121. INT. KANTOR- RUANG STUDIO FILM- MALAM
Naka menunggu di depan studio dengan penuh rasa cemas. Nara dan Kananta terlihat jalan berbarengan.
ADZRA NAYAKA
Hai kak.
(menyapa Kananta)
KANANTA ARASKA
Hai, sorry telat. Tadi agak macet.
ADZRA NAYAKA
Oke kak, langsung masuk aja. Silahkan.
(membukakan pintu)
Naka ikut masuk ke dalam studio bersama Nara dan Kananta. Naka duduk di sebelah Nara. Film segera dimulai.
NARAYA SAFALUNA
Lho ini cuma 40 menit?
(heran saat melihat durasi yang tertera)
ADZRA NAYAKA
Karena naskahnya belum selesai. Jadi, pikirkan dengan baik bagaimana ending yang akan lo buat setelah menonton ini.
NARAYA SAFALUNA
Gue kan udah bilang, lo bebas melakukan apapun sama cerita di naskah itu.
ADZRA NAYAKA
Gak bisa!
(menatap nara)
NARAYA SAFALUNA
Kenapa? Bokap lo kan pasti kenal ratusan scriptwriter professional, yang bisa bikin naskah itu jauh lebih hidup.
ADZRA NAYAKA
Ceritanya cuma bisa diakhiri oleh lo dan gue sebagai penulis dan pemeran utamanya. Gue mau buat ini menjadi film true story. Jadi, fokus dan nikmati ceritanya.
(menyentuh wajah Nara dan mengarahkannya ke layar)
Semua fokus pada film yang di tayangkan. Sampai menuju akhir film, Naka berdiri dan meninggalkan tempat duduknya. Lalu tiba-tiba layar gelap.
CUT TO:
122. INT. KANTOR-RUANG STUDIO — MALAM (cerita yang ditampilkan dalam layar)
Tidak ada yang di tampilkan dilayar kecuali suara Naka.
ADZRA NAYAKA (OFF SCREEN)
Ini adalah sebuah kisah tentang bagaimana semesta bekerja dalam menjawab kesungguhan dan ketulusan yang diperlihatkan manusia, terhadap apa yang benar-benar menjadi harapannya.
ADZRA NAYAKA (OFF SCREEN)
Selayaknya harapan yang tulus dari seorang ayah yang menginginkan kesempatan kedua untuk mendapatkan maaf dari anak-anaknya.
ADZRA NAYAKA (OFF SCREEN)
Tentang kesungguhan seorang kakak, yang berjuang untuk tersadar dari koma yang dia alami karena begitu mengkhawatirkan adiknya.
ADZRA NAYAKA (OFF SCREEN)
Dan tentang penantian seorang pria dalam mengupayakan wanita yang menjadi tujuannya.
ADZRA NAYAKA ( OFF SCREEN)
Bagi banyak orang, tidak ada yang menyenangkan dalam menunggu, aku rasa begitupun bagiku. Tapi, entah kenapa aku justru membiarkan bayangan seorang gadis hidup dalam angan yang selalu ingin aku wujudkan. Berharap takdir sekali saja berpihak padaku, lalu menciptakan pertemuan tidak terduga yang tidak mungkin terlupa. Dan... Mungkinkah ini waktunya?
CUT TO:
123. INT. RUMAH SAKIT- RUANG RAWAT INAP — SIANG- FLASHBACK (cerita yang ditampilkan pada layar)
Layar kembali menampilkan gambar. Naka hadir berjalan memasuki ruang rawat dengan pakaian formal, untuk menemui ayah Nara yang sedang terduduk juga dengan pakaian formal. Naka duduk di sebelah Ayah Nara.
ADZRA NAYAKA
Om, Naka mau meminta restu untuk melamar Nara menjadi istri Naka. Apa Om mengizinkan?
DITO LOARDI
Setulus hati Om merestui dan mengizinkan. Tapi, semua keputusan Om kembalikan kepada Nara.
ADZRA NAYAKA
Terimakasih untuk restunya Om.
(tersenyum)
ADZRA NAYAKA
Menurut Om, Nara akan lebih suka cincin yang mana?
(sambil memperlihatkan dua buah kotak berisi cin-cin)
DITO LOARDI
Kemungkinannya yang ini.
(menunjuk cin-cin dengan design yang rumit)
DITO LOARDI (CONT'D)
Nara menyukai sesuatu yang rumit, seperti instruksi hatinya ketika menyuruh dia untuk tetap menunggu pria yang dicintainya.
(tersenyum meledek dengan tatapan menerawang)
ADZRA NAYAKA
Dan Naka harap perasaannya masih tetap sama, sebagaimana perasaan Naka.
(sambil tersenyum pasrah)
DITO LOARDI
Naka?
ADZRA NAYAKA
Ya Om?
DITO LOARDI
Jika seandainya Nara menerima lamaran kamu (beat)
ADZRA NAYAKA
Ya?
DITO LOARDI
Maaf. Maaf karena membuat kamu harus mengobati semua luka yang om berikan ke Nara.
(matanya berbinar dengan suara yang bergetar)
DITO LOARDI (CONT'D)
Maaf karena membuat kamu berada di situasi yang rumit ketika dipaksa berhadapan dengan bagian dari luka masa lalunya, yang justru membuat kamu kesulitan untuk memahami isi hatinya.
(air matanya menetes)
DITO LOARDI
Tolong, Om mohon sama kamu. Jadikan Nara wanita yang paling bahagia saat dia berada disisi kamu.
ADZRA NAYAKA
(mengangguk sambil menggenggam tangan Ayah Nara)
CUT BACK TO:
124. INT. KANTOR- RUANG STUDIO - MALAM
Lampu di ruangan menyala, Naka berjalan kearah dimana Nara duduk.
ADZRA NAYAKA
Naraya Safaluna, selama 10 tahun ini tidak sekali pun aku bisa berhenti mengenang kamu dalam ingatan aku, dan ketika semesta menuntun langkah aku hanya untuk menuju ke arah kamu.
ADZRA NAYAKA
Aku tidak lagi mau menyia-nyiakan pertemuan kita saat ini.
(berlutut sembari memberikan sebuah cin-cin)
NARAYA SAFALUNA
(air matanya tidak berhenti menetes)
ADZRA NAYAKA
Aku sudah mendapatkan restu dari seorang ayah untuk mencintai anak perempuannya, kali ini aku membutuhkan izin langsung dari gadis itu untuk memperbolehkan aku mencintai dirinya dan mengobati semua luka di hatinya. Jadi, ayo kita menikah.
NARAYA SAFALUNA
Benar-benar!
(sesugukkan sambil menahan marah)
NARAYA SAFAL
Kenapa lama banget? aku hampir berhenti untuk menunggu.
(menangis seperti anak kecil sambil mengusap air maatanya)
ADZRA NAYAKA
Syukurlah semesta tidak membiarkan kamu benar-benar berhenti.
(tersenyum menahan tawa melihat ekspresi Nara)
Nara menangis memberikan tangannya, lalu Naka memasangkan cin-cin di jari manis Nara.
END