Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aku melakukan pencarian dengan mesin pencari mengenai sejarah kereta api di Sumatera. Ternyata banyak berita yang menulis tentang jalur kereta api ini. Dimulai pada pertengahan 1920-an. Belanda yang merencanakan, Jepang yang merealisasikan. Jepang memerlukan jalur tersebut karena sekutu menguasai Samudera Hindia.
Seorang saksi mata digambarkan bahwa pekerja paksa tersebut sangat mengenaskan. Mereka bahkan hanya tinggal kulit yang melekat di tulang. Ada beberapa di antara mereka yang karena saking laparnya mengambil ubi kayu milik masyarakat dan memakannya mentah-mentah. Aku merasa suasana mencekam ketika membacanya.
Namun sayang, hasil kerja lebih dari seratus ribu romusha yang membangun jalur kereta api Riau-Sumbar itu bagai hilang tersapu zaman. Seratus ribu jiwa yang melayang karena kelaparan dan siksaan tentara Jepang.
"Saatnya tugasku sebagai jurnalis terus menulis agar sejarah ini tidak pernah hilang. Karena semangat menjaga kemerdekaan hanya akan abadi dari membaca sejarah, meski bukti-bukti sudah lenyap ditelan zaman." -Faiz
Premis
Sejarah seharusnya tidak pernah hilang, bahkan bila buktinya sudah tidak ada lagi karena lekang oleh waktu. Termasuk sejarah Romusha dalam pembangunan Rel Kereta Api Sumatera Barat-Riau.
Pengenalan Tokoh
Faiz, redaktur koran harian untuk tulisan panjang yang terbit hari Minggu pada awalnya hanya bertugas mengantar seorang Wartawan Belanda, Jordan, yang hendak meliput soal pembangunan rel kereta api di Sumatera Barat sampai Riau. Namun, jiwa jurnalismenya membuat dia tergerak untuk menulis sejarah, agar tidak hilang dari peradaban.
Mereka berdua mencari narasumber, dan bukti-bukti tentang pekerja paksa yang disebut Romusha dalam pembangunan rel tersebut. Namun sayang, hasil kerja lebih dari seratus ribu romusha yang membangun jalur kereta api Riau-Sumbar itu bagai hilang tersapu zaman. Seratus ribu jiwa yang melayang karena kelaparan dan siksaan tentara Jepang dan body guard mereka yang disebut polis.
Dibumbui kisah asmara Faiz yang playboy, ditinggal kekasihnya seorang perempuan cantik yang mapan bernama Lola, karena sikapnya yang tidak setia. Sampai pengejaran Faiz demi cinta masa remaja dan calon isteri yang solehah bernama Nadhira, anak guru mengajinya semasa kecil.