Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dila dan Nostalgia
Suka
Favorit
Bagikan
8. Membawa Bapak dan Ibu ke Rumah

    CUT TO:

91. INT. RUANG MAKAN - PAGI

Pak Sugih, Bu Siti dan Dila sedang duduk bersama di meja makan. Tampak Pak Sugih makan dengan perlahan dan Dila sedang menyuapi Bu Siti. Namun terlihat bu Siti susah sekali utuk makan, Dia selalu menolak makanan yang disuapi Dila.

DILA

Makan bu walaupun sedikit.

Bu Siti tetap menolaknya. Dila terdiam sebentar karena kesal, tiba-tiba Dila sedikit membanting sendok yang Dia pegang ke piring. Pak Sugih terkejut, Dia langsung melihat ke arah Dila.

DILA

Yaudah kalau gak mau makan.

Dila langsung memainkan handphonenya yang berada di depannya, Bu Siti hanya diam saja dan ekspresinya hanya datar. Pak Sugih terdiam melihatnya. Namun karena Dila merasa kasihan, Dila menaruh handphonenya kembali di meja.

DILA

Ibu kenapa gak mau makan?

Bu Siti hanya diam, lalu Dia melihat ke arah Dila.

DILA

Ibu mau makan apa?

    CUT TO:

92. INT. RUANG MAKAN - DAY

Dila menyuapi bu Siti dengan sebungkus nasi kuning. Bu Siti makan dengan lahap. Tampak ekspresi Dila sangat kusut.

93. INT. RUANG TENGAH - SIANG

Dila sedang berdiri di samping sofa, Ia terlihat sedang menelpon suaminya. Dila tampak kesal

DILA

Lebih susah ngerawat orang tua daripada anak kang.

kalau anak kan ibaratnya nih bisa dimarahin kalau susah tapi orang tua? yang ada dosa besar aku.

    CUT TO:

INTERCOME

94. INT. KAMAR AGUS - MALAM

Agus sedang duduk di kasur.

AGUS

Emang gak ada yang bisa gantian mah?

seminggu sekali misalnya.

Dila duduk di sofa.

DILA

Gak ada yang bisa kang,

lebih tepatnya sih gak ada yang mau.

AGUS

Kamu gak ngomong sih ke yang lain.

DILA

Aku udah ngomong sama ceu Ratna untuk bilang

ke yang lain biar gantian.

tp gak ada yang bisa.

Adi aja gak kesini-sini coba.

Gus terdiam sebentar.

AGUS

Aku kasian sama kamu,

takutnya kamu sakit.

Dila terdiam, tiba-tiba Agus memikirkan sesuatu.

AGUS

aku ada ide.

Gimana kalau bapak sama ibu

kita bawa aja ke rumah?

Dila terdiam karena mendengar kata-kata Agus.

AGUS

Gimana?

DILA

Tapi kan kamu tau kalau bapak gak mau

ninggalin rumahnya.

AGUS

Ya mau gimana lagi?

habisnya gak ada yang mau gantian.

Dila hanya diam.

AGUS

Mah,

walaupun anak-anak udah pada gede,

mereka juga butuh kamu.

Dila masih terdiam mendengar kata-kata suaminya.

AGUS

Aku juga butuh kamu mah.

Dila tampak tersentuh dengan omongan Agus.

    CUT TO:

95. INT. KAMAR DILA - PAGI

Di pagi petang, alarm handphone Dila berbunyi, namun ternyata Dila udah bangun dari tadi. Dila terlihat duduk senderan di ujung kasur dengan wajah yang kusut. Dila melamun memikirkan perkataan suaminya.

lalu dia mengambil handphonenya dan mematikan alarmnya dan beranjak keluar.

    CUT TO:

96. INT. RUANG MAKAN - PAGI

Pak Sugih, Bu Siti dan Dila sedang duduk bersama di meja makan. Terlihat Pak Agus sedang makan dengan perlahan dan Dila sedang menyuapi Bu Siti dengan sabar, namun tetap terlihat kalau muka Dila tampak kalut. Pak Sugih mengamati Dila, lalu ia berhenti makan.

PAK SUGIH

Kamu sakit Dil?

Dila melihat ke arah pak Sugih dan berusaha menutupinya.

DILA

Nggak pak.

Dila mengalihkan pandangannya dan terdiam sebentar.Pak Sugih pun terdiam melihat Dila. Tiba-tiba Dila menaruh sendok yang ia pegang.

DILA

Pak,

Dila mau ngomong sesuatu.

Pak Sugih berganti gestur tubuh, seperti siap mendengarkan permintaan Dila. Walaupun sulit, Dila mencoba untuk bicara.

DILA

Aku dan kang Agus udah bicarain hal ini, 

kita sepakat untuk bawa ibu sama bapak ke rumah kami.

Pak Sugih terdiam sejenak.

PAK SUGIH

Emangnya kenapa?

Dila tampak bingung.

DILA

Sebenarnya gak enak ngomong ke bapak, tapi..

Waktu beberapa hari yang lalu kang Gusti sakit,

aku gak bisa ngerawat kang Gusti

karena gak ada yang bisa gantiin Dila

untuk jagain Bapak sama Ibu. 

Jujur Dila merasa bersalah sebagai

seorang istri Pak,

Dila nggak ada saat kang Gusti sakit.

Pak Gusti terdiam namun ekspresinya tampak tak nyaman, Dia meletakan sendok yang Ia pegang.

DILA

Maka dari itu kalau bapak sama ibu

tinggal dirumah Dila,

Dila bisa melayani kang Agus

dan bisa sekalian ngerawat bapak sama ibu.

Pak Sugih terdiam sebentar, lalu menghembuskan nafasnya.

PAK SUGIH

Dila kan tau kalau bapak gak mau tinggal

ditempat lain selain disini,

dirumah ini.

DILA

Tau, Dila tau banget itu Pak,

tapi keadaan yang mengharuskan bapak

untuk tinggal sama Dila di rumah Dila.

Pak Sugih terdiam sejenak, ekspresinya tampak kesal.

PAK SUGIH

Yaudah kalau gitu kamu pulang aja, gak apa-apa.

Ibu biar Bapak saja yang ngerawat.

Dila mulai emosi.

DILA

Ngerawat gimana pak?

Bapak jalan aja udah susah,

siapa yang masak? siapa yang belanja?

siapa yang mandiin Ibu? 

Bapak bisa?

PAK SUGIH

Nanti bapak telepon Adi,

biar Bapak suruh Dia kesini.

Mendengar kata Adi, emosi Dila makin naik.

DILA

Adi, Adi,

Adi mulu yang bapak inget.

Dia aja ibu sakit belum pernah kemari ngejenguk.

Gak mungkin lah pak,

gak mungkin dia mau.

Dia ngasih handphone ke bapak itu

biar dia gak perlu dateng kemari,

cukup dengan teleponan aja. 

Coba siapa lagi yang bisa diharapin? Sugandi? Hendra?

gak ada yang bisa diharapin Pak.

Gak ada. 

Pak Sugih terdiam sebentar lalu tiba-tiba mulai menangis.

PAK SUGIH

Bapak udah tua Dil,

udah tua.

Bapak cuma mau meninggal disini,

meninggal di rumah ini Dil.

Pak Sugih menangis. Dila hanya terdiam karena terkejut mendengar alasan Bapak. Pak Sugih mencoba menahan tangisannya.

PAK SUGIH

Kamu inget dulu bapak pernah ngomong apa?

Dila terdiam.

PAK SUGIH

Bapak ingin menikmati hidup sama ibu di sini,

dari awal sampai akhir.

Tua bersama ibu sambil menunggu

anak-anaknya yang udah besar dateng kemari.

Dila hanya terdiam mendengar kata-kata Pak Sugih.

PAK SUGIH

Berkumpul bersama di rumah ini bukan di tempat lain,

bukan di rumah anak-anaknya yang gede, yang bagus, bukan.

tapi di gubuk ini,

gubuk tempat anak-anak bapak dilahirkan

dan dibesarkan sampai mereka sukses.

Dila menangis namun mencoba menahannya, Bu Siti hanya mengamati saja dengan ekspresi bingung.

DILA

Tau pak, tau, Dila masih inget.

Tapi keadaannya kaya gini pak.

Takdir berkata lain, gak sesuai dengan keinginan bapak.

Pak Sugih menenangkan diri, Dia tamapak bingung mau berkata pa lagi. lalu Pak Sugih berdiri dan beranjak pergi.

DILA

Pak?

Dila melihat punggung pak Sugih yang terus pergi menuju kamar.

Dila tampak bingung dan kalut.

97. INT. KAMAR PAK SUGIH - DAY

Pak Sugih sedang melamun sambil duduk di pinggiran kasur. Dia mengambil kacamata baca dan handphone nya, lalu ia mencari nomor Adi, ketika sebentar lagi akan menekan tombol telepon, pak Sugih ragu, dan mengganti dengan no Hendra namun tetap ragu dan bingung. tiba-tiba pintu kamar terbuka, Pak Sugih dengan cepat menaruh handphone dan kacamatanya di atas meja dekat kasur.

Bu Siti masuk ke kamar sambil di tuntun Dila hingga sampai ke kasur.

Selesai merebahkan bu Siti, Dila melihat sejenak ke arah punggung pak Sugih yang membelakanginya. Ekspresi Dila tampak bingung lalu ia keluar kamar dan menutup pintu.

Ketika Dila sudah tidak ada, pak Sugih menengok ke arah pintu dan terdiam sebentar. Tiba-tiba Bu Siti memanggilnya.

BU SITI

Pak.

PAK SUGIH

Iya bu?

BU SITI

Sini tiduran pak.

salah satu tangan Bu Siti menepok-nepok kasur memberi kode agar pak Sugih tiduran di sampingnya.

Pak Sugih tersenyum lalu menuju samping bu Siti dan tiduran.

Bu Siti dengan pelan memegang tangan pak Sugih.

BU SITI

Pak.

Udah sabar.

Dila itu kan maksudnya baik.

Pak Sugih hanya terdiam.

BU SITI

Aku minta maaf ya pak,

aku udah gak kaya dulu bisa ngerawat bapak,

ngelayani bapak.

Bu Siti terdiam sejenak.

BU SITI

Untungnya ada Dila ya pak.

Pak Sugih tersentuh dengan kata-kata bu Siti, Ia terdiam dan menyesali kata-kata yang ia keluarkan tadi kepada Dila.

98. INT. KAMAR DILA - DAY

Dila sedang duduk di tepian kasur sembari memegang handphone nya, Dila mencari kontak suaminya dan akan menelponnya. Namun ketika akan menekan tombol telepon, Dila ragu dan Dia langsung menaruh handphonenya di meja bufet kecil dekat kasur.

ketika menaruh handphonenya, Dila melihat foto sewaktu dia SMA bersama bapak dan ibunya.

Tiba-tiba Dila mengingat kejadian masa lalu saat dia bertengkar dengan bapaknya.

    CUT TO:

(FLASHBACK+

99. INT. RUANG TENGAH - MALAM

Dila muda yang berumur 18 tahun sedang beradu mulut dengan pak Sugih muda.

PAK SUGIH MUDA

Kamu ini kalau bapak kasih tau selalu ngelawan.

DILA MUDA

Pak, Dila kan udah lama pengen kuliah Di Jakarta.

Ratna dan Adi terlihat mengintip  dari balik pintu.

DILA MUDA

Kang Hendra boleh kuliah di Jakarta,

kang Sugandi bahkan boleh

kuliah lebih jauh lagi di Malang.

PAK SUGIH MUDA

Kamu kan cewe ngapain kuliah jauh-jauh,

di sini kan ada,

kuliah di tempatnya Ratna aja, kan deket tuh.

Bu Siti mencoba menenangkannya.

BU SITI MUDA

Udah-udah jangan ribut gitu ah.

DILA MUDA

Pokonya Dila mau tetep kuliah di Jakarta,

biar Dila cari uang sendiri.

Emosi pak Sugih muda mulai naik.

 

PAK SUGIH MUDA

Yaudah sana kuliah di Jakarta,

atau yang jauh aja sekalian,

gak usah kesini lagi.

Dila muda terdiam menahan tangis lalu ia pergi dengan cepat menuju kamarnya. 

Pak Sugih muda hanya terdiam lalu ia melihat ke arah bu Siti muda yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Pak Sugih tampak menyesal dengan omongannya tadi.

    CUT TO:

100. INT. KAMAR DILA - MALAM

Dila muda menangis sambil menahan suara di meja belajar. tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, lantas Dila muda langsung mengusap air matanya.

DILA MUDA

Siapa?

Namun tak ada jawaban dan pintu masih di ketok. Dila muda berdiri dan membuka pintunya.

    CUT TO:

(TO BACK)

101. INT. KAMAR DILA - DAY

Setelah pintu dibuka terlihat pak Sugih (yang sekarang) di depan pintu. Dila (yang sekarang) terdiam melihatnya. Tampak Pak Sugih mencoba untuk berbicara sesuatu.

PAK SUGIH

Bapak minta maaf ya.

Dila terdiam dan sedih mendengarnya. 

PAK SUGI

Harusnya bapak gak ngomong kaya gitu ke kamu.

Bapak emosi. 

Tangis Dila langsung pecah dan memeluk pak Sugih.

DILA

Dila juga minta maaf ya pak. 

Dila tuh sayang sama bapak dan ibu. 

Pak Sugih terdiam sejenak di pelukan Dila, lalu mengelus punggung Dila. 

PAK SUGIH

Bapak tau Dil,

tau. 

Mereka terhanyut dalam kesedihan dan masih saling berpelukan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar