Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KARABINER
Suka
Favorit
Bagikan
21. #20
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

60.INT.RUMAH SAKIT – BANGSAL PASIEN – MALAM

Wilis duduk di sebelah Hawa yang hanya diam. Wilis memijat lembut tangan Hawa. Ia melihat pergelangan tangan Hawa ada memar. Dahinya berkerut.

                        WILIS

Cepet mari ya, Wa. Kangen je ngobrol sama kamu. Kamu ndak kangen pa, kok dari kemarin Cuma meneengg terus..

Hawa kemudian terisak.

                        HAWA

                   Lis, aku wedi..

                        WILIS

(lembut)Wedi karo sapa,Wa? Kamu cerita aja, ada apa..


Wilis mengeluarkan gantungan kunci karabinernya, ia lepaskan karabiner, dan dimasukkan dalam genggaman tangan Hawa.

                        WILIS

Ben ora wedi, anggep aja karabiner ini aku, yang siap nemenin kapan aja, oke?


Hawa bergerak memunggungi Wilis. Air matanya deras. Wilis menepuk-nepuk lembut punggung Hawa yang bergetar.

                                              

CUT TO :


61.INT.RUMAH SAKIT – RUANG TUNGGU

Suryajaya dan Bimantara duduk di kursi ruang tunggu pasien, tidak jauh dari kamar Hawa. Wajah mereka sedih, prihatin. Keruh.

                        SURYAJAYA

Matur nuwun ya, Mas. Kalau tidak ada njenengan, nggak tahu gimana Hawa.

     BIMANTARA

Sami-sami, Mas. Kebetulan pas sampe rumah Wilis ngabari. Mereka berdua juga dekat, jadi Hawa sudah saya anggap bagian dari Wilis.


Suryajaya menggenggam tangan Bimantara dengan penuh syukur.


                         SURYAJAYA

Saya itu merasa bersalah, dulu ketika kecelakaan, Hawa juga didampingi orang lain. Saya masih di jalan jemput mereka..

     BIMANTARA

Oh, pamannya?

     SURYAJAYA

Bukan, orang yang nolongin Hawa dan Ibunya


Suryajaya menerawang. Bimantara mencoba mengingat sesuatu.


BEGIN FLASHBACK


62.EXT. JALAN RAYA - SIANG

Bimantara sedang berjalan dari apotik. Tedengar benturan keras (OS). Bimantara dan beberapa orang yang ada di sekitar menoleh ke arah suara. Ia berlari ke arah suara sambil memasukkan plastik isi obat dalam kantong jaket.

Tampak dua orang terkapar di jalan raya, dekat zebracross. Sebuah mobil setengah ringsek bagian depan, median jalan berantakan. Tas belanja terburai isinya, berserakan.

                        WARGA 1

                   Cepet, panggil ambulaan.. ambulaan!

                        WARGA 2

Woo, wis ngerti lampu abang kok mblandhang, ra aturan!


Bimantara melihat seorang anak kecil, perempuan, merintih.


                        HAWA

                   Ibuu.. sakiit..ibuuu


Bimantara mendekat dan mengelus kepalanya dengan lembut.


                        BIMANTARA

                   Sebentar ya, Om temani di sini..


Ambulan sudah datang. Bimantara melambaikan tangan ke arah petugas medis. Sebagian menolong perempuan yang tak bergerak di tengah jalan, kemudian beberapa orang yang terluka, satu orang menghampiri Bimantara. Mengecek nadi tangan dan leher.


                         PETUGAS MEDIS

Pak, Brankar Cuma satu. bapak bisa bantu kami? Cukup gendong dengan hati-hati, kita bawa ke rumah sakit.

      BIMANTARA

Bisa! (pada Hawa) Nah, Om gendong pelan-pelan ya, tenang, Om di sini.

                            

MOVE TO :

 

63.INT. DALAM MOBIL AMBULANCE

Bimantara duduk di dalam ambulan. Ia melihat mata anak itu terpejam, lumayan berdarah. Di depannya, si Ibu sedang dipacu jantung. Tak bergerak sama sekali. Bimantara menelan ludah.


END FLASHBACK


Bimantara seperti tersadar. Ingat sesuatu.


64.INT.RUMAH SAKIT – RUANG TUNGGU

     BIMANTARA

Itu, kejadian di daerah Petoran bukan?


Suryajaya menoleh ke arah Bimantara.

                        SURYAJAYA

Nggih, leres! Hawa dan Ibunya minta dijemput di Petoran. Njenengan kok tahu?

     BIMANTARA

Waktu itu saya nyari obat buat ibunya Wilis yang lagi opname di Moewardi, ada kecelakaan. Sepertinya anak itu terlempar ke pinggir, saya temani sampai masuk IGD..


Suryajaya terbelalak, seketika berdiri. Bimantara ditarik berdiri, dipeluk erat oleh Suryajaya. Menepuk-nepuk dengan rasa lega dan syukur.

                        SURYAJAYA

(takjub) jadi, selama ini kita tetangga! Aah, Gusti Allah pancen seneng ngejak guyon, Mas!


Bimantara seolah tersadar, kemudian mengangguk setuju. Mereka tersenyum lebar bersama. Mata mereka masih sendu.


                        SURYAJAYA

(haru) Dan kemarin, sekali lagi untuk Hawa. Matur sembah nuwun sanget, Mas!

                                          

FADE IN/FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar