Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kebahagiaan tiap orang itu beda takarannya. Ukuran kebahagiaan antara aku dan tetanggaku juga berbeda. Ada yang senang melihat orang lain senang, ada pula yang merasa benci ketika orang lain senang. Apalagi melihat ada seseorang yang bisa melesat sukses sementara dirinya masih begitu - begitu saja.
Padahal dia termasuk anak cerdas yang selalu meraih prestasi pendidikan lebih baik daripada aku yang hanya lulusan SMP. Ia lulus Kuliah, di Kampus bergengsi di Yogyakarta. Cuma nasibnya tidak semujur aku.Berkali – kali pindah pekerjaan, mencoba berbisnis tetapi akhirnya bangkrut. Kini ia mencoba menjadi petani dengan modal beberapa petak saja, sedangkan rumahnya sudah banyak genteng yang bocor, halaman rumah semakin sempit oleh karena ia menjual tanah halamannya pada tetangganya karena kesulitan uang.
Istrinya ngomel- ngomel terus, mengeluh tidak punya uang. Aku ingat dulu ia sering berkata sombong tentang masa depannya, tentang prestasinya yang mentereng. Waktu itu ia sudah naik sepeda motor, barang yang masih berupa khayalan bagiku.
Haryanto, nama temanku, pernah berkata padaku bahwa aku akan tetap menjadi gembel selamanya. Aku mencatat perkataannya. Dari situ aku ingin membuktikan bahwa apa yang dia katakan padaku itu meleset. Aku akan hidup lebih baik.
Sekarang di tengah sukses yang bisa kurengkuh. Selentingan kudengar ia selalu berkata jelek pada orang- orang tentang diriku.
Yang kudengar sih, ada yang mengatakan bahwa aku mencari pesugihan. Tidak mungkin dalam waktu yang cepat bisa menjadi kaya dan sukses. Aku sebetulnya tidak percaya bahwa isu - isu miring tentangku berasal dari mulut Haryanto. Memelihara tuyul, pesugihan, bersekutu dengan setan, dan berbagai tuduhan keji lainnya.
Ada beberapa tetangga yang kemakan omongan Haryanto “kecik”. Kusebut kecik karena perawakannya kecil namun licik. Seringkali ia membuka aib bagaimana waktu itu aku pernah terlibat perselingkuhan.
Sebetulnya tidak nyaman dengan berita- berita miring tentangku, tapi aku berusaha baik kepada tetangga. Kutunjukkan betapa aku sering kumpul dan ngobrol dengan mereka tanpa jarak, namun beberapa waktu ini aku memang susah berkumpul dengan tetangga, bukan karena menjauh namun karena pekerjaanku yang luar biasa banyak, banyak tamu yang datang dan aku juga mesti menjaga stamina agar tetap bisa istirahat yang cukup.
Aku pernah sakit cukup parah dan mbok wedok selalu mengingatkanku untuk tidak memforsir tenaga, Semampunya saja. Ya kalau sekarang akhir - akhir ini jarang ngumpul dengan tetangga harap maklum.
Makanya si kecik itu terus memanas - manasi tetangga bahwa aku memelihara tuyul, dan melakukan pesugihan. Kebetulan aku memang sering membakar hio dan kemenyan. Itu ritual meditasiku. Dengan membakar hio dan kemenyan rasanya meditasi yang rutin kulakukan malam hari semakin kusyuk.
Aku sih percaya selalu ada kehidupan lain, seperti makhluk astral. Mereka bisa menjadi akrab dengan manusia dan saling melindungi. Asal manusia tidak usil dan mempermainkan mereka, mereka juga hormat pada manusia. Sebetulnya menurut sejarah manusia adalah makhluk paling mulia di antara makhluk lainnya. Hanya kadang kelakuan manusia saat ini kejinya melebihi mahluk lain. Kalau makhluk lainnya melakukan pembunuhan hanya karena membela diri, namun manusia sering melakukan pemberangusan manusia dan makhluk lain karena kekuasaan, politik dan keinginannya dipuji dan dihormati.
Bukan aku sombong, dengan meditasi dan berdoa malam, aku sering mendapat ide baru dalam kesenian yang aku geluti, terkadang muncul bisikan entah darimana untuk membuat patung- patung yang fenomenal.
Kadang muncul ide aneh untuk membuat acara budaya yang melibatkan masyarakat, melibatkan pemerintah daerah dan iini bisa menjadi tontonan menarik yang mampu menarik wisatawan baik lokal bahkan banyak orang luar negeri memerlukan datang menyaksikan acara budaya yang salah satunya adalah gagasan dari saya.
Dengan seringnya disebut dan masuk berita, maka banyak job – job besar untuk membuat proyek patung yang lebih fenomenal. Aku berpikir sebuah promosi efektif untuk semakin membuat diriku mapan dan dikenal.
Semakin melambung namaku itulah yang membuat Haryanto semakin membenciku. Ia terus membuat berita- berita yang mengarahkan tetangga untuk mencoba menyelidiki darimana kekayaanku. Sudah kujelaskan karya- karyaku itulah yang membuat hidupku semakin mapan, bukan karena aku memelihara tuyul dan melakukan pesugihan.
Gilanya bapakku dan kematiannya beberapa waktu lalu juga sering disangkutpautkan dengan tumbal pesugihan.
Rupanya ada - ada saja tantangan manusia. Saya sih selalu berdoa semoga yang menyebarkan berita buruk itu diberi pencerahan.
Beberapa tetangga yang kena hasutan Haryanto kecik dengan membawa arit, parang, lnggis menyerbu rumahku kemarin. Mereka menampakkan muka marah karena merasa sering kehilangan uang akhir – akhir ini. Dan melihat kesibukan keluargaku terutama menjelang pernikahan anakku Sekar jagad semakin membuat tetanggaku naik pitam, apalagi gosokan kata- kata Haryanto Kecik yang meyakinkan tetangga bahwa keluargaku memang telah bersekutu dengan iblis, memelihara tuyul sehingga semakin hari semakin kaya.
“Gentur, keluar dari desa ini… kami tahu kamu memelihara tuyul…. Kalau tidak keluar dari desa ini rumah kalian akan kami hancurkan….”
“Tenang…. Tenang…. Ada apa sih kenapa kalian yakin bahwa kami melakukan pesugihan…dasarnya apa berita dari siapa?”
“Tidak penting darimana beritanya yang penting … kalian pergi dari desa ini. Biar kami miskin tapi tenang dan damai…”
“Kalian pasti kena hasutan….”
“Tidaaakkkk! Kami punya bukti bahwa kamu bersekutu dengan setan dan memelihara tuyul pesugihan.”
“Sssst….. tenang, jangan termakan omongan ngaco….Sebentar tahan emosi kalian…Kalau tidak percaya kalian boleh masuk ke rumah cari… apakah ada benda – benda mencurigakan yang bisa menguatkan kalian bahwa kami kaya karena pesugihan…”
“Tidak perlu… yang penting kamu dan keluargamu pergi dari desa ini…”
“Ya tidak bisa begitu…. Tanah yang kami tempati ini adalah warisan kakek. Sudah tahu kalian kakek termasuk sesepuh dan dituakan di sini. Saya mapan secara ekonomi karena kerja keras. Bukan karena pesugihan. Kalau tidak percaya nanti saya ceritakan kenapa kami bisa sukses. Bukan setahun dua tahun saya membangun pondasi kehidupan kami. Kalian lihat dulu saya seperti apa, bagaimana kalian melihat keseharian dulu yang makan apa adanya, kadang makan sehari sekali kadang dua kali,
Tapi Tuhan baik, Tuhan memberi petunjuk dan kesempatan serta jalan bagaimana bisa mengembangkan kemampuan sehingga dihargai orang. Saya memang bukan orang berpendidikan tapi kerja keras adalah prinsip utama. Kalau sekarang saya terlihat sukses dan Alhamdulillah dianggap mampu secara ekonomi, bukan karena kami bersekutu dengn iblis.Percayalah itu bukan watak saya.”
“Pokoknya kalian dan keluarga harus keluar dari dusun ini titik!”
Emosi para tetangga yang melakukan demo di depan rumah rupanya semakin tidak terkendali, maka mau tidak mau kami menilpun pak kepala dusun agar mengendalikan amarah para tetangganya.
Menghadapi orang- orang yang telah emosi, aku harus tenang. Mereka telah kemakan omongan Haryanto kecik yang berusaha membuat nama baikku tercoreng. Pak kepala dusun tergopoh - gopoh menenangkan warga.
“Kalian berhenti memojokkan Mas Gentur. Dari mana dapat informasi bahwa Mas Gentur punya tuyul dan melakukan ritual pesugihan.”
“Pokoknya kami punya bukti bahwa dia punya piaraan yang membuat barang dan uang kami hilang.”
“Buktinya mana?”
“ Tidak penting bukti, yang penting Gentur dan keluarganya harus keluar dari sini?”
“Memang siapa yang berhak mengusir keluarga Mas Gentur. Kalian tahu kakeknya termasuk sesepuh dan pendiri kampung sini?”
“Tidak peduli kakeknya siapa? Yang penting Gentur keluar, kalau tidak mau akan kami bakar rumahnya.”
“Berarti kalian bisa dituntut, bisa dihukum karena merusak dan mengganggu ketertiban masyarakat, jangan karena omongan seseorang kalian menjadi gelap mata.”
“Bukan karena omongan seseorang kami merasa bahwa kami tidak nyaman dengan orang – orang yang sering keluar masuk dusun ini.”
“Sebetulnya kalian iri khan dengan kesuksesan Mas Gentur…. Hayoo jawab!”
“Iya jelas wong memelihara tuyul ikut pesugihan…”
“Coba buktikan mana yang kalian sebut pesugihan!”
“Huuuuuuu…”beberapa orang tampak mencibir pernyataan Kepala Dusun.
“Baiklah… jika hanya karena omongan orang tidak jelas kalian lantas tersulut emosi, silahkan saja bagi kalian yang tak sekalipun melakukan kesalahan silahkan dan rusak rumah Mas Gentur, atau sekalian satu dusun ini kalian bakar saja. Tapi dengarkan. Meraih kesuksesan itu tidak mudah butuh kerja keras, bukan mengandalkan pesugihan atau memelihara tuyul. Mas Gentur kalian tahu sebelum dia sukses apa yang kita lihat. Hidupnya cukup memprihatinkan. Dan karena ia punya kemampuan mumpuni di bidang melukis maka ia sering ikut lomba melukis dan menang. Kini karena keahliannya patung yang dibuatnya dihargai mahal, sepantar dengan kegigihannya jatuh bangun dalam kehidupan.”
“Ya… tapi…”
“Sudah berhenti… kalian bubar dan merenung diri apakah kalian sudah usaha keras untuk menjadi lebih baik.”
Pelan- pelan massa yang berdemo di depan rumah Gentur satu persatu pulang. Yang tersisa malah kebingungan mengapa mereka pulang sendiri- sendiri, sedangkan ada satu orang yang malah bersembunyi di sudut dalam rumah tetangga Gentur. Ia nampak geram karena rencananya mengusir Gentur gagal total.
Aku sedikit melirik ke sosok Haryanto Kecik yang kemudian menghilang. Nafas lega memenuhi dada. Semoga saja gangguan dari orang yang hati segera berlalu. Sebetulnya aku tidak kurang- kurang membantu tetangga keluar dari masalah mereka. Menjadi petani sekarang memang perlu tabah. Sebab kadang hasil pertanian tidak seimbang dengan tenaga dan pengeluaran. Para tengkulak dan pedagang sering tega mempermainkan harga, sehingga ketika panenan melimpah harga malah terjun bebas. Duh sengsaranya.
Bersyukur karena masih banyak orang kaya yang kelebihan uang yang selalu saja ada yang memesan karyanya. Maka karena ia sudah mempunyai kisaran harga karya- karyanya. Laku satu saja sudah bisa untuk hidup sederhana selama setengah tahun. Apalagi bulan- bulan lalu beberapa patungnya laku maka ia punya cukup tabungan untuk membeli sawah, dan renovasi rumah.
Sebentar lagi mau mantu pasti akan banyak keluar, meskipun calon mantu yang juga seniman itu berjanji akan menanggung semua biayanya, tapi aku terus terang tidak tega, maka setidaknya untuk acara budaya, mengundang orang- orang memeriahkan acara pernikahan sudah kusediakan lebih agar banyak orang bergembira membantu lancarnya pernikahan anak kami.
Aku perlu belajar banyak dari mas Ismanto, Sitras Anjilin, Riyadi dan beberapa seniman yang sering bergiat dalam kegiatan budaya. Terutama mas Ismanto sang pematung fenomenal yang sejarah hidupnya mirip denganku.