Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tania!
Suka
Favorit
Bagikan
12. Babak #12

Begin of Montage

88. Ext. Teras depan - Siang

Mamah sedang merokok sambil melamun sendiri.

Cut to:

89. Ext. Teras depan - Malam

Mamah sedang berdebat dengan seseorang lewat sambungan telepon.

Cut to :

90. Int. Ruang tengah - sumur

Randi menimba air sedang Siti mencuci pakaian. Keduanya saling tersenyum.

Cut to :

91. Ext. Tepi danau - Sore

Randi dan Siti berjalan berdua saja.

Cut to : 

92. Ext. Kebun Omah - Siang

Tania dan Omah makan siang bersama.

Cut to :

93. Int. Rumah Omah - Piano - Sore

Omah mengajarkan Tania bermain piano.

Cut to :

94. Int. Rumah Omah - Kamar - Malam

Gerimis, Linda dan Hendra sedang berdiskusi.

Gerimis dengan ekspresi mengancam, Hendra serius menyimak dan Linda menundukkan kepalanya.

End of Montage

Cut to :

95. Int/Ext. Teras depan - Siang

Siti sedang bercakap-cakap dengan Gerimis.

Tania datang dan memandang Gerimis dengan sinis.

Siti 

Nah, ini anaknya. Ya sudah Omah, saya pamit masuk dulu. Lanjutin masak lagi.

Gerimis hanya membalasnya dengan senyum yang terlihat dibuat-buat.

Siti masuk ke rumah. Tania duduk.

Gerimis

Kita perlu bicara. Bukan di sini, tapi di rumahku.

Gerimis kemudian langsung berjalan menuju rumahnya tanpa sepatah kata pun dan tanpa memberi kesempatan Tania untuk bertanya. Tania menggeleng-gelengkan kepala sambil terus berdecak, saking begitu takjubnya melihat sikap Gerimis yang sangat menyebalkan sambil berjalan di belakang anak perempuan itu menuju rumah Omah.

Cut to :

96. Int. Rumah Omah - Ruang tamu - Siang

Tania duduk di sofa. Gerimis berdiri sambil melipat kedua tangannya.

Tania

(Kesal)

Ada apa, sih? Omah, mana?

Gerimis

(Ketus)

Dia lagi tidur. Sudah kamu diam saja. Kita semua harus ngobrol.

Tania kembali menarik napas panjang sambil kembali berdecak kesal. 

Linda dan Hendra turun dari lantai dua rumah. Mimik wajah Tania saat itu juga segera berubah dan menjadi sangat panik saat melihat Hendra yang mulai menatapnya tajam. Linda segera duduk di sebelah Tania, berusaha untuk menenangkan. Sedangkan Hendra berdiri di sebelah Gerimis sambil terus menatap dari ujung kaki sampai ke ujung kepala Tania.

Tania mengamati Gerimis dan Hendra yang sedang saling berbisik sambil terus saja memperhatikannya.

Linda

Tania tenang saja ya. Kita hanya mau ngobrol kok.

Tania

Ngobrol apaan? Aku kan masih anak kecil. Aku gak tahu apa-apa.

Linda

Tante juga gak setuju sama hal ini sebenarnya. Tapi mereka merasa mungkin Tania bisa menolong kita bertiga.

Linda sambil melihat ke arah Gerimis dan Hendra yang masih saja berdiskusi sendiri.

Tania

Kok bisa gitu? Aku bisa tolong apa? Memangnya ada masalah apaan? Omah tau gak?

Linda

Ellies gak tahu karena dia gak akan mengerti. Tania pasti sudah dengar kan, kalau sepertinya kami harus pergi dari sini.

Tania

(Mengangguk)

Omah kemarin sempat cerita itu. Tapi Omah bilang, kalau yang bakal pergi, bukan yang lainnya. Lagian kalau Omah Ellies pergi masa gak ngajak Tante Linda?

Linda sempat tertegun sejenak setelah mendengar perkataan Tania barusan. Sejenak menutup matanya, seperti sedang ada beban berat yang di dalam kepalanya. Tak lama, ia kembali memandang ke arah Gerimis dan Hendra.

Linda 

Walaupun Tante sangat sayang sama Ellies. Tapi tempat tante itu bersama dengan mereka berdua. Tapi Tante gak begitu yakin juga sih.

Tania

Kok bisa gitu? Ngapain Tante bareng mereka?

Ada hal yang cukup baru dengan Linda sekarang ini. Ia tampak sangat serius dan sama sekali tidak tampak seperti orang yang sakit jiwa. 

Tania

Tante ikut Omah saja kalau kata aku sih.

Linda menoleh ke arah Tania, memiringkan wajah sedikit lalu tersenyum kecil.

Linda

Tante gak bisa gitu sayang. Tante itu gak bisa pisah sama mereka. Dan Tante juga gak bisa jelaskan alasannya sama Tania.

Tania

Kenapa?

Linda

Karena untuk hal ini, Tania lebih baik gak tahu, Sayang. Biasanya orang yang tahu secukupnya akan lebih berbahagia daripada orang yang tau segalanya.

Hendra

(Kepada Tania)

Apa benar ayahmu bekerja untuk Negara? 

Suaranya lantang namun pecah. Amat serak, seperti pita suaranya sudah lama rusak. 

Untuk beberapa detik, Tania memperhatikan laki-laki yang sedang berjalan mendekatinya.

Gerimis

Sudah aku bilang ayahnya itu seorang menteri. Tentu saja dia itu bekerja untuk Negara.

Hendra tetap memandang Tania dengan serius.

Hendra

Apakah dia seorang negarawan?

Gerimis

(Membentak)

Apa lagi sih? Kan aku sudah bilang tadi kalau ayahnya bekerja untuk negara!

Hendra

Bekerja untuk Negara bukan berarti seorang negarawan. Apalagi di zaman seperti ini. Apa kamu membaca berita? Banyak sekali pengkhianat Negara. Kita tidak akan pernah tahu. Jika kamu ingin aku ikut pada rencanamu, aku harus benar-benar tahu siapa anak kecil ini.

Hendra terdiam untuk menepuk-nepuk dadanya sebentar.

Hendra

(Bangga)

Aku ini seorang patriot negara. Dari dulu dan sampai kapan pun, tidak mungkin aku mau merusak identitas itu demi alasan apa pun.

Gerimis

Jadi kamu meragukan keputusanku?

Tania

Aku tidak tahu apa arti dari negarawan. Tapi yang jelas Papah bukan seorang pengkhianat negara.

Tania diam sejenak untuk menatap wajah Hendra dan Gerimis bergantian. 

Tania

Dan aku tahu, dari semua orangtua siswa di sekolah, hanya Papah yang masih rutin mengikuti upacara bendera.

Gerimis memandang Tania dengan tatapan yang berbeda, mungkin ia takjub mengapa Tania bisa berkata dengan selantang itu. Meski begitu, Hendra masih terlihat belum cukup puas.

Gerimis

Apa itu belum juga cukup? Sepertinya ayahnya juga seorang patriot dan sepertinya aku belum pernah melihatmu mengikuti upacara bendera.

Hendra

Aku tidak perlu mengikuti upacara bendera, aku ini dulu berjuang demi Negara.

Ia kembali menatap Tania sungguh-sungguh.

Hendra

Tetap saja aku merasa tidak yakin dengan anak ini.

Linda menarik napas panjang, menyentuh punggung Tania dengan lembut.

Linda

Tania, siapa nama Papahnya Tania?

Tania menjawabnya (muted).

Linda

Nah, jadi sekarang Om Hendra bisa cari tau sendiri kan siapa itu Papahnya Tania. Sudah tidak perlu ganggu-ganggu Tania lagi.

Gerimis

(Tertawa sinis)

Tumben si gila ini pintar.

(Kepada Hendra)

Sekarang kau bisa mencari tahu sendiri, ‘kan? Lagipula aku ragu bisa mendapat informasi yang benar dari anak kecil ini. Dia ini seorang pembohong yang handal.

Tania

(Membentak)

Ada perlu apa kalian sama Papah? Aku kasih tau ya, sekarang ini Papah sedang sangat sibuk.

Gerimis

Kami tidak perlu apa-apa dari ayah kamu.

Gerimis melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu siang.

Gerimis

Kamu boleh pulang sekarang. Bukannkah sekarang waktunya kamu untuk makan siang?

Tania terlihat masih belum ingin untuk pulang. Ia masih ingin tahu apa sebenarnya maksud dari pertemuan ini. Namun Linda menggenggam tangan Tania dan menuntun agar segera keluar dari rumah tersebut. 

Cut to :

97. Int/Ext. Halaman rumah Omah - Siang

Linda membungkukkan tubuhnya agar wajahnya dapat sejajar dengan wajah Tania.

Linda

Tania sekarang pulang saja, ya sayang.

Tania

Ada apa sih?

Linda

Tante tidak tahu. Tapi Tante janji tidak akan pernah biarkan mereka berdua menyakiti Tania.

Linda kembali masuk ke rumah. Meninggalkan Tania berdiri sendiri.

Tania

Habis makan siang, akan kuceritakan semuanya pada Omah.

Tania berjalan pulang.

Cut to : 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar