Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kenanglah Daku, Semesta Bekerja!
Suka
Favorit
Bagikan
11. SCENE 101-110

101. EXT. KANTOR- LOBBY- SORE- FLASHBACK

Hujan turun dengan deras. Nara berdiri menunggu bersama Papa.

DIOS SAGARA

Kamu pulang sama siapa? ini hujannya deres banget. Mau bareng Om aja?

NARAYA SAFALUNA

Di jemput Kak Kananta, Om.

(menggelengkan kepala)

DIOS SAGARA

Masih lama?

NARAYA SAFALUNA

Harusnya sih enggg

(terpotong)

KANANTA ARASKA (O.S)

Nara!!! Adik aku!!

Kananta berteriak dari jarak yang tidak terlalu jauh. Papa dan Nara menoleh bersamaan.

KANANTA ARASKA

Sore Om.

DIOS SAGARA

Sore. Kamu parkir dimana?

KANANTA ARASKA

Di ujung sana Om.

NARAYA SAFALUNA

Kenapa ga parkir di basement, kan lagi ujan deres kak Kananta?!

KANANTA ARASKA

Sengaja, kan kamu suka hujan, jadi biar kita ujan-ujanan dikit.

NARAYA SAFALUNA

Gak mau, aku males mandi. Mana sini payung aku?
(menadahkan tangan)

KANANTA ARASKA

Cuma bawa satu, yang ini. 

(memperlihatkan payung kecil yang ia pergunakan)

NARAYA SAFALUNA

Yaudah kakak bawa mobilnya kesini, cepetan.

KANANTA ARASKA

Gak mau

NARAYA SAFALUNA

Terus gimana?

KANANTA ARASKA

(Memberikan payung ke Nara lalu berjongkok)

NARAYA SAFALUNA

Kakak ngapain?

KANANTA ARASKA

Ayo, kakak gendong dibelakang. Biar kita tetep bisa payungan berdua.

NARA SAFALUNA

Gak mau.

(melangkah berjalan meninggalkan Kananta)

KANANTA ARASKA

Nara, kakak besok ke singapore untuk ikut seminar, nanti kalau kakak sakit gimana?

(berdiri, merengek manja dengan wajah memelas)

NARAYA SAFALUNA

(berbalik, melihat kearah wajah kakaknya, menghela napas)

KANANTA ARASKA

Ayok, kakak gendong

(tersenyum)

NARAYA SAFALUNA

(Mengikuti perintah, naik ke punggung kakaknya)

KANANTA ARASKA

Kamu kayaknya harus diet deh.

(setelah berhasil berdiri sambil menggendong Nara)

NARAYA SAFALUNA

Aku mau turun!

(menjambak rambut kakaknya)

KANANTA ARASKA

Aaaaakk sakit Nara. Kakak bercanda.

(sambil mulai melangkah)

NARAYA SAFALUNA

Kakak ngatain aku gendut?

KANANTA ARASKA

Tunggu! Kita belum pamitan sama Om, ahaha, ayo kita mundur dulu

(melangkah mundur kembali ke arah Papa, sambil menggendong nara di punggungnya yang membuat nara tidak bisa berhenti tertawa)

KANANTA ARASKA (CONT'D)

Om, kami pamit pulang yaa.

DIOS SAGARA

Iya, hati-hati.

KANANTA DAN NARA

Permisi Om, dada. Assalamualaikum

(sambil melanjutkan langkah menuju mobil)

NARAYA SAFALUNA

Kakak belum jawab, kakak ngatain aku gendut?

KANANTA ARASKA

Kamu gak gendut, kamu gemoyyyy ahaha

CUT BACK TO:

102. INT. RUMAH SAKIT- KAMAR RAWAT KANANTA- SIANG

Papa menyandarkan tubuhnya ke sofa dan memandang Kananta yang masih belum sadarkan diri.

DIOS SAGARA

Selama ini Nara seperti raga yang kehilangan jiwanya. Jadi, bagaimana Papa tega memberikan kabar buruk ini ke Nara?

Naka terdiam.

CUT TO:

103. INT. RUMAH SAKIT- RESTAURANT- SORE

Naka duduk termenung. Seseorang menaruh cangkir minuman di depannya.

ROKTA PRAYOGA

Boleh duduk di sini?

ADZRA NAYAKA

(menatap dingin)

ROKTA PRAYOGA

(duduk dan tidak memperdulikan Naka)

ADZRA NAYAKA

Bagaimana keadaan Nara?

ROKTA PRAYOGA

Sudah membaik, tapi dia belum siuman.

ADZRA NAYAKA

Dia pasti benci banget sama gue.

ROKTA PRAYOGA

Gue harap seperti itu.

(mengeluarkan sekotak cincin dari saku celananya)

ADZRA NAYAKA

(Terdiam)

ROKTA PRAYOGA

Karena kalau hal itu terjadi, gue gak akan menyia-nyiakannya.

ADZRA NAYAKA

(Menatap dengan penuh kebencian)

ROKTA PRAYOGA

Tapi sepertinya tidak mungkin. Karena bahkan selama sepuluh tahun ini, tidak ada yang bisa menyingkirkan lo dari hati Nara.

(menutup kotak cincin dan memasukkan kembali)

ROKTA PRAYOGA (CONT'D)

Bagaimana bisa meninggalkan seorang wanita selama sepuluh tahun, tanpa komunikasi sekali pun, tapi bahkan posisi lo tidak bisa disingkirkan?

ADZRA NAYAKA

Gue hanya tidak pernah berhenti mengenang Nara dan ternyata semesta yang bekerja untuk menjaga hatinya.

(tersenyum tipis sambil mengingat judul naskah yang dibuat Nara)

ROKTA PRAYOGA

Jangan terlalu percaya diri, paling tidak selama beberapa tahun ini nama lo bahkan tidak pernah terdengar dari Nara.

(senyum sinis)

ADZRA NAYAKA

(terdiam dengan tatapan sinis)

ROKTA PRAYOGA

Diluar itu semua, gue rasa gue harus berterimakasih karena kejadian tadi malam membuat gue merasa cukup bersyukur.

ADZRA NAYAKA

Lo merasa bersyukur karena Nara ngebanting gue?

(tatapan dingin)

ROKTA PRAYOGA

Itu salah satunya. Lo gak tau gimana puasnya perasaan gue saat itu. Tapi, gue beneran berterimakasih (beat)

ROKTA PRAYOGA (CONT'D)

Karena setelah sekian tahun akhirnya gue melihat Nara bisa menangis dan mengeluarkan emosinya.

ADZRA NAYAKA

Maksudnya?

ROKTA PRAYOGA

Semenjak kejadian di pemakaman nyokapnya...

DISSOLVE TO:

104. EXT. PEMAKAMAN- SORE- FLASHBACK

Langit cerah, tapi rintik hujan turun. Orang-orang berpakaian hitam turut melihat prosesi pemakaman Mama.

KANANTA ARASKA

Kita lewatin ini bareng ya? Inget masih ada Kak Kananta yang akan jagain kamu.

(menggenggam tangan Nara)

Nara terdiam memandang sendu ke pusara Mama.

ROKTA PRAYOGA

Nar, lo baik-baik aja? Lo mau balik sekarang?

(khawatir)

NARAYA SAFALUNA

(menggeleng)

Ayah datang melangkah mendekat ke pusara Mama bersama perempuan simpanannya yang membawa seikat bunga. Nara melepaskan genggaman Kak Kananta untuk menghampiri Ayahnya.

KANANTA ARASKA

Nara, plis jangan buat keributan.

NARAYA SAFALUNA

Kalau kakak gak mau melihat aku membunuh orang, biarin aku melakukan apapun yang aku mau.

KANANTA ARASKA

(menatap lekat ke mata Nara)

NARAYA SAFALUNA

Aku gak pernah bercanda sama apa yang aku ucapin Kak.

KANANTA ARASKA

(melepaskan genggaman tangannya)

Nara menghampiri Ayahnya. Perempuan simpanan berniat menaruh bunga ke pusara Mama, tapi langsung dirampas dan dilempar oleh Nara.

DITO LOARDI

Nara! Jaga sikap kamu!

NARAYA SAFALUNA

Mama saya tidak membutuhkan itu, terlebih dari wanita kelas rendah seperti dia.

DITO LOARDI

Gak punya adab kamu!

NARAYA SAFALUNA

Yang aku tau, aku harus ber-adab ketika menghadapi makhluk hidup. Aku gak pernah diajari adab menghadapi sampah kecuali dengan membuang pada tempatnya.

SFX: Suara tamparan

Nara terdiam, Rokta dan Kananta mengambil alih untuk menjaga emosi Nara agar tidak semakin parah.

KANANTA ARASKA

Lain kali, kalau aku melihat Papa menyakiti Nara sedikit saja, aku pastikan tangan Papa tidak akan lagi bisa berfungsi.

PEREMPUAN SIMPANAN

Kalian memang anak-anak gak terdidik!

(menarik ayah Nara untuk segera meninggalkan tempat itu.)

NARAYA SAFALUNA

Bagaimana bisa Mama berterimakasih karena menjadi istri dari seorang pria macam anda?

(tersenyum getir)

DITO LOARDI

(Menghentikan langkahnya)

NARAYA SAFALUNA

Bagaimana bisa Mama mengatakan kalau dia sangat bahagia menjadi istri dari pria yang bahkan tega membicarakan perceraian saat dia sedang sekarat?

DITO LOARDI!

(berbalik menghadap Nara)

NARAYA SAFALUNA

Untuk seterusnya, saya harap kita tidak akan pernah bertemu lagi bapak Dito Loardi! Bahkan jika anda mati, jangan berharap saya datang ke pemakaman anda.

(menghapus air mata)

CUT BACK TO:

105. INT. RUMAH SAKIT- RESTOURANT RUMAH SAKIT- SORE

Rokta menyesap kopinya dengan tatapan menerawang.

ROKTA PRAYOGA

Semenjak saat itu, gue sama sekali gak pernah melihat dia meneteskan air mata. Tapi..

ADZRA NAYAKA

Tapi?

ROKTA PRAYOGA

(menunduk dan tersenyum getir)

DISSOLVE TO:

106. EXT. RESTAURANT- PARKIR MOBIL- MALAM- FLASHBACK

Nara dan Rokta keluar dari restaurant, langkah Nara terhenti begitupun langkah Rokta saat melihat seorang pemulung sampah terduduk di trotoar jalan.

ROKTA PRAYOGA

Nar, itu bukannya bokap lo?

(kaget)

NARAAYA SAFALUNA

Bukan urusan gue. Ayok cepet!

(segera berpaling melanjutkan langkahnya ke mobil)

CUT TO:

107. INT. GEDUNG- TOILET- MALAM

Nara dan Rokta memasuki gedung sambil membawa kartu undangan.

NARAYA SAFALUNA

Gue mau ke toilet dulu, lo mau tunggu sini atau masuk duluan, bebas.

ROKTA PRAYOGA

Gue juga ke toilet dulu deh.

MONTAGE:

KEDUANYA BERPISAH DI DEPAN TOILET. ROKTA MENCUCI TANGAN DI WASHTAFEL MERAPIHKAN RAMBUT. ROKTA KELUAR DARI TOILET MENUNGGU NARA. ROKTA KHAWATIR KARENA MENUNGGU AGAK LAMA. ROKTA MEMBUKA SEDIKIT PINTU TOILET WANITA. ROKTA MELIHAT NARA BERDIRI DI DEPAN WASHTAFEL SAMBIL MELIHAT CERMIN, BERULANG KALI IA MENAMPARI DIRINYA SENDIRI. ROKTA TERDIAM DAN MENUTUP PINTU TOILET DENGAN RASA KHAWATIR.

MONTAGE END

NARAYA SAFALUNA

Lho, lo nungguin?

(keluar dari toilet)

ROKTA PRAYOGA

Pipi lo merah banget? Lo demam?

(memegang pipi Nara dengan lembut.)

NARAYA SAFALUNA

Oh, enggak ini gue pake blush on nya ketebelan deh kayaknya.

(menepis lembut tangan Rokta)

NARAYA SAFALUNA (CONT'D)

Yuk, masuk udah telat nih, nanti dikira ga sopan.

ROKTA PRAYOGA

Nar, lo baik-baik aja? kalau hati lo terasa sakit, jangan buat fisik lo yang menanggung rasa sakitnya.

(menggenggam tangan Nara)

NARAYA SAFALUNA

(ekspresi tidak suka, menghempaskan tangan Rokta )

CUT BACK TO:

108. INT. RUMAH SAKIT- RESTOURANT RUMAH SAKIT- SORE

Naka terdiam mendengar apa yang baru saja rokta ceritakan

ROKTA PRAYOGA

Melihat hal itu, gue kira Nara benar-benar tidak akan memperdulikan ayahnya, tapi...

(beat)

ROKTA PRAYOGA

Gue salah. Karena beberapa waktu setelah kejadian itu, gue gak sengaja melihat dia menyuruh orang untuk memberikan makanan dan uang ke bokapnya.

ROKTA PRAYOGA (CONT'D)

Ternyata untuk membenci orang yang dicintai bukan sesuatu yang mudah, kan?

(rokta tersenyum getir)

ROKTA PRAYOGA (CONT'D)

Gue harus ke luar kota untuk shooting di Jogja sampai tiga hari ke depan. Nara dirawat di kamar 707.

Rokta berdiri dan meninggalkan Naka sendiri.

CUT TO:

109. INT. RUMAH SAKIT- RUANG RAWAT 707- MALAM

Naka masuk ke kamar rawat Nara dengan perlahan. Melangkah mendekat ke arah Nara. Naka duduk di sofa sambil membaca naskah yang di buat Nara lembar demi lembar.

NARAYA SAFALUNA (O.S)

Pelan-pelan aku menenangkan hatiku. Berusaha membuatnya percaya, bahwa jika sepasang manusia memiliki perasaan yang sama dan ditakdirkan untuk bersama. Maka, takdir akan mempertemukan keduannya dengan cara yang tidak terduga untuk menjadi kisah yang paling tidak bisa terlupa

ADZRA NAYAKA

(tersenyum, ia menutup naskah yang sedang dibacanya, lalu berdiri di depan ranjang Nara.)

ADZRA NAYAKA

Ayo kita lihat sejauh mana semesta bekerja.

ADZRA NAYAKA (CONT'D)

Naraya Safaluna, pria yang selama ini kamu tunggu, menjadikan kamu sebagai tujuannya. jadi, sadarlah.

Hening sampai beberapa saat kemudian Nara bersin dan perlahan tersadar. Nara membuka matanya.

ADZRA NAYAKA 

Hai

NARAYA SAFALUNA

(masih mencoba menyadarkan diri, namun kembali tertidur)

ADZRA NAYAKA

(tersenyum)

CUT TO:

11. INT. RUMAH SAKIT- KAMAR RAWAT 707- PAGI.

Naka tertidur di tepi tempat tidur sambil memegang jemari Nara. Naka terbangun, dia melihat ke arah Nara yang sekilas terlihat memejamkan matanya dan berpura-pura kembali tertidur

ADZRA NAYAKA

Nar, lo pernah denger kisah tentang putri tidur?

ADZRA NAYAKA (CONT'D)

Haruskah, sang putri di cium agar dia terbangun dari tidurnya?

Naka mendekatkan dirinya dengan perlahan ke arah Nara, ia menutup matanya lalu berniat mencium Nara. Nara menahan Naka dengan jari telunjuknya lalu memberikan sentilan tepat di kening Naka.

ADZRA NAYAKA

Aaakk. Sakit Nar.

NARAYA SAFALUNA

Gue masih punya energi untuk bisa bikin lo cidera parah Adzra Nayaka. Mau gue buktikan?

ADZRA NAYAKA

Enggak! Gak perlu!

(mengusap keningnya)

ADZRA NAYAKA (CONT'D)

Setelah kondisi lo membaik, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan.

NARAYA SAFALUNA

Kondisi gue membaik ataupun enggak, tidak ada yang ingin gue bicarakan sama lo.

ADZRA NAYAKA

Meskipun ini berkaitan tentang pria yang paling lo cinta di muka bumi ini?

NARAYA SAFALUNA

Jangan terlalu percaya diri. Satu-satunya pria yang paling gue cinta dimuka bumi saat ini hanya kakak gue.

ADZRA NAYAKA

Tepat! Jadi, segera pulih. Gue akan ngecek langsung kondisi kesehatan lo ke dokter yang menangani lo.

Naka keluar dari ruang rawat Nara.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar