Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 82
INT. KANTOR – SIANG
PEMAIN. RENDI, PEKERJA
Rendi mengenakan Jas hitam dan memimpin Rapat kerja. Dia terlihat sedang menjelaskan sesuatu di hadapan beberapa orang. Semua yang ada diruangan meeting itu dengan serius mendengarkan penjelasan Rendi. Setelah selesai, semuanya mulai meninggalkan tempat meeting. Yang tertinggal hanya Rendi dan Direkturnya.
Kemudian Mereka berdua duduk santai di kantor direktur.
DIREKTUR
Bagus Rend, mudah-mudah mereka paham dan menerima ide-ide kamu.
RENDI
Terima kasih pak, atas dukungannya.
DIREKTUR
Memang sejak kamu disini, perusahaan ini terus mengalami perkembangan. Ide-idemu yang milenial gampang diterima. Semoga sukses selalu.
RENDI
Semua harus mendukung dan bekerja sama pak. Jika itu bisa kita ciptakan kemungkinan besar kita tidak mudah tersaingi.
DIREKTUR
Oke-oke, Memang waktunya yang muda yang berfikir.
Office boy datang membawakan kopi siang, direktur dan Rendi menikmati kopi bersama sambil berbincang-bincang.
SCENE 83
INT. BANDARA - SIANG
PEMAIN. VIONA
Viona berjalan keluar melewati pintu kaca, dia memandangi pintu tersebut. Di dalam ingatannya masih terlihat jelas saat-saat terakhir dirinya akan berpisah dengan Rendi.
Viona lalu memegang dinding kaca dan menatap keluar, Viona melamun sambil mengingat kejadian 2 tahun yang lalu. Lamunan Viona buyar ketika seorang petugas menyadarkan lamunannya.
PETUGAS
Mbak,Mbak Awas ini kaca, Awas terbentur.
VIONA
(tersenyum mendengar kata-kata petugas)
Ya pak, maaf terlalu bersih kacanya jadi tidak terlihat seperti kaca.
PETUGAS
Lewat sini mbak.
Viona pun berjalan keluar sambil menyeret tas nya. Dia menghirup udara dalam-dalam untuk merasakan Udara segar di kotanya yang dulu.
VIONA
(Dalam Hati)
Hmmm. Udara disini masih segar seperti dulu. Semoga Rendi seperti udara ini, yang tidak akan pernah berubah.
Tak lama kemudian Papa dan Mama Viona berjalan menghampirinya. Viona tak menyadari kedatangan kedua orang tuanya menghampirinya.
MAMA VIONA
Viona! Bidadari mama!
VIONA
Mama!
Mama Viona langsung memeluk anaknya, papanya Cuma bisa melihat anaknya. Karena dia sadar kalau sifat anaknya tidak jauh beda dengan dirinya.
PAPA VIONA
Papa boleh memeluk anak papa tidak?
Viona langsung memeluk papanya dan papanya dengan tersenyum menerima pelukan anaknya. Kemudian Viona berbisik kepada Papanya.
VIONA
Viona sudah tepati janji Viona. Kini Papa harus tepati janji papa.
Papa Viona melepaskan pelukannya dan memandang wajah anaknya.
PAPA
Baik lah, papa menyerah sekarang.
MAMA VIONA
Ayo pulang, Mama sudah kangen sama anak mama.
VIONA
Ya Ma, Viona juga lapar. Viona ingin mama yang masak hari ini.
Akgirnya Mereka bertiga berjalan ke parkiran mobil di bandara.
SCENE 84
INT. KEDAI KOPI - MALAM
PEMAIN. RENDI, DEVI, RAISA, DEDI
Rendi dan Dedi teman sekantornya berada di Kedai kopi. Dedi mengajak Devi dan Raisa, Dedi ingin mengenalkan Devi ke Rendi.
Terlihat mereka berempat santai menikmati kopi sambil di iringi musik-musik cinta.
DEDI
Rend, kenalin ini Devi, ini Raisa.
RENDI
Rendi! Bukankah Ini Raisa yang sering kamu ceritakan itu ya.
RAISA
Memang Dedi cerita apa saja ke kamu?
DEDI
(Sebelum Rendi menjawab, Dedi dengan cepat membalas)
Memang cerita apa? Bisa saja kamu itu Rend.
RENDI
Heee heee. Kenyataannya kan begitu. Ngomong saja tidak apa-apa daripada nanti kalah duluan.
RAISA
(Dengan wajah sedikit cemberut)
Memangnya Dedi kenapa Rend, kok ngomongin aku dari belskang!
DEDI
Aku cerita ke Rendi, Kamu itu cantik dan Baik. Lagian selama aku kenal Rendi, dia kan jarang dekat cewek jadi sengaja aku panas-panasin.
RENDI
Aku dibuat alasan, Dia itu Bohong. Sebenernya dia suka sama kamu.
DEDI
Rendi, Aduhhh Kamu buka Rahasia kantor. Gak-gak, Jangan dengerin dia. Dia lagi ngaco tuh!
RAISA
Begitu ya, berarti selama ini kamu deketin aku, baikin aku, ada tujuannya ya?
Mereka pun bercanda bersama, sikap Dedi yang lucu membuat mereka lagi-lagi tertawa.
DEDI
Devi, Aku rasa kalian cocok deh! Ya kan Sa?
RAISA
(Sambil makan kue)
He em.
Devi sedikit malu-malu menatap Rendi. Rendi pun memandang Devi dengan sikap biasa.
DEDI
Kayak aku dan Kamu kan Serasi
RAISA
Siapa yang bilang serasi, Ngegombal saja.
Rendi melihat jam di tangannya, sepertinya sudah terlalu malam.
RENDI
Pulang yuk, Sudah larut malam. Besok kan harus perang lagi dikantor!
DEDI
Ya elah, kan Masih baru duduk Rend. Oh ya, kalian balik duluannya, kamu begitu antar Devi ya Rend, Aku mau santai dulu sama Raisa disini. Ada yang mau dibicarakan sedikit ke dia, biar Romantis gitu.
Raisa menginjak kaki Dedi, Dedi sedikit menahan sakit. Rendi mengerutkan Alis matanya.
RENDI
Kalau aku terserah, Memang Devi mau aku antar pulang.
DEDI
Mau kan Dev, mau ya?
DEVI
Ya gimana lagi, kalau gak mau, nanti siapa yang mengantar aku pulang. Ya sudah aku numpang Rendi saja, biar tidak mengganggu suasana Dedi sama Raisa.
Akhirnya mereka balik pulang. Rendi bersama Devi, dan Dedi bersama Raisa.
SCENE 85
EXT. RUMAH RENDI - SIANG
PEMAIN. VIONA, PEMBELI RUMAH RENDI.
Viona rindu banget kepada Rendi, akhirnya dia mendatangi rumah Rendi. Dia sedikit kebingungan karena perubahan Rumah Rendi yang terlihat sedikit besar dan juga ada mobil di teras. Sehingga dia sedikit ragu turun dari mobil.
VIONA
(bicara dalam hati)
Rendi sepertinya sudah sukses, Apa dia masih mengingatku.
Viona turun dari mobil dan berjalan menuju ke rumahnya Rendi. Dia memencet bel pintu rumah. Tak lama kemudian dari dalam Rumah keluar ibu muda. Viona sedikit terkejut, matanya memperhatikan ibu muda tersebut.
IBU MUDA
Maaf cari siapa mbak?
VIONA
Rendi ada Bu?
IBU MUDA
(Sedikit bingung)
Rendi, Rendi siapa ya mbak?
VIONA
Rendi yang punya Rumah ini.
IBU MUDA
Oh iya mbak, maaf saya tidak kenal. Mungkin salah alamat mbak.
VIONA
Maaf ya bu mengganggu.
IBU MUDA
Ya mbak, tidak apa-apa.
VIONA
Terima kasih Bu, Maaf ya.
Viona berjalan kembali dengan wajah yang bersedih, kemudian dia masuk ke mobil dan mengambil ponselnya. Berkali-kali dia coba menghubungi nomor Rendi namun tidak bisa tersambung.
SCENE 86
INT. RUMAH NATALIA- MALAM
PEMAIN. VIONA, NATALIA
Viona langsung memencet bel rumah Natalia. ketika pintu terbuka Natalia kaget saat melihat Viona berdiri di depan pintunya.
NATALIA
Ya ampun, Viona.
Viona langsung memeluk teman lamanya, lalu mengajaknya masuk ke dalam Rumah.
NATALIA
Aku kangen banget sama kamu vi. Kamu Pergi ke Amerika juga tidak mau ngasih kabar. Kamu tambah cantik banget Vi.
VIONA
Ya maaf Nat, Kamu tahu papa gimana kan, Ponsel aku dulu di ambil jadi tidak bisa menghubungi siapapun. Makanya ketika aky pergi dulu tidak ada yang tahu. Cuma Rendi yang tahu, entah siapa yang kasih tahu.
NATALIA
Oh ya bagaimana hubunganmu dengan Rendi.
VIONA
Kita putus kontak Nat. Selama di Amerika, kita tidak pernah saling menghubungi. Kalau kamu sama Juna gimana?
NATALIA
Mungkin tahun depan kita Nikah Vi. Oh iya terus sekarang kamu sudah ketemu Rendi belum?
VIONA
Itu masalahnya Nat, Aku Rindu banget sama dia. Kemarin aku datangi rumahnya, sepertinya sudah dijual. Soalnya yang nempati tidak kenal Rendi. Sekarang aku tak tahu dimana dia. Bantu aku ya?
NATALIA
Ya sudah nanti kita cari sama-sama. Hmm.. Kamu pasti tahu tempat yang sering kalian datangi berdua, nah kita cari kesana dulu.
VIONA
Ya Nat, Ada tempat spesial yang sering kita datangi berdua dulu.
NATALIA
Oke kapan-kapan kita cari bareng. Sekarang ceritakan tentang Amerika. Disana pasti senang banget.
Mereka pun saling bercerita dan mendengarkan, karena mereka lama berpisah jadi mereka melepas rindu.
SCENE 87
INT. RUMAH RENDI – PAGI
PEMAIN. RENDI, DEDI
Rumah Rendi terlihat mewah dengan halaman yang cukup luas, ada taman bunga juga ada mobil. Namun kini dia hidup sendiri di rumahnya, karena sebelum dia berhasil, ibunya telah meninggal.
Dedi terbangun dari tidurnya, dilihatnya jam dinding ruang tamu jam 09.00 WIB. Dedi langsung berlari ke kamar mandi, karena ada janji dengan Raisa. Sedangkan Rendi lagi bersantai membaca buku di teras Rumahnya sambil menikmati kopi. Dedi keluar dengan Rapi lalu dia menghampiri Rendi yang lagi santai di depan.
DEDI
Rend, Aku mau balik dulu soalmnya ada janji dengan Raisa.
RENDI
Ngopi dulu lah, Ini sudah aku buatin.
DEDI
(Menunjukkan jam ditangannya)
Sudah Terlambat nih, Nanti dia marah.
RENDI
Kan hari minggu, jalanan sepi, Ayo ngopi dulu
Dedi tidak bisa menolak, akhirnya dia duduk dan meminum kopi buatan Rendi. Dedi memandangi Rendi yang santai dan tak pernah membahas masalah cewek.
DEDI
Gimana dengan Devi?
RENDI
Ya tidak ada apa-apa, Memangnya ada apa dengan Devi
DEDI
Aduhh Rendi, Dia aku kenalin ke kamu itu biar kalian bisa dekat. Sekarang kamu ganti baju kita keluar sama-sama, Raisa dan Devi sudah menunggu
RENDI
Bukannya aku tidak mau, Aku masih belum ingin cari pasangan Ded. Santai saja!
DEDI
Normal kan dirimu Rend?
Hii hhiii.
RENDI
(Tertawa)
Ya normal lha, aku Fokus kerja dulu. Masalah cewek nanti saja difikirkan.
DEDI
Terserah kamulah. Ayo cepetan ganti baju kamu, nanti Raisa marah sama aku
Rendi masuk ganti pakaian menuruti keinginan kawannya. Tak lama kemudian dia keluar memakai kaos.
RENDI
Begini tidak apa-apa kan?
DEDI
Lebih baik begitu biar kelihatan muda. Ayo sudah terlambat ini, Kita pacaran dulu mumpung libur.
Dedi berdiri dan meminum kopinya, setelah itu mereka pergi.
SCENE 88
INT. WARUNG MIE AYAM – MALAM
PEMAIN. VIONA, PENJUAL MIE AYAM
Warung Mie ayam lumayan sepi, terlihat Viona duduk di warung Mie ayam kesukaannya dulu. Kemudian penjual mendatanginya.
PENJUAL
Neng Viona ya, Lama tidak kesini. Tambah cantik saja neng viona.
Viona tersenyum melihat penjual mie
VIONA
Ya pak, study ke luar kota pak, Jadi gak pernah pulang. Sekarang sudah selesau dan kangen makan Mie ayam buatan bapak.
PENJUAL
Kalau begitu aku buatin yang spesial.
Penjual kembali ke tempat memasak, sedangkan Viona tetap di tempat duduk sambil melihat disekitarnya.
Tak lama kemudian penjual datang membawa pesanan Viona.
PENJUAL
Ini spesial buat Neng.
VIONA
Terima kasih pak.
Penjual balik ke tempatnya, Viona mencicipi Mie ayam namun Cuma satu sendok. Karena hatinya teringat Rendi sehingga selera makannya hilang. Viona hanya bisa melamun menatap tempat duduk di depannya sambil mengingat-ingat saat makan dengan Rendi. Saat Rendi menyuapinya, saat Rendi membersihkan Saos di bibirnya
Tak terasa para pembeli pun sudah pada pergi. Yang terlihat tinggal Viona. Penjual melihat Mie ayam Viona masih utuh.
PENJUAL
(Bicara dalam hati)
Biasanya neng Viona habisin mie nya. Masak tadi salah bumbu.
Penjual menghampiri Viona, dan mau menanyakan apa Mie nya tidak enak.
PENJUAL
Neng, Kok tidak di makan Mie ayamnya. Apa tidak enak neng?
VIONA
(Menghapus Air matanya)
Enak kok pak. Cuma lagi teringat seseorang jadi selera makannya hilang.
(Dengan tersenyum tipis Dan melanjutkan bicaranya)
Pak, apa cowok yang sering aku ajak dulu, pernah kemari gak?
PENJUAL
Hmmm, Berarti masalah cinta jadi gak di makan ini. Aku kira tadi salah bikin neng.
Penjual merasa kasihan melihat Viona, kemudian dia duduk di hadapan Viona.
PENJUAL
Seingat saya dulu sering neng, Tapi sekitar setahun dia tidak kelihatan lagi. Malah yang terakhir dia seperti neng Viona gini, Tidak di makan mienya.
Air mata Viona berlinang, penjual merasa salah tingkah takut salah bicara.
VIONA
Apa dia masih membawa taksi dulu pak?
PENJUAL
Ya neng, Terakhir dia bercerita seumur hidupnya dia mencintai satu wanita dan wanita yang di cintainya kini telah pergi. Dan kepergian Ceweknya itu demi dirinya gitu neng.
VIONA
Ya pak, aku meninggalkannya tanpa pamit.
PENJUAL
Cintanya tulus pada neng Viona. Bapak yakin dia masih menunggu neng Viona, Neng Viona kejar cintanya. Tetap semangat.
Viona tersenyum dalam tangis melihat support dari penjual Mie ayam.
VIONA
Ya terima kasih pak, ini uangnya, kembaliannya buat bapak, Saya balik dulu pak. Kalau melihat dia kesini, bapak bilang saya sudah disini.
Viona pergi meninggalkan penjual dan menuju ke mobilnya, penjual dengan wajah kasihan geleng-geleng kepala melihat Viona.