Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tania!
Suka
Favorit
Bagikan
16. Dua Tahun kemudian...

105. Gang sempit - sore

Randi berjalan menyusuri gang sempit. Penampilannya tampak beberapa tahun lebih tua.

Orang-orang sekitar

(Bercakap dalam bahasa Sunda)

Cut to :

106. Ext/Int. Rumah kontrakan - sore

Randi masuk ke dalam rumah. Mamah segera menyambut anaknya. Penampilan mamah tampak begitu tidak terawat. Wajahnya pucat dan rambutnya dibiarkan memutih begitu saja.

Cut to:

107. Int. Dapur - meja makan - sore

Randi duduk. Mamah menyajikannya segelas kopi.

Mamah

Papahmu bagaimana?

Randi

Papah sehat kok, Mah. Bukunya juga katanya sudah hampir selesai.

Mamah

(Sambil duduk)

Buku? 

Mamah mendecakkan lidah. Diam sebentar sambil memandang kosong ke depan. 

Mamah

Papah kamu itu senang sekali cari masalah.

Randi

Papah kan gak bersalah, Mah.

Mungkin saja dari buku yang sedang ditulis Papah ini, orang-orang bisa tahu yang sebenarnya.

Mamah

Lupakan saja, Mas. Papahmu itu memang benar adalah seorang yang baik. Tapi bahkan orang paling baik sekali pun pasti pernah melakukan sebuah kesalahan.

Randi diam sejenak memandang ibunya dengan penuh seksama. 

Randi

Tapi Mah...

Mamah

(Menyela)

Kita obrolkan setelah Siti pulang saja ya.

(Menoleh ke arah kamar Tania yang hanya berpintukan tirai kain)

Tuh Tania sudah kangen banget sama Masnya.

Randi tersenyum semangat membalas perkataan tersebut. 

Cut to :

108. Int/Int. Kamar Tania - Sore

Randi mengintip sebentar dari sela-sela tirai, berusaha untuk mengamati adik perempuannya yang sedang menari di dalam kamar. 

Baru beberapa detik mengintip, seperti layaknya seseorang yang mempunyai indra ke enam, Tania langsung segera mengetahui kehadirannya.

Adiknya itu menjijitkan kaki kemudian berjalan seperti sedang mengedap-ngendap, mendekati Randi yang berada di balik tirai kamarnya, kemudian menyapa meriah kakaknya tersebut sambil melongokkan kepalanya keluar.

Randi tentu saja segera tertawa lalu memeluk dan menggendong Tania kembali ke dalam kamar. Sebenarnya, adiknya itu sudah terlalu dewasa untuk digendong, meski begitu Randi tidak merasa keberatan selama masih merasa kuat. 

Diciumnya pipi Tania berkali-kali sampai adik kecilnya itu cekikikan saking merasa terlalu geli oleh kumis dan janggut yang masih ia pelihara selama ini

Randi

Ini tuh adiknya siapa sih?

Tania

Adiknya Mas Randi dong!

Masih dalam gendongan Randi, Tania mencemberutkan bibir, menajamkan pandangannya.

Tania

Mana oleh-olehnya?

Randi

Oleh-oleh? Waduh Mas lupa nih. Gimana dong?

Tania semakin cemberut setelah mendengar hal tersebut. Randi tertawa kecil, lalu menurunkan Tania dari gendongannya. Keduanya duduk di lantai, Randi membelai-belai rambut adiknya yang kini sudah sepunggung panjangnya.

Randi

Mas memang gak bawa oleh-oleh sekarang. Tapi mas ada kabar gembira buat Tania.

Tania

(Bersuka)

Kabar gembira apa?

Randi

Mas kan baru saja menang proyek baru. .

Bagaimana kalau Tania Mas belikan organ?

Tania

(Mengernyitkan dahi)

 Kenapa organ?

Randi

Kata Mamah kamu suka banget sama piano. Maaf, kalau piano, Mas belum cukup uangnya. Jadi organ dulu saja, ya?

Tania menggaruk-garuk lehernya sebentar.

Tania

Organ juga mahal kan, Mas? Lagian aku udah gak suka sama piano lagi kok.

Randi

Gak apa-apa. Kebetulan teman Mas ada yang mau jual organnya. Jadi gak terlalu mahal.

Tania

(Bersikeras)

Gak perlulah, Mas.

Randi memandang Tania beberapa saat. 

Randi

Jadi kamu sukanya apa dong sekarang?

Tania tersenyum lebar, berdiri tegak, meregangkan kedua tangannya kemudian berputar sambil menirukan seekor burung yang sedang terbang.

Tania

Sekarang aku suka menari. Aku ingin jadi penari Mas!

Randi bertepuk tangan sebagai ketukan untuk mengiringi tarian-tarian kecil Tania. 

Randi

Ya sudah bagaimana kalau uang buat beli organnya dipakai buat les tari saja? Setuju?

Tania kembali terdiam menghentikan semua gerakannya, memandang kakaknya dengan tatapan aneh. 

Tania

Sudah Mas, gak usah. Mending uangnya untuk beli motor buat Mas Randi. Aku sih tidak perlu ikutan les tari, aku kan sudah ada guru privat sendiri.

Randi tertegun lama setelah mendengar perkataan itu. Sedang Tania kembali melanjutkan tarian burungnya.

Randi

Tania, siapa memangnya guru tari Tania?

Tania kembali menghentikan semua gerakannya, tersenyum sumringah.

Tania

Ya rahasia dong! Lagian kalau Mas Randi tahu siapa orangnya juga, bakalan percuma.

Randi

Kenapa bisa percuma?

Tania

Karena Mas Randi juga, gak akan bisa lihat dia. 

Randi

Tania. Mas serius ini.

Tania

(Sembil menari dan tertawa)

Temen-temennya Omah Ellies kan ikut kita, Mas.

Randi

(Bicara pada dirinya sendiri)

Omah Ellies?

Randi mengamati adik kecilnya tersebut. Dengan seksama, mencoba mengamati setiap gerakan-gerakan tari yang kini sedang dilakukan oleh Tania. Selama beberapa menit mengamati dengan sungguh, Randi luar biasa takjub karena setiap gerakan Tania tampak sangat rapi. 

Itu bukan gerakan tari sembarangan, Tania sudah sangat terampil melakukannya. Semuanya terstruktur indah layaknya sebuah tarian professional. Seperti sudah terkonsep oleh seorang koreographer di balik penampilan kecil Tania ini. 

Cut to :

108. Int. Dapur - Meja Makan - Malam

Siti dan Randi duduk bersama. Randi sudah mengenakan pakaian tidurnya, sedang Siti masih mengenakan pakaian kerja kantoran.

Siti makan sendiri dan Randi menemani.

Siti

Syukurlah kalau papah baik-baik saja. Tapi aku setuju apa kata mamah barusan, Mas. Tidak perlulah Papah menulis buku yang seperti itu.

Randi

Bukan begitu. Tapi kan kebenaran harus tetap disuarakan.

Siti terdiam sejenak, seperti hendak bicara kemudian memilih untuk tidak menyuarakannya.

Siti

Ingetin aku ya, Mas. Tanggal 3 bulan depan, jadwal Mamah check up ke dokter.

Randi meneguk tehnya.

Randi

Uang organnya Tania saja buat biayanya.

Siti

(Sambil mengangguk-anggukkan kepala)

Gak perlu lah. Aku akan lembur sampai gajian nanti. Gaji dan upah lemburku rasanya masih cukup untuk biaya Mamah.

Siti minum, berdiri kemudian mencuci piring bekas makannya.

Terdengar suara tawa Tania dari kamarnya.

Randi

Sejak kapan Tania bisa menari?

Siti

Tidak tahu, Mas. Di sekolah pun tidak ada ekskul tari, kok.

(Sambil berjalan)

Tapi Tania tuh sangat berbakat menari loh, Mas.

Randi

Kalau Omah Ellies itu siapa?

Siti berhenti di depan kamar Tania. Memandang Randi, mengernyitkan dahinya, menggelengkan kepala menunjukkan ketidaktahuannya. 

Siti masuk ke kamar Tania.

Cut to :

108. Int/Int. Kamar Tania - Kasur - Malam

Tania sedang tertawa sendiri di balik selimut. Tiba-tiba, tanpa suara, Siti ikut menyelinap di balik selimutnya.

Siti

Hayo! Bangun-bangun di malam buta, terus ketawa sendiri? Kebiasaan ini.

Tania segera memeluk Siti lalu keduanya cekikikan di balik selimut.

Cut to :

109. Int. Dapur - Meja Makan - Malam

Randi menghela nafas, duduk sendiri memandang gelas tehnya.

Namun ia tidak tahu, bahwa sebenarnya ia kini tidak sedang sendiri. Ada Gerimis, Hendra dan Linda yang sedang duduk bersamanya.

Fade out

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar