70. INT. KOST HALIMAH - KAMAR HALA — DAY
Hala masuk kamar dengan wajah segar dan poni yang sedikit basah. Hala duduk di kursi, lalu memilih-milih beberapa skincare di atas meja belajar. Sementara Hala Dewasa duduk di kasur sambil menikmati teh manis hangat. Kakinya ditutupi selimut. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, sampai Hala Dewasa membuka mulut.
HALA DEWASA
Lo bener. Gue sama Deva emang pacaran.
Hala masih sibuk dengan skincare-nya, tidak melihat ke arah Hala Dewasa.
HALA DEWASA
Kita kenalan di perpus Cikini. Makanya gue nggak mau lo ke sana hari itu. Tapi apa pun yang gue lakuin, ternyata lo berdua tetep ketemu.
HALA
Gue ketemu Deva waktu lari pagi. Yang lo pulang duluan.
Hala Dewasa tertawa sinis.
HALA DEWASA
Kaya yang lo bilang, Deva itu baiiikkk banget. Dia bisa bikin gue nyaman. Tapi makin lama, dia mulai abusive.
Hala langsung mengalihkan perhatiannya kepada Hala Dewasa.
HALA DEWASA
Gaslighting, overly over-protective, kasar. Masalahnya gue selalu mikir, kalo itu cara Deva buat nunjukin sayang dan perhatiannya ke gue.
Hala Dewasa memilin seprei dengan jarinya. Dia diam sejenak untuk mengatur nafas, lalu meletakan gelasnya di samping tempat tidur.
HALA DEWASA
Sampe dia ... mulai mukul.
Hala Dewasa menyibak selimut yang menutupi kakinya. Karena menggunakan celana pendek, terlihat beberapa memar di kakinya. Hala Dewasa lalu mengangkat atasannya. Terlihat juga memar di perut dan lengannya.
Hala menghampiri Hala Dewasa dan mengusap beberapa memar itu. Air mata menggenang di pelupuk matanya.
HALA
Kenapa nggak bilang?! Kan bisa diobatin.
HALA DEWASA
Nggak sakit.
HALA
Terus, mimpi buruk lo tiap malem itu?
HALA DEWASA
Itu mimpi kejadian-kejadian waktu pacaran sama Deva.
HALA
Cika tau?
Hala Dewasa mengangguk.
HALA DEWASA
Gue ketemu Cika tiga tahun lalu di kantor. Waktu tau, dia langsung maksa gue ngejauhin Deva. Itu alesan Cika ngajarin gue buat lebih sayang sama diri sendiri.
(beat)
Tapi makin gue berusaha jauh dari Deva, cowok itu makin protective.
HALA
Gila!
Hala Dewasa tertawa kecil.
HALA DEWASA
Malam itu, gue ulang tahun. Cika ngasih surprise. Dia ke kost sama ... ada lah cowok. Abis tiup lilin, tiba-tiba Deva dateng, terus maksa gue buat ikut dia.
CUT TO:
71. INT. MOBIL — NIGHT (FLASHBACK)
Hala Dewasa duduk terdiam di samping Deva. Tangan Deva menggenggam stir mobil dengan kencang. Kepalanya sesekali menoleh kepada Hala Dewasa, memastikan perempuan itu tetap menyimak. Mulutnya tidak berhenti mengomel sejak tadi.
HALA DEWASA (O.S)
Di mobil dia marah-marah soal ... gue bahkan nggak inget. Saking seringnya.
Deva mengusap kasar wajahnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih menyetir. Lalu kembali marah. Matanya menyala. Mendengar semua kata-kata Deva, Hala Dewasa memejamkan matanya.
HALA DEWASA (O.S)
Terus gue inget kata-kata Cika. Stop diginiin sama Deva. Lo nggak kaya apa yang dia bilang.
Saat membuka matanya kembali, Hala Dewasa mengucapkan sesuatu.
HALA DEWASA (O.S)
Deva kaget waktu gue berani bales omongannya.
Kalimat Hala Dewasa membuat Deva tertawa sinis, tapi sekian detik kemudian rahangnya mengeras. Kakinya menginjak pedal gas lebih dalam. Hala mengencangkan pegangannya ke seat belt.
CUT TO:
72. INT. MOBIL — NIGHT (FLASHBACK) (NEXT SCENE)
Hala Dewasa membuka matanya perlahan. Darah mengalir di dahinya. Beberapa memar terlihat di wajahnya. Lengan cardigan-nya terdapat bercak darah. Hala Dewasa melihat kap mobil terangkat. Mobil tersebut menabrak pembatas jalan.
HALA DEWASA (O.S)
Kecelakaan. Gue nggak tau kecepatan kita berapa waktu itu.
Di sampingnya, Deva terbaring di atas setir mobil. Darah juga mulai mengalir di dahi Deva. Hala Dewasa mencoba menyentuh Deva, tapi tangannya tidak bisa bergerak. Hala Dewasa berusaha membuka seat belt-nya, tapi tangannya tidak bisa mencapai pengaitnya. Sekuat apapun dia mencoba.
HALA DEWASA (O.S)
Gue nggak bisa ngapa-ngapain. Cuma bisa nangis.
Perlahan air mata jatuh di pipi Hala Dewasa. Dia menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba pintu mobil terbuka. Seseorang mencopot seat belt Hala Dewasa dan menggendongnya keluar dari mobil. Meninggalkan Deva sendirian.
CUT TO:
73. EXT. JALANAN KOTA JAKARTA — NIGHT (FLASHBACK)
Dalam pelukan laki-laki itu, Hala Dewasa dibawa pergi dari mobil.
HALA DEWASA (O.S)
Waktu bisa keluar, kepala gue kosong. Bingung. Kok ulang tahun gue jadi gini.
Hala Dewasa melihat ke arah langit malam, ke arah bulan yang bersinar sangat terang.
HALA DEWASA (O.S)
Gue berdoa dalam hati. Kalo bisa muter waktu, gue nggak mau ketemu Deva. Terus gue merem. Capek.
(beat)
Tapi gue nggak tau siapa yang bawa gue keluar.
Melihat mata Hala Dewasa yang tertutup, Benji terlihat khawatir. Dia berusaha menggoyangkan badan Hala Dewasa di pelukannya.
BENJI
Hal! Hala!
Benji berlari menuju mobilnya, beberapa meter di belakang mobil Deva. Mata Hala sedikit terbuka sebelum kembali tertutup.
BENJI
Gue nggak percaya sama Deva. Makanya gue sama Cika ngikutin lo, Hal. Harusnya dari dulu gue berani ngerebut lo dari Deva.
CUT TO:
74. INT. KOST HALIMAH - KAMAR HALA — DAY (PRESENT DAY)
Air mata Hala turun. Wajahnya membeku.
HALA DEWASA
Pas gue buka mata, gue ada di depan kost. Luka-luka bekas kecelakaan nggak ada. Sakitnya nggak berasa lagi.
HALA
Tapi memar lo ...
HALA DEWASA
Itu anehnya. Luka kecelakaan ilang, tapi memar yang ini nggak ilang. Ini hadiah pacaran tujuh tahun dari Deva.
HALA
Termasuk bekas luka di jidat lo itu?
HALA DEWASA
Mungkin gue nggak boleh ngelupain perlakuan Deva. Biar gue tetep inget, tujuan sebenernya dikirim ke sini.
Hala Dewasa tersenyum dan menghapus air mata yang tidak berhenti turun di pipi Hala.
HALA DEWASA
Deva bukan cuma bikin badan gue sakit, tapi juga psikis gue. Semua kata-katanya bikin gue mikir, apa iya gue se-worthless itu.
Hala memeluk Hala Dewasa dengan erat.
HALA DEWASA
Makanya gue nggak suka lo ngata-ngatain diri lo sendiri. You are worth it, Hal. So worth it. I learned it the hard way.
HALA
Makasih udah bertahan. Makasih udah nggak nyerah di tengah jalan. Lo hebat. Hebat banget.
Air mata yang ditahan Hala Dewasa sejak tadi akhirnya turun juga. Mereka berpelukan ntah berapa lama.
HALA DEWASA
Waktu sampe sini gue baru sadar. Ternyata gue harus bisa ngehargain diri sendiri dulu, biar orang lain bisa ngehargain gue. Dan nggak perlu nyari compliment dari orang lain.
HALA
Pasti kata-katanya Cika lagi.
HALA DEWASA
Tapi caranya salah, gue terlalu maksa lo. Gue minta maaf. Gue terlalu pengen nyelamatin masa depan, sampe nggak bisa lihat gue di masa lalu kaya gimana.
Mereka berdua saling menatap. Tiba-tiba ekspresi Hala berubah sedih.
HALA
Maaf juga gue udah bohong sama lo. Gue takut lo pergi. Gue takut nggak ada yang nemenin gue lagi. Sejak ada lo, gue seneng ada yang nyemangatin gue, bantuin gue.
HALA DEWASA
Ngaca aja, ntar lo bisa ngeliat gue.
HALA
Tapi kita tuh sebenernya selama ini ngobrol sama diri sendiri, nasehatin diri sendiri. Aneh banget tau.
HALA DEWASA
Soalnya nggak ada yang bisa ngertiin kita, selain diri kita sendiri. Iya, kan?
Mereka berdua tertawa. Sampai kaki Hala Dewasa tidak sengaja menyenggol gelas sampai tumpah dan mereka panik membereskan kertas-kertas Hala agar tidak basah.
HALA DEWASA
Tugas akhir lo gimana? Lancar?
Ujung bibir Hala kembali turun. Air mata menggenang di pelupuk matanya.
HALA
TA gue abis dicoret-coret sama Bu Rita. Belom lagi pembimbing yang lain bikin tambah bingung. Konsep gue dibilang nggak kuat. Sampe disuruh cari pendekatan lain.
Hala Dewasa tertawa kecil melihat perubahan ekpresi Hala.
HALA DEWASA
Ah .... jangan nangis lagi dong. Ntar gue bantuin. Kita bikin pembimbing yang banyak itu suka sama konsep lo.