Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Diary Indira
Suka
Favorit
Bagikan
12. Kembali ke Jakarta (Scene 49-55)

3 TAHUN KEMUDIAN

Indira pergi berkunjung ke rumah mertuanya di Jakarta. Ia membawa anaknya yang sudah berusia 3 tahun. Namanya Rakha Pratama, mengambil nama ayahnya hanya dihilangkan nama awalnya.Rakha Pratama artinya Kakak Pertama. Indira juga sekalian berkunjung ke kostan Rahayu yang sekarang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok. Ia berangkat menggunakan mobil Grand Livina Ultimate berwarna hitam. Indira kini telah mempunyai sebuah toko kue yang cukup familiar di Bandung dengan nama Rakha Bakery. Hobinya membuat kue, akhirnya membuat Indira berhasil menjadi pengusaha kue.

49. EXT. PINTU GERBANG UTAMA UI - SORE

Indira menghentikan mobilnya di pinggir jalan dekat gerbang masuk utama kampus UI. Ia lalu menelpon adiknya.

INDIRA

De, dimana? Teteh udah di depan gerbang nih.

RAHAYU

Masuk aja, Teh! aku udah selesai belajar kok. Aku nunggu depan gedung FK ya teh.

INDIRA

Oke!

Indira mematikan sambungan telpon dan menyimpan ponselnya,lalu kembali mengemudikan mobilnya menuju gedung Fakultas Kedokteran menjemput adiknya. Sementara Rakha pulas di jok belakang.

50. EXT. DEPAN GEDUNG FKUI - SORE

Indira memarkir mobilnya, namun belum mematikan mesin karena Rakha masih tertidur. Rahayu yang sejak tadi mengamati mobil yang datang langsung menghampiri mobil kakaknya.

RAHAYU

Teh...

(Rahayu mengetuk jendela mobil sebelah kiri Indira)

INDIRA

Masuk de!

(Indira menekan tombol power window untuk membuka jendela

dan tombol central lock untuk membuka kunci pintu mobil)

Rahayu lalu masuk dan duduk di kursi depan samping Indira. Kemudian mencium tangan dan memeluk Indira.

RAHAYU

Ya ampun, pules banget ponakan Ateu.(Panggilan Tante)

(Rahayu bicara sambil memandangi Rakha yang tertidur pulas)

INDIRA

Iya tadi sepanjang jalan gak berhenti nyanyi sama cerita, eh udah mau keluar tol dia tidur.

RAHAYU

Yaudah kita langsung ke kosan aja ya teh!

INDIRA

Iya, dibawain rendang sama tempe kering nih dari Umi, lengkap sama sambel goreng buatan Umi.

RAHAYU

Asiik..punya stok lauk deh seminggu kedepan. Hahaha

INDIRA

Dasar anak kost. Hahaha

CUT TO:

51. INT. KAMAR KOST RAHAYU - MALAM

Rahayu kost di daerah sekitar Margonda, Depok. Tidak terlalu jauh dari tempat dia kuliah. Terlihat Indira, Rakha dan Rahayu sedang duduk beralaskan tikar di kamar kost Rahayu, sudah tersedia makanan di atas tikar untuk mereka makan malam. Namun Rakha meminta menu lain yang tidak ada disitu, ia meminta Fried Chicken.

RAKHA

Umi..Umi...aku maunya makan "Fed Tiken"(Fried Chicken) aja mi, gak mau "lendang"(Rendang), pedes.

(Rakha yang duduk di pangkuan Rahayu terlihat merajuk)

INDIRA

Yaudah nanti kita beli dulu ya Nak. Umi sama Ateu makan dulu ya sebentar.

RAHAYU

Hei, jagoan masa kalah sama pedes.

(Rahayu meledek sambil mencium gemas pipi Rakha)

RAKHA

Bialin.

(Jawab Rakha masih cadel)

RAHAYU

Teh, besok kita berangkat jam berapa ke rumah Eyangnya Rakha?

(tanya Rahayu sambil menyendok nasi ke piring didepannya)

INDIRA

Pagi aja ya, biar masih sepi.

RAHAYU

Tapi Sabtu biasanya gak terlalu rame juga sih teh.

INDIRA

Kita naik kereta aja yuk! biar Rakha seneng.

RAKHA

Holeeee!!mau..mau..mau..

(Jawab Rakha kegirangan sambil bermain mobilan)

RAHAYU

Seru lho naik kereta. Kamu belum pernah yaaa??

(Ekspresi Rahayu telunjuknya menunjuk

ke arah Rakha sambil menggodanya)

RAKHA

Iya Ateu, aku belum penah(pernah).

RAHAYU

Coba..coba nyanyinya gimana naik kereta?

RAKHA

Naik keleta api

Tut tut tut..

Tiapa hendak tulut

Ke Bandung Ke Jakata(Jakarta)

Bolehlah naik dengan pecuma(Percuma).

(Rakha bernyanyi dengan riang walaupun suaranya masih cadel

dan mengubah sedikit liriknya yang aslinya Surabaya menjadi Jakarta)

RAHAYU

Yeyyy...pinter banget ya ponakan Ateu...

(Rahayu dan Indira bertepuk tangan mengapresiasi Rakha)

DISOLVE TO:

52. EXT. HALAMAN DEPAN KOSAN - PAGI

Keesokan harinya masih sekitar jam 06.30 pagi terlihat Indira, Rakha dan Rahayu sudah siap berangkat. Mereka hendak pergi ke rumah Ustadz Abdurrahman naik kereta. Hari Sabtu Rahayu libur, jadi bisa antar kakaknya. Mereka berangkat dari Stasiun Depok Baru dan turun di Stasiun Cikini yang memang dekat Masjid Sunda Kelapa tempat Ustadz Abdurrahman mengisi kajian dan juga dekat rumahnya di daerah Menteng.

53. INT./EXT. DI DALAM KERETA API - PAGI

Rakha terlihat senang sekali bisa jalan-jalan di Jakarta naik kereta. Dia juga ingin naik busway berwarna orange yang sering di lihatnya di televisi.

RAKHA

Umi..umi..nanti kita naik busway ya mi..

(Rakha merengek sambil menarik-narik lengan Indira)

INDIRA

Iya sayang, nanti ya, sekarang kita mau ketemu Eyang dulu.

Kereta terus melaju hingga Stasiun yang di tuju. Lalu mereka naik bajai untuk menuju rumah Ustadz Abdurrahman yang tidak terlalu jauh dari Stasiun Cikini. Rakha sangat antusias naik Bajai yang memang hanya ada di Jakarta, tidak pernah ia temui angkutan seperti itu ketika di Bandung.

CUT TO:

54. EXT. DEPAN PAGAR RUMAH USTADZ ABDURRAHMAN - PAGI

Indira menekan bel yang ada di pagar. Tidak lama datang satpam yang membuka pintu pagar. Rumah dua lantai yang cukup besar bernuansa putih di kawasan Menteng itu terlihat bersih dan rapi, terdapat halaman yang masih di tanami rerumputan hijau membuat mata sejuk dan indah memandangnya.

SATPAM

Eh ini Non Indira ya?

(Tanya satpam yang sudah mengenalnya)

INDIRA

Iya Pak Agus, Apakabar pak?

SATPAM

Alhamdulilah baik Non, ini pasti den Rakha ya?

(Pak agus menjawil pipi Rakha)

RAKHA

Iya Pak Satpam.

(Rakha menjawab sambil mencium tangan Pak Agus)

SATPAM

Pinternya...

(Pak Agus mengelus kepala Rakha)

INDIRA

Kami masuk dulu ya Pak,
Ayah sama Ibu ada kan ya?

SATPAM

Iya ada Non.

INDIRA

Oke, makasih ya Pak Agus.

RAKHA

Dadah Pak Agus..

(Rakha berjalan di depan Indira bersama Rahayu,

lalu melambaikan tangan pada Pak Agus)

Mereka bertiga berjalan ke arah pintu rumah. Rahayu menekan bel yang ada di depan pintu.

FX : SUARA BEL

Terlihat Bi Inem yang merupakan asisten rumah tangga di rumah itu membuka pintu.

INDIRA

Assalamualaikum...

(Indira mengucap salam lalu diikuti Rakha juga mengucap salam)

RAKHA

Assalamualaikum...

BI INEM

Waalaikumsalam..Ya ampun ini Neng Indira?

(Bi inem membuka pintu dan langsung menyapa Indira

yang sudah sangat ia kenal, kemudian memeluk Indira)

INDIRA

Iya Bi.. MasyaAllah sehat Bi Inem? Lama banget kita nggak ketemu ya?

(Indira juga memeluk Bi inem )

BI INEM

Iya Neng, udah lama banget. Ini pasti den Rakha ya? ya Allah gantengnya ini cucu Eyang Abdurrahman.

(Bi Inem menggendong Rakha yang dari tadi berdiri di samping Indira)

INDIRA

Ini Rahayu Bi, adik saya.

(Indira menyentuh bahu Rahayu)

RAHAYU

Bi...

(Rahayu menganggukkan kepala dan tersenyum pada Bi Inem)

Mendengar suara obrolan di pintu, Bu Irma yang sedang membaca buku di sofa ruang keluarga menutup bukunya, lalu berjalan ke arah pintu.

BU IRMA

Yaa Allah cucu Eyang udah sampe ya. Sini..sini sama Eyang ya sayang..

(Bu Irma mengambil Rakha dari gendongan Bi Inem)

RAKHA

Assalamualaikum Eyang..

BU IRMA

Waalaikumussalam sayang..

(Bu Irma menjawab dengan lembut dan mencium pipi kanan dan kiri Rakha)

INDIRA

Sehat Bu?

(Indira mencium punggung tangan Bu irma diikuti oleh Rahayu

yang turut mencium punggung tangan Bu Irma)

BU IRMA

Alhamdulillah sehat, Nak. Ayo..ayo masuk yuk!


55. INT. RUANG TAMU - PAGI

Bi Inem segera pergi ke dapur untuk mengambil minum dan makanan. Indira, Rahayu dan Bu Irma yang menggendong Rakha masuk ke dalam rumah. Lalu mereka duduk di sofa ruang tamu.

INDIRA

Bu, maaf ini gak bawa apa-apa. Nyobain kue-kue kami sedikit.

(Indira membawa 1 kantong berisi oleh-oleh khas Bandung dan

1 kantong lainnya yang berisi kue-kue dari Rakha Bakery di serahkan oleh Rahayu)

BU IRMA

Ya ampun pake repot-repot segala. Kalian ke sini aja, Ibu udah seneng banget.

RAKHA

Eyang kakung kemana Eyang?

(Rakha yang sudah duduk di sofa bertanya pada Bu Irma)

BU IRMA

Oh iya, Eyang Kakung ada di belakang lagi siram tanaman. Sebentar Eyang panggil dulu ya.

(Bu Irma pergi untuk memanggil suaminya dan

membawa oleh-olehnya untuk disimpan di dapur)

Di dinding rumah yang bercat putih itu masih terpampang poto pernikahan Indira dan Wisesa, hati Indira kembali merasa sesak saat melihat wajah suaminya yang telah pergi untuk selamanya. Ia tak kuasa hingga meneteskan air mata.

RAKHA

Umi, itu poto Abi dan Umi, ya Mi?

INDIRA

Iya sayang itu Abi, ganteng ya Abi? Selalu doakan Abi ya Nak..supaya bahagia di alam sana.

(Indira semakin terisak sambil memeluk erat Rakha)

RAKHA

Umi, kenapa Umi nangis? Umi kangen sama Abi ya?

INDIRA

Iya sayang, umi kangen Abi...

Rahayu ikut menangis melihat Indira, Ia lalu memeluk kakak dan keponakannya yang sedang berpelukan..

Saat mereka sedang berpelukan, Bi Inem datang membawa minum dan makanan. Lalu menaruh semuanya di meja.

BI INEM

Silahkan di minum Neng..

Pasti haus ya den Rakha?

RAKHA

Iya Bi aku haus, makasih ya.

(ucap Rakha semakin menggemaskan)

BI INEM

Iya, ayo di makan itu kue nya! Bibi tinggal ke dapur lagi ya.

INDIRA

Makasih ya Bi Inem..

Bi Inem lalu kembali ke dapur, kemudian datang Bu Irma dan Ustadz Abdurrahman yang mengenakan celana sirwal hitam yang panjangnya di bawah lutut dan kaos polos berwarna hijau armi ke ruang tamu.

RAKHA

Eyang Kakuuung...

(Rakha langsung berlari ke arah Ustadz Abdurrahman)

USTADZ ABDURRAHMAN

MasyaAllah..cucu Eyang udah besar ya. Ganteng..

(Ustadz Abdurrahman langsung menggendong Rakha yang menghampirinya dengan riang)

Bu irma yang berada di samping Ustadz Abdurrahman mengelus-elus punggung Rakha, lalu terlihat menitikkan air mata teringat pada putra tunggalnya yang sudah tiada. Mereka yang masih berdiri, kemudian berjalan ke arah sofa ruang tamu. Indira dan Rahayu kemudian berdiri lalu mencium punggung tangan Ustadz Abdurrahman. Karena mertua tetap mahram meskipun suami telah tiada, menjadi mahram karena ikatan pernikahan dan menantu telah memiliki anak yang menjadi cucunya.

INDIRA

Apakabar ayah, sehat?

(ucap Indira sambil mencium punggung tangan ustadz Abdurrahman)

USTADZ ABDURRAHMAN

Alhamdulilah sehat, Nak.

USTADZ ABDURRAHMAN

Ini Rahayu ya? Sudah semester berapa kuliahnya Nak?

(ucap ustadz Abdurrahman sambil menyambut tangan

Rahayu yang hendak mencium tangannya)

RAHAYU

Alhamdulilah sudah semester 6 Eyang.

(Rahayu memang terbiasa memanggil Eyang, sama seperti Rakha)

BU IRMA

Ayo..ayo di minum dulu! cobain juga nih kue-kuenya.

(Ucap bu Irma sambil membuka toples kue di meja)

Mereka terlihat akrab dan bercerita banyak hal. Rakha begitu nyaman duduk di pangkuan eyangnya. Hingga sampai pada satu obrolan yang cukup membuat Indira bingung untuk menjawabnya. Sementara Rahayu sedang mengikuti Rakha yang mengajaknya bermain di halaman rumah.

USTADZ ABDURRAHMAN

Nak, sudah saatnya kamu memilih ayah untuk anakmu. Ayah ikhlas kamu menikah lagi agar Rakha bisa menemukan sosok ayah.

(Ustadz Abdurrahman berbicara pada Indira yang

terlihat memandangi poto pernikahannya di dinding)

IBU IRMA

Iya betul Nak, Ibu juga setuju kalau kamu menikah lagi. Sudah cukup lama kamu sendirian mengasuh Rakha. Kamu juga masih muda, perlu pendamping untuk menemani hidupmu. Menikahlah nak!

INDIRA

Dira belum terpikir untuk menikah lagi ibu, ayah. Siapa juga yang mau pada Dira yang sudah Janda dan memiliki anak.

USTADZ ABDURRAHMAN

Ayah punya calon untukmu, InsyaAllah dia laki-laki yang baik dan shaleh. Ayah cukup mengenalnya beberapa tahun ini.

IBU IRMA

Iya nak, yakin dengan pilihan ayah. Semoga ini yang terbaik untuk kamu dan cucu kami.

(Ibu Irma sudah mendengar cerita dari ustadz Abdurrahman mendukungnya)

INDIRA

Hmmm..Dira tidak tahu bu, rasanya sulit menggantikan A wisesa dengan orang lain.

USTADZ ABDURRAHMAN

Dia sudah tak ada di dunia ini nak, dia telah bahagia di sana lewat kematiannya yang begitu indah, saat bersujud pada Pemiliknya, insyaallah suamimu husnul khatimah.
Percayalah bahwa pernikahan ini akan membawa kebaikan, InsyaAllah.

INDIRA

Baiklah ayah dan ibu, jika memang ini permintaan ayah dan ibu, Dira akan coba.


DISSOLVE TO:






Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar