

RENATA

(mengelak)

Nggak, Bu.

WATI

Ibu tahu, Nak, pasti si Cokro datang buat nagih hutang Bapakmu.

Renata tampak bengap.

RENATA

Iya, Bu. Dia baru saja pulang.

WATI

Apa yang dia bilang padamu, Nak, sampai kamu nangis?

Renata melepaskan piring yang dia pegang.

RENATA

(sedih)

Bu, kita cuma dikasih waktu sebulan untuk ngelunasin utang Bapak. Kalo tidak, rumah kita akan disita, Bu. Kita nggak tahu harus tinggal di mana?

Wati memejamkan matanya sebentar.

RENATA

Aku bingung, Bu.

WATI

Ibu juga nggak bisa berbuat banyak dengan keadaan ibu saat ini. Ibu hanya bisa berdoa, semoga Tuhan menolong kita, Nak.

Renata menahan tangis sembari mengangguk.

RENATA

Bu, aku mau bilang sesuatu.

WATI

Ngomong sama Ibu.

Renata menarik napas.

RENATA

Bu, semua hutang Bapak sebenarnya bisa lunas hari ini juga.

Wati seketika agak terkejut dan tampak tidak percaya.

WATI

Apa?! Kamu bohong?

RENATA

(menggeleng)

Aku nggak bohong, Bu.

Wati mengernyitkan keningnya.

WATI

Hutang Bapakmu sangat gede...lantas apa yang si Cokro itu bilang padamu?

Renata terlihat berusah menahan pilu.

RENATA

Kalo aku bersedia tidur dengan pak Cokro, hutang Bapak langsung lunas.

Wati menggeleng, menutup matanya sembari menahan tangis.

WATI

Jangan, Nak...kamu masih muda, masa depanmu masih panjang.

RENATA

Ibu nggak perlu khawatir, tawarannya itu aku tolak. Aku masih punya harga diri. Biarpun susah, aku pasti berusaha melunasinya, Bu.

WATI

Nak, si Cokro itu terkenal seorang penjudi dan sering main perempuan. Karena itu, sampai sekarang, dia tidak memiliki isteri. Ibu ingatkan padamu...jauhi Cokro dan jangan pernah sekali-kali kamu terima tawaran darinya, sekalipun itu ada hubungannya dengan hutang Bapakmu.

Renata mengangguk.

RENATA

Bu, selesai makan, Ibu istirahat, Renata mau berangkat kerja.

WATI

Kamu nggak kuliah?

RENATA

Ini hari sabtu, Bu...nggak ada kuliah.

WATI

Maaf, Ibu lupa.

Renata tersenyum.

RENATA

Aku sudah bikinin bubur ayam kesukaan Ibu. Nanti kalo Ibu lapar, Ibu makan, ya? Buburnya ada di atas lemari.

Kita melihat, BUBUR AYAM itu berada di atas lemari kecil di samping tempat tidur Wati. Buburnya ditutupi dengan piring.

WATI

Kamu hati-hati ya, Nak! Kamu satu-satunya harapan Ibu.

RENATA

Iya, Bu. Aku berangkat kerja dulu.

WATI

Hati-hati di jalan.

Renata mencium kening Wati kemudian meninggalkan kamar Wati.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar