Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tania!
Suka
Favorit
Bagikan
9. Babak #9

76. Ext/Int. Kamar Tania - Siang

Siti masuk ke kamar. Tania membenamkan wajah pada bantalnya.

Siti duduk di lantai kemudian bersandar pada ranjang.

Tania

Mbak, Mamah sama Mas kemana?

Siti menoleh ke arah Tania, merebahkan kepala di sisi ranjang.

Siti

Ndak tahu, Tania. Tapi Mamah dan Mas Randi sudah baikan kok. Tania lihat sendiri kan tadi pas sarapan?

Tania menegakkan tubuhnya lalu ikut duduk di sebelah Siti.

Siti

Tania tenang saja. Mas Randi ndak akan pergi lagi kok. Semalam Mbak banyak ngobrol dengan Mas.

Tania

Ngobrol apa?

Siti

(Berbinar)

Ngobrol banyak. Ya, ngobrol saja. Tentang ini itu. Tapi yang penting, Mas kemarin sudah janji kalau dia ndak akan pergi dulu sebelum keadaan semua ini sudah baik-baik saja.

Tania

Berarti sekarang ini, keadaannya sedang tidak baik, ya Mbak?

Siti

Bukan begitu Tania. Jadi begini....

Mmmm.... opo yo....

Tania

Sudahlah Mbak. Gak perlu dijelasin juga.

Siti tersenyum sambil membelai rambut Tania.

Tania

Mbak Siti suka ya sama Mas Randi?

Siti terkejut, tampak gugup dan kikuk

Siti

Kenapa Tania tanya begitu?

Tania

Ya abisnya. Mbak beda sekarang kalau ada Mas.

Siti

(Genit)

Masa sih?

Tapi Mas Randi kan memang ganteng. Kayak artis.

Tania

(Berteriak)

Tuh kan!

Mbak beneran suka sama mas? Kok bisa sih? 

Siti

Ya, Mbak ndak ngerti Tania.

Tania sejenak menunjukkan ekspresi jijik.

Tania

Mbak, Mas kan kakak aku. Terus Mbak kan sudah dianggap sebagai keluarga sendiri di sini.

Siti

(Pelan)

Keluarga sendiri?

Kayaknya Mamah ndak akan setuju sama hal itu. Mbak kan hanya suka saja, Mbak juga tahu diri kok.

Tania memandangi wajah Siti yang kini berubah menjadi sendu. Tania tahu bahwa ia harus segera merubah topik pembicaraan.

Tania

Mbak

(Berdeham)

Jadi gosip tentang Omah itu kayak gimana?

Dengan kilat Siti menoleh dan tersenyum ke arah Tania.

Siti

(Semangat)

Jadi kata orang-orang tuh, Omah suka berubah-ubah sifatnya.

Tania

(Lesu)

Ya, semua orang juga gitu kali.

Siti

Beda Tania. Kayak orang kesurupan katanya.

Tania

Kesurupan gimana?

Siti

Ya kadang hari ini kayak nenek-nenek tua. Terus tiba-tiba besoknya suka belanja sambil nari-nari di pasar, terus besoknya lagi judes banget. Ya gitu lah. Jadi kaya orang yang berbeda gitu.

Tania terdiam.

Siti

Bukan hanya itu. Katanya Omah juga pernah mukulin preman pasar.

Siti memandang Tania serius.

Siti

Maka dari itu, Mbak tanya sama Tania. Omah pernah ngelakuin hal yang aneh-aneh kayak yang orang pasar ceritakan ndak?

Tania hanya bisa diam kemudian mengangkat kedua bahu.

Siti

Ini serius Tania.Kalau omah itu benar-benar gila atau kesurupan kan bahaya kalau Tania sering main sama dia.

Tania menarik napas untuk sesaat dan menaikkan kedua alis.

Tania

Sudah aku bilang kemarin kan, Mbak. Omah itu normal-normal saja. Kayaknya itu cuman gosip doang. Atau gak....

Tania mengambil jeda sejenak.

Tania

Omah lagi bete saja kali. Jadi kelihatannya beda. Kayak Mamah. Kadang baik banget kayak kemaren-kemaren, terus judes lagi. Iya, ‘kan?

Siti masih duduk terdiam sambil terus menggumamkan sesuatu. Sepertinya, sedang berpikir akan penjelasan barusan. 

Tania berjalan perlahan menuju pintu kamar kemudian kembali menghela nafas panjang saat melihat Siti yang masih saja terlihat sedang berpikir serius.

Tania

Mbak, ini sudah waktunya makan siang loh. Aku lapar.

Cut to :

77. Int. Dapur - Siang

Siti sibuk sedang memasak.

Tania

Banyak bener yang harus dimasak, Mbak?

Siti

Mamah tadi telepon, katanya malam ini Omah makan malam di sini.

Cut to :

78. Ext. Teras depan rumah - siang

Tania duduk memantau rumah Omah menggunakan binokularnya. Beberapa kali menoleh ke dalam rumah, kemudian berjalan menuju rumah Omah.

Cut to :

79. Ext. Semak bunga sepatu - siang

Tania bersembunyi di balik semak sambil memantau jendela kamar lantai dua Omah lewat binokularnya. Gerimis muncul di belakangnya.

Gerimis

Kamu lagi ngapain lagi sih?

Tania

(Kesal)

Diam, jangan berisik kamu!.

Tania kemudian menariknya untuk ikut bersembunyi di belakang semak.

Gerimis

Kamu ngapain di sini? Hobi banget sih nyumput di sini?

Tania

(Berbisik)

Sssst … jangan keras-keras.

Aku penasaran sama Hendra. Jadi aku lagi memantau dia dari sini. Aku pengen liat dia tuh orangnya kayak gimana.

Gerimis menggeleng-gelengkan kepala setelah mendengar penjelasan tersebut. 

Gerimis

Kamu tahu, kamu gak mungkin bisa liat dia dari sini. Kamu harus buat dia keluar dari rumah, baru bisa lihat dia itu kayak gimana.

Tania

Terus gimana dong?

Gerimis

Dasar bodoh! 

Gerimis berdiri dan berjalan menuju rumah.

Mengambil sebuah batu seukuran sedikit lebih kecil dari kepalan tangannya, mengamati jendela tersebut kemudian melemparkan batu tersebut tepat mengenai sasaran yang diinginkan. 

Bunyi gaduh dari kaca pecah pun langsung terdengar, kemudian Gerimis segera berlari menuju semak persembunyian Tania.

Tania

(Panik)

Kamu gila ya?

Gerimis

Sudah lihat saja. Sebentar lagi juga dia keluar.

Tak lama Hendra membuka jendela, mengeluarkan kepala dan menampakan wajah raut marah dari laki-laki tersebut. Ia kembali masuk dan beberapa saat kemudian keluar dari rumah dengan membawa sebilah pisau daging, seperti hendak membunuh orang yang barusan melempar batu ke dalam kamarnya. 

Umur Hendra mungkin sama dengan umur ayah Tania. Gaya rambut cepak dan tubuhnya sangat kekar seperti seorang atlit. Dan sepertinya laki-laki ini juga bukanlah orang yang bodoh, ia tahu benar dari mana arah batu itu tadi dilemparkan.

Hendra memandang ke arah semak dan mulai berjalan mendekati di mana Tania dan Gerimis sedang bersembunyi. Dengan wajah gentar, Tania menatap Gerimis yang anehnya sekarang ini sedang tersenyum puas.

Gerimis

Sudah. Gak usah takut, serahkan semua ini sama aku. Kamu jangan sampai bersuara saja.

Akhirnya setelah jarak antara semak tersebut dan Hendra tinggal beberapa langkah lagi, Gerimis keluar dari semak tersebut.

Gerimis

Maaf. Tadi aku ingin melempar burung tapi meleset.

Hendra terdiam meski tetap terlihat seperti begitu marah pada Gerimis.

Gerimis

Sudahlah. Besok kan giliranku ke pasar.

(Ketus)

Besok aku ganti kaca jendela kamu. Sudah sana sekarang masuk lagi ke kamar gih!

Hendra tampak benar-benar segan kepada Gerimis. Ia kembali masuk ke dalam rumah.

Setelah Hendra benar-benar sudah berada di dalam rumah, barulah Gerimis kembali duduk di balik semak sambil terus tertawa cekikikan.

Gerimis

Aku bilang apa. Hendra itu takut sama aku.

Tania

Dia itu tentara ya? Kok gayanya kayak tentara.

Gerimis

Hah? Masa orang kayak gitu jadi tentara? Dia itu inginnya jadi tentara tapi gak pernah kesampaian. Makanya lagaknya saja yang sok-sokan begitu.

Tania memandangi Gerimis dengan takjub.

Gerimis

(Menunjuk ke arah Binokular Tania)

Sekarang. kamu harus meminjamkan benda itu.

Tania

Kok bisa?

Gerimis

Lah kan tadi aku yang menyelamatkan kamu dari Hendra?

Tania

(Mendebat)

Apaan? Kan bukan aku yang melempar batu.

Gerimis

Tapi kan kamu yang ingin lihat Hendra. Jadi aku harus lempar batu ke jendelanya supaya dia keluar dari rumah. Semuanya kan gara-gara kamu. Coba kalau tadi aku gak nyuruh dia supaya masuk lagi ke rumah? Coba kalau tadi, dia sampai liat kamu yang sedang bersembunyi di sini?

Tania pada akhirnya mau tidak mau menyerahkan binokularnya kepada Gerimis.

Gerimis menerimanya, tersenyum lalu pergi dengan begitu saja.

Tania pulang sambil tertunduk lesu.

Cut to :

80. Int. Dapur - sore

Siti dan Mamah memasak di dapur. Tania masuk masih dengan tertunduk lesu.

Mamah

Kenapa muka kamu ditekuk begitu?

Tania diam, menggelengkan kepalanya

Mamah

Mandi sana.

Tania berjalan keluar.

Cut to : 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar