Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
80. INT. GEDUNG KONSER - RUANG PERSIAPAN - SORE
Cast : NINDIA, SARAS, PARA CREW
Kita melihat Nindia duduk di kursi bersama Saras.
NINDIA
Apa William nggak papa sekarang, Mbak?
SARAS
Kabar terbaru dari Mas Indra, William masih belum ngangkat telpon. (beat) Aku malah ngawatirin kamu, Nin. Kamu udah nggak papa tampil?
NINDIA
Emangnya kenapa? (tertawa kecil)
CREW
(mendekat)
Mbak Nindia, ayo siap-siap di samping panggung!
NINDIA
(berdiri)
Oke.
Nindia dan Saras berdiri. Mengekor di belakang Crew tersebut.
81. EXT. APARTEMEN JAKARTA RESIDENCE - HALAMAN DEPAN - NIGHT
Cast : MAREETA, TENAGA MEDIS, PENGHUNI APARTEMEN, WILLIAM
Mobil Mareeta terpaksa terhenti karena jalanan di sekita apartemen William ditutup. Banyak pers dan warga setempat berkerumun, melingkar di luar garis polisi. Mareeta penasaran dan turun dari mobil.
MAREETA
Apa yang terjadi?
Mareeta mendekat ke dalam kerumunan. Mendapati sebuah ambulans dengan pintu belakang terbuka tengah terparkir persis di depan apartemen. Sebuah brankar mengangkut seorang jenazah yang ditutup kain putih.
MAREETA (CONT’D)
(bergumam)
Siapa dia?
82. INT. GEDUNG KONSER - ATAS PANGGUNG - NIGHT
Cast : NINDIA, PARA PENONTON, CREW
Kita melihat Nindia tengah bernyanyi di atas panggung.
NINDIA
(bernyanyi)
Cintaku tanpa sambutmu, bagai panas tanpa hujan.
Penonton bertepuk tangan selepas Nindia mengakhiri lagu RISALAH HATI.
NINDIA (CONT’D)
Oke, terima kasih. Lagu selanjutnya ini merupakan lagu kesukaan saya. Udah pada penasaran?
Semua penonton tertegun pada ponselnya masing-masing setelah melayangkan tepuk tangan pada Nindia.
NINDIA (CONT’D)
Kayaknya langsung aja, ya. Ruang Rindu dari Letto!
Penampilan Nindia terjeda. Seorang Crew naik ke atas panggung dan berbisik pada Nindia. Raut wajah Nindia seketika pucat. Kedua kakinya tak dapat menopang tubuhnya, dia terduduk lemas.
83. EXT. APARTEMEN JAKARTA RESIDENCE - HALAMAN DEPAN - NIGHT
Cast : MAREETA, TENAGA MEDIS, PENGHUNI APARTEMEN, WILLIAM
Mareeta masih memasang raut penasaran, pandangannya fokus pada brankar. Mareeta mencoba menguping pembicaraan.
PETUGAS KEBERSIHAN
Nahas. Aku sangat terkejut menemukan dirinya di dalam apartemen lemas tadi. Kukira dia hanya pingsan. Tapi aku menemukan sekotak obat antidepresan kosong di tangannya. Setelah kucek, dia sudah tidak bernapas.
WARGA #1
Astaga, kejadiannya sangat cepat, bukan? Dia pasti sangat stress karena dibully habis-habisan oleh warganet.
WARGA #2
Kasihan. Dia tinggal sendirian di apartemen. Aku nggak nyangka kalau rumah di sebelahku ditinggali oleh seorang selebritis.
MAREETA
(bergumam)
Selebritis?
PETUGAS KEBERSIHAN
Ya. Dia tertutup. Baik. Semoga tenang di sana, William.
Mareeta tersentak.
MAREETA
WILLIAM?!
Suara lantang Mareeta membuat orang di sekitarnya menoleh. Lantas Mareeta berlari mendekat, melintasi garis polisi.
POLISI
(menahan Mareeta)
Anda tidak boleh ke sana!
MAREETA
Lepaskan aku!
Mareeta reflek melayangkan pukulan pada polisi tersebut. Dia mendekat ke jenazah yang hendak dibawa dengan ambulans tersebut. Menyibakkan kain putih yang menutupnya. Mareeta terjatuh beberapa langkah ke belakang.
WARGA
(suara samar)
Siapa dia?
Mareeta menangis histeris. Jenazah William dimasukkan ke ambulans.
MAREETA
Tolong! Tolong selamatkan dia!
SLOW MOTION: Petugas polisi menahan Mareeta yang hendak ikut masuk.
MAREETA (V.O)
Ini, kah, yang dinamakan perpisahan? Jika benar, aku bakal memilih untuk tidak mengalami pertemuan. Perih. Sangat sesak di dalam sini. Membayangkan orang yang kucintai meregang nyawa sendirian. Bahkan saat terakhirnya harus semenyakitkan ini?
Mareeta memberontak.
MAREETA
Kubilang lepasin aku! ARGH! (memukul-mukul dadanya)
Seorang polisi yang baru keluar dari apartemen mendekat pada rekan-rekannya. Dia membawa secarik kertas.
POLISI #2
Aku menemukan ini di lokasi bunuh diri.
Mareeta merampas paksa surat tersebut.
POLISI #1
Nona, apa yang Anda lakukan? Siapa Anda?
Mareeta membuka penyamaran dan membaca surat tersebut. Membuat orang-orang di sekitar tercengang.
MAREETA
(suara parau)
Aku sahabat William. Aku yang berhak membaca surat ini. (beat) Biarkan aku ikut masuk ke dalam ambulans. Aku nggak akan buat kegaduhan.
84. INT. STUDIO BERITA - NIGHT
Cast : PENYIAR
PENYIAR
Berita terkini. Seorang penyanyi yang kita kenal dengan nama panggung Adelio William, ditemukan tewas di apartemennya …
85. INT. RUMAH TASYA - NIGHT
Cast : TASYA
Kita melihat rumah Tasya gelap. Pencahayaan dari layar televisi yang beruntun menampilkan berita bunuh diri William. Tasya duduk di depannya dengan mata sembab. Lembaran-lembaran tisu berhamparan di sekitarnya.
TASYA
(terisak)
WILLIAM! Kenapa kau ngelakuin ini?!
86. INT. RUMAH ELANG - NIGHT
Cast : ELANG
Kita melihat Elang yang baru keluar dari dapur. Membiarkan televisinya menyala hingga menampilkan berita tentang kematian William. Wajahnya seketika muram.
ELANG
William? (beat) Di mana ponselku?
Elang menemukan ponselnya. Berulang kali menelepon Nindia, tak dijawab.
87. INT. KAMAR MANDI - NIGHT
Cast : NINDIA
Nindia meringkuk di sudut kamar mandi. Menangis tersedu-sedu. Emosinya tidak karuan. Ponsel Nindia yang terletak di lantai bergetar, ada nama Elang tengah memanggil. Saras di terus mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dari luar.
SARAS
Nindia. Kamu nggak boleh kayak gini, Nin.
Berulang kali Saras menarik tuas pintu, tapi tidak bisa. Karena Nindia menguncinya dari dalam.
88. INT. AMBULANS - NIGHT
Cast : MAREETA, WILLIAM, PERAWAT
Mareeta duduk di sebelah jasad William yang tertutup kain putih. Mareeta menahan air matanya untuk tidak tumpah. Dia membuka kain putih tersebut. Meraih tangan William.
MAREETA
Pejamkan matamu. Kamu tidak akan merasakan sakit, karena tidak akan ada yang melukaimu lagi. Percayalah. Pergilah dengan damai, William.
Mareeta mengerjap. Lalu memeluk jasad William. Dia terisak tangis.
89. EXT. PEMAKAMAN - DAY
Cast : NINDIA, SARAS, ROBERT, MAREETA, INDRA
Suasana sepi. Nindia, Indra, dan Saras berjalan mendekat ke pemakaman William. Mendapati Mareeta dan Robert berdiri di samping makamnya.
MAREETA
(menatap ke bawah)
Kalian tahu bagaimana rasa sakit yang kurasakan? Ini jauh lebih pedih daripada saat aku dijebloskan ke penjara. Saat kehilangan seseorang untuk selamanya, bahkan untuk bernapas saja teramat sulit. Semuanya menjadi sakit.
Mareeta pergi tanpa menatap siapa pun.
SARAS
Bukan, kah, itu Mareeta Calandra? Dia kenal William?
ROBERT
Dia maksa masuk tadi. Dia juga yang ada di TKP.
Nindia terpaku menatap nisan William. Dia mencoba tidak meneteskan air mata, tapi tidak bisa. Kedua kakinya kembali lemas. Nindia terjatuh.
90. INT. MOBIL INDRA - DAY
Cast : INDRA, SARAS, NINDIA
Saras dan Nindia duduk di kursi penumpang. Wajah Nindia pucat.
SARAS
(menggenggam tangan Nindia)
Tanganmu sangat dingin, Nin. Apa kau mau periksa ke dokter?
NINDIA
Andai aja, aku bisa ada di detik-detik terakhir William. Dia pasti bisa selamat.
SARAS
Nin, menyesali apa yang udah berlalu, itu percuma. William di sana juga nggak akan suka kalau kita terus bersedih. Yang dia harapkan adalah bisa menghilang dengan tenang. Malang nasibnya, dunia sudah sangat keras padanya. Maka kita jangan jadi pemberat baginya untuk pergi.
NINDIA
Aku merasa sangat buruk, Mbak. Seharusnya kita maksa dia tinggal kemarin.
SARAS
Takdir nggak ada yang tau, Nin. Udah nggak usah disesali. Kau tahu, patah hati terbesar bagi orang meninggal adalah melihat orang-orang terdekatnya di dunia menyalahkan dirinya sendiri.
INDRA
Maafin aku. Aku bener-bener minta maaf harus menggeret kalian ke situasi serumit ini.
SARAS
Kita akhiri ini bareng-bareng, ya. Setelah William tiada, Nindia harus lebih kuat, ya. Apapun yang terjadi, jangan merasa sendiri.
NINDIA
Mbak, besok aku ada konser, bukan?
SARAS
Oiya, aku akan batalin itu.
NINDIA
Jangan. Kalau di-cancel, orang-orang malah ngira kita kabur. Aku juga nggak mau ngerepotin agensi karena harus bayar penalti.