Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
06.INT.DALAM RUANG MUSIK SMKN SOLO – SIANG
Suara sayup siswa jurusan Karawitan sedang berlatih terdengar dari balik pintu yang bertulis RUANG LATIHAN MUSIK. Alat musik gamelan lengkap sedang dimainkan. Ada dua siswa yang duduk di bagian sinden, salah satunya, Hawa. Setelah selesai, PAK CAHYO (35) guru Karawitan memberi tepuk tangan.
PAK CAHYO
Sudah lumayan. Besok latihan lagi, festival seni Pelajar sebentar lagi. Ini tadi gong kurang pas masuknya. Tulung dirasakan ya.
PEMUKUL GONG
Nggih, Pak Cahyo.
PAK CAHYO
Buat semuanya ini, jaga kondisi. Jangan es teroosss, ngerti?
SEMUA SISWA
Nggiihh, Paakk!!
Kemudian Pak Cahyo menutup sesi latihan. Semua pamit satu persatu sambil mencium tangan. Hawa menjadi yang paling akhir, dengan tongkatnya ia lancar berjalan dan bermaksud pamitan.Pak Cahyo langsung menyambut tangan Hawa sambil mengelus lembut. Hawa kaget.
PAK CAHYO
Suaramu sudah bagus, tapi kadang tiba-tiba tidak stabil. Besok atau kapan, Bapak ajari tekniknya ya.
HAWA
(Masih merasa asing) Nggih, Pak. Hawa pamit, Pak. Pareng.
Hawa bergegas mengarahkan tongkatnya di koridor sekolah. Sedikit terburu. Dahinya berkerut, sambil menggerakkan telapak tangannya dengan bingung.
HAWA
Hm, mungkin ada debu atau kotoran di tanganku kali ya?
Yu Imah yang duduk di depan salah satu kelas melihat Hawa. Ia berdiri dan menyambut Hawa dengan senyum lembut tapi wajahnya heran. Ia celingukan ke sekeliling sekolah.
YU IMAH
Hlo, Nduk, Guru Pendampingmu, Bu Rina, mana?
HAWA
Tadi pulang cepat, anak Bu Rina jatuh di sekolah katanya. Aku sudah bilang, sendiri juga nggak apa-apa, kan jam terakhir.
YU IMAH
Oalah. Ya wis, yuk, becaknya sudah nunggu. Nanti mampir beli sate kere dulu ya.
Hawa mengangguk senang mendengar suara Yu Imah.Hawa melipat tongkatnya dan memilih melingkarkan tangannya di lengan Yu Imah dengan sayang.
YU IMAH (CONT’)
Byuuh, bayine sapa ikiii
Mereka berjalan sambil terkekeh senang. YU Imah membantu Hawa naik ke atas becak dengan instruksinya.
TUKANG BECAK
Sampun?
YU IMAH
Sampun, Pak! Mampir Sate Kere kidul niku nggih
Tukang becak mulai menggenjot becak besar itu dengan pelan melewati gang-gang kampung Kepatihan.
CUT TO :
07.EXT.TERAS RUMAH WILIS – SORE
Wilis sedang sibuk dengan beberapa barang. Di sudut lain, tampak tas gunung ukuran 10 liter bersandar di samping kursi. Sesekali ia masuk kemudian keluar lagi. Ketika sedang sibuk melipat beberapa baju, kepala seorang laki-laki nongol dari balik pagar. Bersiul. Wilis menoleh.
WILIS
Eh, Mas Ranang! Masuk, Mas!
RANANG (21) membuka pagar dan masuk. Memberikan trekking pole pada Wilis. Ranang mengamati sekeliling rumah Wilis.
RANANG
Oh, kamu pindah sini?! Kita tetanggaan tapi beda gang. Kamu cucunya Mbah Marno ta? Walah..
WILIS
Iya, Mas. Sebenernya tadi mau tak ambil sendiri ini, sekalian ngasih kejutan nek kita sekarang tetanggaan. (Mrenges)
Ada suara mobil berhenti di depan. Wilis berlari membukakan pintu gerbang sebelah garasi. Mobil itu masuk ke garasi. Wilis menutup gerbang. Kemudian kembali duduk di antara barang-barangnya. Ranang seperti mengamati barang-barang yang akan dibawa. Bimantara datang. Ranang berdiri.
RANANG
Selamat sore, Om
BIMANTARA
Sore juga. Sudah pulang kuliah?
RANANG
Sampun, Om. Tadi Cuma 2 mata kuliah.
BIMANTARA
Ikut ke Lawu juga? Titip Wilis ya, Nang.
RANANG
Siap, Om! Nanti kalo ngeyel pasti tak jewer!
Bimantara dan Ranang terkekeh. Wilis manyun. Bimantara masuk ke dalam sambil menoyor kepala Wilis dengan sayang.
CUT TO :