Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
112. INT. RUMAH NINDIA - DAY
Cast : NINDIA
Nindia tersambung ke dalam panggilan bersama Saras.
NINDIA
(menggosok gigi)
Iya, Mbak. Nindia bakal jaga diri. Mbak Saras nggak usah khawatir, doa aja yang terbaik. (beat) Iya, Nindia habis ini masak makanan, kok. (beat) Oke, dah!
Nindia menutup telepon. Membaca pesan dari satpamnya.
TEXT:
Non, ada paket dateng tadi. Bapak taruh di ruang tamu. Katanya dari Swiss. Kurirnya tadi minta maf soalnya paket itu udah lama nyangkut di ekspedisi.
NINDIA
Swiss?
Nindia beranjak ke ruang tamu. Mendapati paket di atas meja ruang tamu.
NINDIA (CONT’D)
Dari Nyonya Nadiva? (beat) Ibuk?
Nindia membuka pembungkus paket tersebut dengan wajah muram. Lantas membaca surat di bagian teratas.
NADIVA (O.S)
Halo, putri Ibu! Selamat ulang tahun! Ibu di sini hanya bisa mendoakan kebaikanmu. Maaf saat pemakaman Nenek dulu, Ibu nggak bisa datang. Maaf juga soal beberapa bulan lalu, Ibu telepon kamu dan minta uang. Anak Ibu di sini sedang sakit saat itu dan kondisi ekonomi kami sedang nggak baik. Tapi, dia sudah sembuh. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, sama sepertimu. Meski begitu, sampai saat ini Ibu masih sangat menyesal meninggalkanmu belasan tahun lalu. Mungkin saat ini Ibu tengah dihukum, suami Ibu bangkrut. Ibu nggak maksa kamu buat maafin Ibu. Ibu sadar kalau Ibu salah. Oh, ya, surat ini Ibu kirim bersama sebuah baju dress. Ibu nggak tahu ukuranmu. Ibu berpatokan dengan foto-fotomu di internet. Intinya, selamat ulang tahun, Nindia! Terima kasih sudah menjadi putri yang baik untuk Ibu yang seburuk ini. Salam hangat dari Ibu di Swiss.
Wajah Nindia tertekuk. Kedua matanya berkaca-kaca.
NINDIA
Ibu?
Nindia meraih dress di dalam kotak itu dan merentangkannya.
NINDIA (CONT’D)
Ini sangat indah.
Nindia mengusap wajahnya.
NINDIA (CONT’D)
Nggak, Ibu. Aku juga bersalah. Aku putri yang buruk.
113. INT. RUMAH NINDIA - KAMAR - DAY
Cast : NINDIA
Nindia duduk di sudut ruangan. Menangis, menempelkan ponsel ke telinga.
NADIVA (O.S)
Kamu nggak ngangkat telepon Ibu lagi, ya? Ini suara Ibu, Nak. Suara dari seorang Ibu yang merindukan putrinya. Hari ini cuaca sedang sangat bagus di Swiss dan ini akan menjadi kali terakhir Ibu meneleponmu. Ibu sudah membaca ratusan artikel tentangmu baru-baru ini. Maaf, harusnya Ibu ada di sampingmu dan menguatkanmu. Membiarkanmu menidurkan kepala di pangkuan Ibu. Hal terbaik yang bisa Ibu lakukan saat ini, adalah pergi sangat jauh darimu. Ibu akan meninggalkan Swiss beberapa pekan ke depan bersama keluarga baru Ibu. Terima kasih untuk segalanya. Sebelum pergi tanpa kabar lagi, boleh, kah, Ibu minta satu hal? Tolong jangan ingat Ibu sebagai orang yang meninggalkanmu setiap malam untuk bekerja di bar dan menelantarkanmu di suatu pagi untuk menikah dengan pria lain di luar negeri. Itu saja, terima kasih banyak. Semoga hari-harimu segera berwarna kembali. Ibu yakin, putri Ibu yang satu ini kuat. Sampai jumpa, Nindia! Ibu menyayangimu!
Tangis Nindia pecah.
112. INT. RUMAH NINDIA - LORONG - NIGHT
Cast : NINDIA
Nindia duduk di lantai. Dia mulai terkena serangan panik lagi. Memutuskan untuk menghubungi satpam di depan.
NINDIA
Halo, Pak? Apa di luar makin rame? (beat) Kalau gitu Bapak hati-hati, ya.
Nindia menutup telepon. Frustrasi. Dia kembali membuka ponsel dan mulai membaca kolom komentar di akun instagramnya yang dipenuhi kalimat “Kembalikan William!”
WARGANET #1 (O.S)
Dia bener-bener nggak waras.
WARGANET #2 (O.S)
Gimana maunya, kekasih baru meninggal udah ngisi konser. Eh, iya, kan udah punya yang baru.
WARGANET #3 (O.S)
Nindia artis kampungan!
Fokus Nindia terbuyarkan ketika mendapati ada balasan komentar dari seseorang yang membelanya.
PEMBELA (O.S)
Hei, kamu nggak tahu apa-apa soal Nindia mending diem!
PEMBELA (O.S)
Dangkal. Kalau dia nggak ngehadirin konser itu, pasti ada penalti. Kamu mau bayarin, hah?!
PEMBELA (O.S)
Kalian yang kampungan! Main ikut-ikutan ngehujat. Apa ini hiburan?
Nindia tersenyum kecil.
NINDIA
(bergumam)
Terima kasih.