Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 77
INT. DANAU – MALAM
PEMAIN. RENDI
Rendi merasa malas melakukan Apapun, dia duduk melamun di pinggir taman bunga kecilnya sambil memandang Taksinya. Dia mengambil ponsel di sakunya, lalu melihat foto-foto saat bersama Viona.
RENDI
(Bicara dalam hati sambil melihat foton di ponsel)
Apa yang harus aku lakukan Vi? Bagaimana keadaanmu sekarang vi? Aku ingin sekali melihatmu vi.
Rendi melangkahkan kakinya menyusuri ke pinggir danau. Dia menatap ke atas langit terlihat bintang-bintang bertaburan. Berkali-kali dia menghubungi ponsel Viona, namun masih saja tetap tidak bisa tersambung.
RENDI
(Teriak)
Viona!
SCENE 78
INT. KAMAR VIONA – MALAM HARI
PEMAIN. VIONA, MAMA VIONA
Viona menangis sesegukan di kamar tidurnya, dia ditemani ibunya.
VIONA
Papa jahat, egois. Pernahkah mama dan papa mengerti perasaanku. Dari dulu Mama dan papa hanya sibuk kerja!
MAMA VIONA
(Sambil membelai-belai anaknya)
Semua demi kebaikanmu sayang, Kami melakukan semua ini untuk kamu.
VIONA
Kalau memang untuk aku, kenapa kebahagiaanku kalian rebut. Aku tidak mau ke Amerika Ma. Aku tetap mau disini.
MAMA VIONA
Ya mama mengerti perasaanmu, Tapi kamu tahu kan bagaimana sifat papamu. Dia ingin kamu berhasil.
(Mama Viona terus membelai anaknya)
VIONA
Ma, Meskipun dia tidak punya apa-apa tapi dia lebih baik dari siapapun. Dia yang selalu mengerti perasaanku, menjagaku.
MAMA VIONA
Ya mama tahu. Percayalah kalau memang dia jodohmu, Walaupun kalian kini terpisah pasti suatu saat akan bertemu lagi. Yakinlah sayang Dan tunjukkan ke papamu bahwa kamu bisa.
VIONA
Ma, Sebelum berangkat aku ingin bertemu Rendi dulu bisa kan Ma?
MAMA VIONA
Mama tidak tahu sayang, tapi kalau kamu bilang sama papamu tidak mungkin akan di perbolehkan. Percayalah sayang, kalau dia memang jodohmu pasti akan bertemu lagi. Sudah jangan menangis lagi ya sayang, Besok pagi kamu harus berangkat. Jadi sekarang Istirahat ya.
Viona terdiam mendengar nasehat Mamanya, kemudian mamanya keluar dari kamar.
Air mata Viona pun berlinang mengingat Rendi, mau menghubungi Rendi pun tak bisa karena ponselnya di ambil papanya. Sambil terurai air matanya, Viona coba memejamkan matanya.
SCENE 79
EXT. RUMAH VIONA – PAGI
PEMAIN. RENDI, PEMBANTU
Rendi mondar-mandir di depan pintu Rumah Viona. Akhirnya dia memberanikan diri memencet bel pagar rumah Viona. Tak lama kemudian pagar terbuka dan terlihat pembantu dibalik pintu pagar.
PEMBANTU
Cari siapa ya mas, Temannya non Viona ya?
RENDI
Ya Bi, Oh ya non Viona nya ada Bi?
PEMBANTU
Baru setengah jam berangkat ke bandara sama bapak dan ibu.
RENDI
Maaf bi, Keberangkatan pesawatnya jam berapa Bi?
PEMBANTU
Maaf mas, saya kurang tahu.
RENDI
Ya sudah Bi, Terima kasih.
Pembantu menutup kembali pagar Rumah. Sedangkan Rendi kembali ke Taksinya untuk menyusul Viona di bandara.
SCENE 80
INT. BANDARA – PAGI HARI
PEMAIN. VIONA, PAPA , MAMA
Viona dengan wajah cemberut dan sedih memeluk mamanya, tak terasa air matanya menetes.
MAMA VIONA
(Sambil memeluk anaknya)
Belajar yang Rajin, Semoga kamu berhasil dan semua keinginanmu tercapai sayang. Pamit juga sama Papamu.
VIONA
(Berlinang air mata)
Ya ma, aku akan buktikan ke papa.
Viona pun melepas pelukannya, saat dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam bandara, viona hanya menoleh ke papanya tanpa pamit. ketika papanya mengatakan sesuatu, baru dia menghentikan langkahnya.
PAPA VIONA
Vi, Kalau study kerja disana hasilnya memuaskan. Kamu bisa kembali ke Rendi.
Setelah mendengarkan kata-kata Papanya Viona melanjutkan langkahnya masuk ke dalam tanpa menoleh ke Papanya. Mama Viona hanya bisa menangis melihat anaknya, sedangkan papa Viona dengan tegar melihat anaknya berjalan masuk ke dalam.
Viona menghentikan langkahnya, dia menoleh sejenak ke arah mama dan papa nya, terlihat kedua orang tuanya meninggalkan bandara. Viona meencari tempat duduk sambil menunggu pengecekan Visa.
SCENE 81
INT. BANDARA – PAGI
PEMAIN. RENDI, VIONA, PETUGAS, MAMA DAN PAPA VIONA
Rendi memarkir mobil taksinya, dia kemudian berlari masuk ke dalam Bandara. ketika dia masuk tanpa disadari berpapasan dengan orang tua Viona, namun keduanya sama-sama tidak mengetahui. Mama dan papa Viona berjalan keluar, sedangkan Rendi berlari masuk ke dalam.
Ketika Rendi berada di pintu masuk penumpang, Rendi berusaha masuk ke dalam namun dia dihadang petugas karena tidak memiliki tiket.
Rendi berusaha menjelaskan sesuatu ke petugas, namun dia tetap tidak diperbolehkan masuk. Akhirnya Rendi kebingungan, mondar-mandir sambil mengamati ke dalam.
Kemudian dia mencari tempat duduk duduk di kursi sambil menatap kedalam. Hingga pandangannya tertuju ke arah cewek yang tak lain adalah Viona, begitupun juga dengan Viona tanpa disadari pandangannya tertuju ke arah Rendi. Viona berdiri melangkahkan kakinya menghampiri Rendi, Namun mereka berdua hanya bisa saling memandang karena terhalang dinding kaca. Tak lama kemudian, Viona pun disuruh masuk petugas karena pesawat akan terbang.
VIONA
(Sambil berderai air mata)
2 tahun aku akan mencarimu
Tunggu aku di danau kita, Tunggu aku kembali.
RENDI
Aku akan menunggumu vi, Aku mencintaimu. Aku akan merindukanmu.
Petugas menyuruh Viona untuk cepat masuk karena penumpang harus sudah ada di pesawat sebelum landing. Dia pun terpaksa meninggalkan Rendi dan berjalan masuk, Rendi hanya bisa melihat kepergian Viona sampai tak terlihat bayangannya.
Setelah Viona sudah tak terlihat, Rendi duduk di depan dengan rasa kesedihan yang mendalam.