Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Diary Indira
Suka
Favorit
Bagikan
5. Kemarahan Indira (Scene 21-22)

INDIRA (V.O)

Sabtu, 10 Mei 2003

Alhamdulilah hari ini adalah hari terakhir UAN, semoga hasilnya nanti tidak mengecewakan dan bisa lulus dengan hasil yang bagus.Aamiin....

Hari ini aku kesel banget sama dia. Aku sudah berusaha menjaga seluruh tubuhku agar terjaga dari yang bukan mahrom. Walau itu hanya sentuhan tangan.

Aku selalu ingat sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: "Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya." (HR Ath-Thabarani)

Aku tahu mungkin Askara belum paham tentang hadits ini, tapi harusnya dia menghormati prinsip yang benar-benar kujaga selama ini. Dia sudah tau hal itu, tapi kenapa dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh tanganku.

Yaa Robb, ampuni atas segala khilafku.

Ini semua salahku, tak seharusnya berteman dekat dengan yang bukan mahrom.

Pokoknya aku gak mau dekat-dekat dia lagi, keseeeel...Astaghfirullah waatuubu ilaih...

Indira menangis, menyesali apa yang telah terjadi hari ini.

21. INT. RUANG KELAS - PAGI

Terlihat para siswa di ruangan kelas sedang fokus dengan soal Ujian Akhir Nasional(UAN) di depan mereka.

Ada juga sebagian siswa yang sibuk bertanya jawaban pada temannya, atau diam-diam membuka contekan mereka di tangan, di meja, dibawah kertas ulangan, dan lain-lain.

Setiap siswa hanya duduk satu orang per meja. Askara duduk tepat di depan bangku Indira. Dia mulai gelisah karena tak tahu jawaban soal. Askara merobek sedikit kertas dan hendak bertanya jawaban pada Indira. Saat dia lepas dari pengawasan sang guru pengawas, ia segera memberi isyarat pada Indira agar mengambil kertas yang ia berikan lewat bawah meja.

Askara

sstt...sstt...

(Askara sedikit melirik ke belakang, memanggil Indira yang sedang fokus mengisi soal dengan isyarat dan memberikan kertas lewat bawah meja)

Indira hanya menjawab dengan isyarat mata dan mengambil kertas yang diberikan Askara.

INDIRA (V.O)

Ra,

no.25:

no.30:

(Indira membaca kertas dari Askara)

Indira membuka kertas lecek itu perlahan di atas kertas jawabannya, lalu ia tulis jawaban untuk Askara. Walaupun dalam hatinya mengatakan ini salah, tapi Indira tetap membantu Askara.

INDIRA (V.O)

no.25: A

no.30: C

(Indira menulis di sobekan kertas dari Askara)

Askara kembali melihat soal ujian di mejanya, sambil menunggu Indira memberikan kertas kembali.

Ia lalu melirik lagi ke belakang sambil memberi isyarat Indira dengan matanya, saat pengawas tidak melihatnya.

Indira lalu memberikan kertasnya pada Askara lewat bawah meja.

Entah kenapa Askara iseng, ia mengambil kertas sambil menggenggam tangan Indira beberapa detik.

Indira kaget dan langsung menepis tangan Askara. Indira langsung kesal dan menahan amarahnya. Ingin marah, ingin menangis, entah apa yang ia rasakan.

Beruntungnya Indira telah selesai mengerjakan soal ujiannya, jika belum selesai ia pasti sudah tak bisa fokus lagi.

Indira segera berdiri dan mengumpulkan kertas soal dan kertas jawaban ke meja pengawas. Ia memang selalu cepat dalam mengerjakan soal.

GURU PENGAWAS

Silahkan Indira boleh keluar kelas ya!

INDIRA

Baik pak.

(jawabnya sambil mengangguk, lalu kembali ke mejanya untuk mengambil tas dan segera keluar kelas)

MONTAGE

Indira segera berlari ke toilet, ia meluapkan kekesalannya dengan menangis dan mencuci muka nya di wastafel kamar mandi sekolah.

Tak lama dari itu beberapa siswa keluar satu per satu hingga semuanya telah selesai mengerjakan soal ujian.

Askara tahu pasti Indira marah karena kelakuannya. Ia melihat ekspresi wajah Indira tadi di kelas. Askara segera mencari Indira. Ia melihat Indira sedang berjalan ke arah pintu gerbang sekolah bersama Lilis.

END OF MONTAGE

22. EXT. JALANAN SEKOLAH - SIANG

ASKARA

Raa...Raa...Diraa!!!

(Askara mengejar Indira di temani Bayu)

INDIRA

Ayo Lis cepetan! aku ga mau ketemu dia lagi.

(Indira mempercepat langkahnya dan menarik tangan Lilis agar mengikutinya)

LILIS

Aduh..aduh...pelan-pelan atuh Ra..takut keserimpet aku.

Namun langkah mereka tetap terkejar oleh Askara dan Bayu yang berlari.

BAYU

Duh Aska, woi..tungguin!!kolor gua keliatan tau.

(Bayu mengejar sambil membetulkan celananya yang tambah merosot)

ASKARA

Bodo amat, suruh siapa pake celana kedodoran.

(Askara tetap mengejar Indira dan meninggalkan Bayu dibelakangnya)

Ia sampai di depan Indira, dan menghadangnya. Tak lama Bayu sampai dan ikut menghalangi Lilis dan Indira

ASKARA

Ra, maafin aku ya! Gak tau kenapa tadi terjadi gitu aja. Refleks Ra, beneran aku gak maksud apa-apa Ra.Plisss, maafin aku ya Ra!

(Askara menggunakan kata aku, khusus saat ngobrol dengan Indira dan Lilis. Dia mengatupkan tangan memohon maaf pada Indira)

Indira tetap menampakkan wajah kemarahannya. Tak menjawab apapun dan memilih berjalan lagi sambil menarik tangan Lilis. Ia meninggalkan Askara dan Bayu.

Askara mengejar lagi, diikuti Bayu.

ASKARA

Ra...pliss..maafin aku!

Indira terus berjalan cepat tanpa menoleh.

Lilis berhenti sejenak, membiarkan Indira berjalan lebih dulu, lalu bicara pada Askara.

LILIS

Lagian kamu sih, udah tau bersentuhan tangan yang bukan mahrom itu ga boleh. Eh malah sembarangan sentuh-sentuh.

(Udah gak usah maksa Indira, tunggu reda aja. Dia akan marah banget kalau itu masalah prinsip)

ASKARA

Iya aku salah Lis , sekali lagi bilangin maaf sama dia ya Lis!

LILIS

Hmmm...

(Lilis yang ikut kesal hanya menjawab singkat lalu meninggalkan mereka)

BAYU

Oh wanita idaman, sungguh aku tak kuasa melihat kemarahanmu. Kembalilah wahai calon istriku. Wanita shalihah penyejuk hatiku.

(Bayu meledek Askara dengan kata-kata sok bijaknya dan ekspresi seperti orang sedang berpuisi)

ASKARA

Huffft...

(Askara menarik nafas kasar dan menyingkap rambut bagian depannya dengan tangan kanan)

BAYU

Udahlah As, tar juga baikan lagi. Tenang aja bro, dia cinta sama lo kok. Pasti balik.

(Bayu merangkul bahu sahabatnya, lalu mereka berdua melanjutkan jalan kaki ke arah angkot yang sedang "ngetem" , menunggu kursi penuh)










Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar