Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
91. INT. RUANG MAKAN - PAGI
Pak Sugih, Bu Siti dan Dila sedang duduk bersama di meja makan. Tampak Pak Sugih makan dengan perlahan dan Dila sedang menyuapi Bu Siti. Namun terlihat bu Siti susah sekali utuk makan, Dia selalu menolak makanan yang disuapi Dila.
DILA
Makan bu walaupun sedikit.
Bu Siti tetap menolaknya. Dila terdiam sebentar karena kesal, tiba-tiba Dila sedikit membanting sendok yang Dia pegang ke piring. Pak Sugih terkejut, Dia langsung melihat ke arah Dila.
DILA
Yaudah kalau gak mau makan.
Dila langsung memainkan handphonenya yang berada di depannya, Bu Siti hanya diam saja dan ekspresinya hanya datar. Pak Sugih terdiam melihatnya. Namun karena Dila merasa kasihan, Dila menaruh handphonenya kembali di meja.
DILA
Ibu kenapa gak mau makan?
Bu Siti hanya diam, lalu Dia melihat ke arah Dila.
DILA
Ibu mau makan apa?
CUT TO:
92. INT. RUANG MAKAN - DAY
Dila menyuapi bu Siti dengan sebungkus nasi kuning. Bu Siti makan dengan lahap. Tampak ekspresi Dila sangat kusut.
93. INT. RUANG TENGAH - SIANG
Dila sedang berdiri di samping sofa, Ia terlihat sedang menelpon suaminya. Dila tampak kesal
DILA
Lebih susah ngerawat orang tua daripada anak kang.
kalau anak kan ibaratnya nih bisa dimarahin kalau susah tapi orang tua? yang ada dosa besar aku.
CUT TO:
INTERCOME
94. INT. KAMAR AGUS - MALAM
Agus sedang duduk di kasur.
AGUS
Emang gak ada yang bisa gantian mah?
seminggu sekali misalnya.
Dila duduk di sofa.
DILA
Gak ada yang bisa kang,
lebih tepatnya sih gak ada yang mau.
AGUS
Kamu gak ngomong sih ke yang lain.
DILA
Aku udah ngomong sama ceu Ratna untuk bilang
ke yang lain biar gantian.
tp gak ada yang bisa.
Adi aja gak kesini-sini coba.
Gus terdiam sebentar.
AGUS
Aku kasian sama kamu,
takutnya kamu sakit.
Dila terdiam, tiba-tiba Agus memikirkan sesuatu.
AGUS
aku ada ide.
Gimana kalau bapak sama ibu
kita bawa aja ke rumah?
Dila terdiam karena mendengar kata-kata Agus.
AGUS
Gimana?
DILA
Tapi kan kamu tau kalau bapak gak mau
ninggalin rumahnya.
AGUS
Ya mau gimana lagi?
habisnya gak ada yang mau gantian.
Dila hanya diam.
AGUS
Mah,
walaupun anak-anak udah pada gede,
mereka juga butuh kamu.
Dila masih terdiam mendengar kata-kata suaminya.
AGUS
Aku juga butuh kamu mah.
Dila tampak tersentuh dengan omongan Agus.
CUT TO:
95. INT. KAMAR DILA - PAGI
Di pagi petang, alarm handphone Dila berbunyi, namun ternyata Dila udah bangun dari tadi. Dila terlihat duduk senderan di ujung kasur dengan wajah yang kusut. Dila melamun memikirkan perkataan suaminya.
lalu dia mengambil handphonenya dan mematikan alarmnya dan beranjak keluar.
CUT TO:
96. INT. RUANG MAKAN - PAGI
Pak Sugih, Bu Siti dan Dila sedang duduk bersama di meja makan. Terlihat Pak Agus sedang makan dengan perlahan dan Dila sedang menyuapi Bu Siti dengan sabar, namun tetap terlihat kalau muka Dila tampak kalut. Pak Sugih mengamati Dila, lalu ia berhenti makan.
PAK SUGIH
Kamu sakit Dil?
Dila melihat ke arah pak Sugih dan berusaha menutupinya.
DILA
Nggak pak.
Dila mengalihkan pandangannya dan terdiam sebentar.Pak Sugih pun terdiam melihat Dila. Tiba-tiba Dila menaruh sendok yang ia pegang.
DILA
Pak,
Dila mau ngomong sesuatu.
Pak Sugih berganti gestur tubuh, seperti siap mendengarkan permintaan Dila. Walaupun sulit, Dila mencoba untuk bicara.
DILA
Aku dan kang Agus udah bicarain hal ini,
kita sepakat untuk bawa ibu sama bapak ke rumah kami.
Pak Sugih terdiam sejenak.
PAK SUGIH
Emangnya kenapa?
Dila tampak bingung.
DILA
Sebenarnya gak enak ngomong ke bapak, tapi..
Waktu beberapa hari yang lalu kang Gusti sakit,
aku gak bisa ngerawat kang Gusti
karena gak ada yang bisa gantiin Dila
untuk jagain Bapak sama Ibu.
Jujur Dila merasa bersalah sebagai
seorang istri Pak,
Dila nggak ada saat kang Gusti sakit.
Pak Gusti terdiam namun ekspresinya tampak tak nyaman, Dia meletakan sendok yang Ia pegang.
DILA
Maka dari itu kalau bapak sama ibu
tinggal dirumah Dila,
Dila bisa melayani kang Agus
dan bisa sekalian ngerawat bapak sama ibu.
Pak Sugih terdiam sebentar, lalu menghembuskan nafasnya.
PAK SUGIH
Dila kan tau kalau bapak gak mau tinggal
ditempat lain selain disini,
dirumah ini.
DILA
Tau, Dila tau banget itu Pak,
tapi keadaan yang mengharuskan bapak
untuk tinggal sama Dila di rumah Dila.
Pak Sugih terdiam sejenak, ekspresinya tampak kesal.
PAK SUGIH
Yaudah kalau gitu kamu pulang aja, gak apa-apa.
Ibu biar Bapak saja yang ngerawat.
Dila mulai emosi.
DILA
Ngerawat gimana pak?
Bapak jalan aja udah susah,
siapa yang masak? siapa yang belanja?
siapa yang mandiin Ibu?
Bapak bisa?
PAK SUGIH
Nanti bapak telepon Adi,
biar Bapak suruh Dia kesini.
Mendengar kata Adi, emosi Dila makin naik.
DILA
Adi, Adi,
Adi mulu yang bapak inget.
Dia aja ibu sakit belum pernah kemari ngejenguk.
Gak mungkin lah pak,
gak mungkin dia mau.
Dia ngasih handphone ke bapak itu
biar dia gak perlu dateng kemari,
cukup dengan teleponan aja.
Coba siapa lagi yang bisa diharapin? Sugandi? Hendra?
gak ada yang bisa diharapin Pak.
Gak ada.
Pak Sugih terdiam sebentar lalu tiba-tiba mulai menangis.
PAK SUGIH
Bapak udah tua Dil,
udah tua.
Bapak cuma mau meninggal disini,
meninggal di rumah ini Dil.
Pak Sugih menangis. Dila hanya terdiam karena terkejut mendengar alasan Bapak. Pak Sugih mencoba menahan tangisannya.
PAK SUGIH
Kamu inget dulu bapak pernah ngomong apa?
Dila terdiam.
PAK SUGIH
Bapak ingin menikmati hidup sama ibu di sini,
dari awal sampai akhir.
Tua bersama ibu sambil menunggu
anak-anaknya yang udah besar dateng kemari.
Dila hanya terdiam mendengar kata-kata Pak Sugih.
PAK SUGIH
Berkumpul bersama di rumah ini bukan di tempat lain,
bukan di rumah anak-anaknya yang gede, yang bagus, bukan.
tapi di gubuk ini,
gubuk tempat anak-anak bapak dilahirkan
dan dibesarkan sampai mereka sukses.
Dila menangis namun mencoba menahannya, Bu Siti hanya mengamati saja dengan ekspresi bingung.
DILA
Tau pak, tau, Dila masih inget.
Tapi keadaannya kaya gini pak.
Takdir berkata lain, gak sesuai dengan keinginan bapak.
Pak Sugih menenangkan diri, Dia tamapak bingung mau berkata pa lagi. lalu Pak Sugih berdiri dan beranjak pergi.
DILA
Pak?
Dila melihat punggung pak Sugih yang terus pergi menuju kamar.
Dila tampak bingung dan kalut.
97. INT. KAMAR PAK SUGIH - DAY
Pak Sugih sedang melamun sambil duduk di pinggiran kasur. Dia mengambil kacamata baca dan handphone nya, lalu ia mencari nomor Adi, ketika sebentar lagi akan menekan tombol telepon, pak Sugih ragu, dan mengganti dengan no Hendra namun tetap ragu dan bingung. tiba-tiba pintu kamar terbuka, Pak Sugih dengan cepat menaruh handphone dan kacamatanya di atas meja dekat kasur.
Bu Siti masuk ke kamar sambil di tuntun Dila hingga sampai ke kasur.
Selesai merebahkan bu Siti, Dila melihat sejenak ke arah punggung pak Sugih yang membelakanginya. Ekspresi Dila tampak bingung lalu ia keluar kamar dan menutup pintu.
Ketika Dila sudah tidak ada, pak Sugih menengok ke arah pintu dan terdiam sebentar. Tiba-tiba Bu Siti memanggilnya.
BU SITI
Pak.
PAK SUGIH
Iya bu?
BU SITI
Sini tiduran pak.
salah satu tangan Bu Siti menepok-nepok kasur memberi kode agar pak Sugih tiduran di sampingnya.
Pak Sugih tersenyum lalu menuju samping bu Siti dan tiduran.
Bu Siti dengan pelan memegang tangan pak Sugih.
BU SITI
Pak.
Udah sabar.
Dila itu kan maksudnya baik.
Pak Sugih hanya terdiam.
BU SITI
Aku minta maaf ya pak,
aku udah gak kaya dulu bisa ngerawat bapak,
ngelayani bapak.
Bu Siti terdiam sejenak.
BU SITI
Untungnya ada Dila ya pak.
Pak Sugih tersentuh dengan kata-kata bu Siti, Ia terdiam dan menyesali kata-kata yang ia keluarkan tadi kepada Dila.
98. INT. KAMAR DILA - DAY
Dila sedang duduk di tepian kasur sembari memegang handphone nya, Dila mencari kontak suaminya dan akan menelponnya. Namun ketika akan menekan tombol telepon, Dila ragu dan Dia langsung menaruh handphonenya di meja bufet kecil dekat kasur.
ketika menaruh handphonenya, Dila melihat foto sewaktu dia SMA bersama bapak dan ibunya.
Tiba-tiba Dila mengingat kejadian masa lalu saat dia bertengkar dengan bapaknya.
CUT TO:
(FLASHBACK+
99. INT. RUANG TENGAH - MALAM
Dila muda yang berumur 18 tahun sedang beradu mulut dengan pak Sugih muda.
PAK SUGIH MUDA
Kamu ini kalau bapak kasih tau selalu ngelawan.
DILA MUDA
Pak, Dila kan udah lama pengen kuliah Di Jakarta.
Ratna dan Adi terlihat mengintip dari balik pintu.
DILA MUDA
Kang Hendra boleh kuliah di Jakarta,
kang Sugandi bahkan boleh
kuliah lebih jauh lagi di Malang.
PAK SUGIH MUDA
Kamu kan cewe ngapain kuliah jauh-jauh,
di sini kan ada,
kuliah di tempatnya Ratna aja, kan deket tuh.
Bu Siti mencoba menenangkannya.
BU SITI MUDA
Udah-udah jangan ribut gitu ah.
DILA MUDA
Pokonya Dila mau tetep kuliah di Jakarta,
biar Dila cari uang sendiri.
Emosi pak Sugih muda mulai naik.
PAK SUGIH MUDA
Yaudah sana kuliah di Jakarta,
atau yang jauh aja sekalian,
gak usah kesini lagi.
Dila muda terdiam menahan tangis lalu ia pergi dengan cepat menuju kamarnya.
Pak Sugih muda hanya terdiam lalu ia melihat ke arah bu Siti muda yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Pak Sugih tampak menyesal dengan omongannya tadi.
CUT TO:
100. INT. KAMAR DILA - MALAM
Dila muda menangis sambil menahan suara di meja belajar. tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, lantas Dila muda langsung mengusap air matanya.
DILA MUDA
Siapa?
Namun tak ada jawaban dan pintu masih di ketok. Dila muda berdiri dan membuka pintunya.
CUT TO:
(TO BACK)
101. INT. KAMAR DILA - DAY
Setelah pintu dibuka terlihat pak Sugih (yang sekarang) di depan pintu. Dila (yang sekarang) terdiam melihatnya. Tampak Pak Sugih mencoba untuk berbicara sesuatu.
PAK SUGIH
Bapak minta maaf ya.
Dila terdiam dan sedih mendengarnya.
PAK SUGI
Harusnya bapak gak ngomong kaya gitu ke kamu.
Bapak emosi.
Tangis Dila langsung pecah dan memeluk pak Sugih.
DILA
Dila juga minta maaf ya pak.
Dila tuh sayang sama bapak dan ibu.
Pak Sugih terdiam sejenak di pelukan Dila, lalu mengelus punggung Dila.
PAK SUGIH
Bapak tau Dil,
tau.
Mereka terhanyut dalam kesedihan dan masih saling berpelukan.