Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dirumah Hanum, Widayanti masih duduk dengan santai sambil merokok dihalaman rumah Hanum. Sesekali dia menyeduh minuman yang dibuatkan oleh Hanum. Widayanti mulai bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada malam hari itu, sementara Hanum, Rina & Bagas hanya mendengarkan cerita widyanti diruang tamu.
WIDAYANTI
Rabi kui ibarat koyo kelopo seng ditaleni kenceng seng artine pasangan lanang karo wedok kui pancen wes raiso dipisah meneh ngasi sesoke bakal mati. Ngerti ra? ngopo kok iso dadi koyo ngene? iki kabeh mergo koncomu seng ilang kui ngintip pas siraman ning krobongan. Gelem ra gelem koncomu kudu bayar utang de'e. Utang kui kudu dibayar lunas mata kudu dibayar gawa mata. Raiso dituker moto karo driji! Raono ceritane koyo ngono kui, kabeh kui kudu imbang!
(Menikah itu ibarat kelapa yang di ikat kencang yang artinya pasangan laki-laki dan perempuan itu memang sudah tidak bisa di pisah lagi sampai besok mati. Tahu tidak? kenapa kok bisa jadi seperti ini? ini semua karena temanmu yang hilang itu mengintip waktu siraman di kerobongan. Mau tidak mau temanmu itu harus membayar utangnya. Hutang itu harus dibayar lunas mata harus dibayar dengan mata. Tidak bisa ditukar mata dengan jari! Tidak ada itu ceritanya seperti itu, semua itu harus imbang!)
Widyanti tertawa sambil menikmati rokoknya. Dia tertawa kecil , dengan penuh hikmat dia bercerita tentang peristiwa tempo hari jauh sebelum kejadain itu terjadi.
WIDAYANTI
Mbien aku wes tau dicritani karo mbahku seng saiki dadi koyo aku ngene iki. critane mbien ono pasangan manten. Asline critane apik takdir wae seng gawe crita iki dadi sedih.
(Dahulu saya pernah diberitahu sama kakek saya yang sekarang jadi seperti saya. ceritanya dulu ada pasangan. sebenarnya ceritanya bagus cuma takdir aja yang membuat cerita ini jadi sedih)