Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tania!
Suka
Favorit
Bagikan
4. Babak#4

29. Ext/Int. Ruang tengah rumah - meja makan - sore mulai gelap

Sesampainya Tania di ruang tengah, secara spontan dihentikan derap larinya saat menemukan Mamah yang sedang menangis kencang di pelukan Mas Randi.

Cut to :

30. Int. Teras depan - pagi

Tania sedang sarapan disuapi oleh Mbak Siti. Randi sedang memakai sepatu bootsnya. Mamah dengan tidak sabar menunggu anak lelakinya di halaman.

Tania

Mau kemana mas?

Randi

Cukur. Tuh mamahnya Tania bawel.

Tania dan mbak Siti tertawa.

Tania

Mas pernah lihat hantu? Kemarin kayaknya aku lihat hantu deh.

Siti

Wuaduh, Tania ini loh gak percaya kalau Mbak yang bilangin. Hantu itu ndak ada. Tania salah lihat aja kali.

Randi sejenak melihat Siti. Lalu menyentuh kedua pipi Tania.

Randi

Mas itu sudah ke banyak gunung, hutan dan lautan, Tania. Belum pernah sekali pun Mas lihat hantu. Mbak benar. Tania kemarin salah lihat saja. Sudah ah, Mas berangkat dulu.

Randi dan mamah meninggalkan rumah.

Cut to:

Begin of flashback

31. Int. Rumah keluarga Tania di Jakarta

Papah, mamah, Randi dan Tania duduk di ruang keluarga.

Televisi menayangkan berita pemilihan umum serentak yang mana menampilkan Papah dan Mamah yang sedang mencoblos. Setelahnya, papah diwawancarai sambil menggendong Tania.

Papah

Kamu kenapa tidak ikut pemilu tadi pagi?

Randi

Basi! Gak ada yang pantas dipilih juga.

Papah

Ya pilih saja apa yang papah dan mamah pilih saja.

Randi

Halah!

Randi meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya.

End of Flashback

Cut to :

32.Ext. Tepi danau - siang

Tania sudah memakai sepatu, celana panjang dan jaket, juga tidak lupa mengenakan topi. Ia berjalan menuju area sekitaran rumah omah.

Cut to :

33. Ext. Tepi danau - semak bunga sepatu - siang

Tania bersembunyi di balik semak dekat rumah omah, menggunakan binokularnya mengamati keadaan.

Setelah duduk di belakang semak cukup lama. Diamati sebentar keadaan sekelilingnya, kemudian memeriksa rumah itu lebih dekat lagi.

Aku berjalan mendekati rumah tersebut dan mengitarinya sekali putaran.

Cut to :

34. Ext. Halaman rumah Omah - siang

Tania berjalan mengelilingi rumah tersebut sambil menyentuh dindingnya.

Gerimis.

Siapa kamu?

Tania membalikkan tubuh.

Gerimis

Sedang apa kamu di sini?

Tania benar-benar memperhatikan Gerimis dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian ia menyodorkan tanggannya untuk berkenalan.

Tania

Hallo! Namaku Tania. Nama kamu siapa?

Gerimis memperhatikan tangan yang disodorkan Tania lebih dulu sebelum berjabat tangan.

Gerimis

Namaku Gerimis.

Tania

Gerimis? Itu pasti nama buatanmu sendiri ya?

Gerimis sedikit lebih besar dari Tania, rambutnya lurus hitam pekat panjang sampai ke pinggang dan warna matanya sama seperti rambutnya, keduanya matanya terus memandang seperti telah siap untuk menerkam. Ia memakai terusan berwarna biru muda dengan gaya yang sangat kuno. Kulitnya putih bersih seperti Mamah dan sepertinya anak perempuan ini memakai pewarna bibir karena bibirnya berwarna sangat merah.

Gerimis

Itu namaku sendiri kan? Terserah aku lah!

Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Sedang apa di sini?

Tania

Aku ingin bertemu Omah Ellies.

Gerimis

Kenapa kamu tidak mengetuk pintu saja?

Tania

Maunya begitu? Tapi kayaknya omah lagi gak ada di rumah.

Gerimis

Dia memang tidak ada di rumah kok.

Tania

Kenapa kamu bisa tahu?

Gerimis

Aku kan tinggal di sini.

Tania terdiam.

Gerimis

Tapi ini rahasia. Tidak ada yang boleh tahu lagi. Kamu bisa menyimpan rahasia kan? Ini sudah menjadi rahasiamu juga. Awas saja kalau sampai ada yang tahu, aku akan melaporkan bahwa kamu telah mengintip rumah Ellies kepada ibumu yang cerewet itu.

Tania

Dari mana kamu tahu kalau mamah itu cerewet?

Gerimis

Kamu kira hanya kamu saja yang curiga pada tetangganya sendiri?

Gerimis memandang binokular yang sedang dikalungkan oleh Tania.

Gerimis

Biar kulihat itu.

Tania langsung memegang binokularnya erat-erat. Ia melangkah mundur menjauhi Gerimis yang malah ikut melangkah maju seperti hendak mengejarku. Dan setelah beberapa saat, terdengar suara teriakan Mamah yang sedang memanggil nama Tania.

Tania

Maaf. Ibuku sudah memanggil. Aku harus cepat pulang.

Segera Tania berlari pulang sekencang-kencangnya meninggalkan Gerimis yang masih berdiri sambil memperhatikan Tania pergi menjauh.

Cut to :

35. Ext. Tepi danau - api unggun - malam

Mamah, Tania, Randi dan Siti baru saja selesai makan malam di luar. Mereka duduk mengelilingi api unggun.

Mamah dan Siti lebih dulu masuk ke rumah. Sedang Randi dan Tania masih duduk berdua memandangi danau.

Tania

Sebenarnya apa yang lagi terjadi, Mas?

Randi

Maksudnya?

Tania

Ya tentang semua ini. Kenapa kita ada di sini? Virus yang ada di rumah? Mas Randi kok tiba-tiba datang?

Randi menarik napas panjang, persis seperti yang dilakukan Mamah, memeluk kedua kakinya.

Randi

Mas gak bisa jelasin tentang kenapa kita di sini, atau juga tentang rumah. Itu semua kamu bisa tanya besok ke Papah. Tapi yang jelas Mas ada di sini karena Mas kangen banget sama kamu dan Mamah.

Tania

Apa Papah sedang ada masalah? Apa Papah bikin salah ke Eyang Presiden?

Randi tertawa sinis.

Randi

Eyang presiden?

Ia menggeleng-gelengkan kepala

Randi

Orang itu bukan kakek kita, Tania. Bahkan dia sama sekali bukan keluarga kita.

Tania

Tapi Eyang bilang kalau kita ini keluarganya.

Randi

Dengar Tania. Orang itu bukan keluarga kita. Titik. Jangan pernah Tania ulangi lagi kata-kata barusan.

Tania terdiam, ikut memeluk kedua kakinya. Randi tampak kesal setelah mendengar apa sebutan Tania barusan.

Randi

Mas gak ngerti sebenarnya.

Randi sembari menusuk-nusukan sebatang kayu ke dalam bara api.

Randi

Papah itu orangnya sederhana padahal. Mamah juga bilang selama ini gak beli apa-apa yang mewah-mewah. Ini pasti ada yang salah. Ada sesuatu yang ditutupi.

Tania

Menurut Mas apa yang salah? Apa yang ditutupin?

Randi terdiam untuk sejenak, menyisir rambutnya yang sekarang sudah pendek dengan potongan yang sangat rapih dengan tangannya, walau masih ada kumis dan janggutnya.

Randi

(Sambil berdecak)

Gak penting Tania

Tania

Apanya yang gak penting?

Randi

Apa yang Mas pikirkan. Itu yang gak penting.

Tania menegakkan tubuhnya sedikit terusik.

Tania

Kok gak penting sih? Kalau Papah benar-benar ada masalah tentu saja itu hal yang penting. Aku bosan semua orang bersikap seperti ini. Aku ini bukan anak kecil lagi tau. Aku sudah sepuluh tahun!

Randi tersenyum sambil menatap Tania gemas.

Randi

Jadi kalau udah bukan anak kecil lagi, malam ini harus berani dong tidur sendiri di kamar?

Tania menjawab dengan ekspresi cemberut andalannya. Walau begitu, ia tetap ingin sebuah penjelasan dari Randi. Tania memicingkan mata, meniru gaya Mamah bila ingin mengeruk sebuah pengakuan dari seseorang.

Mas Randi segera ngakak terbahak-bahak melihatnya, mengacak-ngacak rambut Tania.

Randi

Kamu sama Mamah pindah ke sini untuk sementara itu supaya kalian berdua gak ada yang ganggu. Papah tuh pengen kalian aman di sini. Dan soal rumah kita....

Randi mengambil jeda sejenak.

Randi

Rumah kita udah disita orang.

Tania

Disita? Apa artinya disita?

Randi

Disita itu artinya....

Randi terdiam lagi, kali ini lebih lama dari sebelumnya.

Randi

Disita itu artinya diamankan sementara dari pemiliknya. Jadi kita sementara gak boleh tinggal lagi di sana.

Tania

Yah kalau itu sih aku sudah tahu.

Tania akhirnya bernafas lega.

Tania

Rumah itu disita sama orang dari dinas kesehatan karena di rumah itu ada virus. Iya kan?

Mas Randi tampak terkejut mendengar perkataan Tania barusan. Ia kemudian tersenyum sambil membelai rambut pendek Tania lalu perlahan menganggukkan kepalanya.

Tania

Lalu Mas Randi tahu apa lagi? Yang aku belum tahu dong.

Randi

Gak ada lagi Tania. Cuman itu yang Mas tahu.

Tania menggeser posisi duduk, semakin mendekat Randi supaya bisa mendekap tangan kirinya itu dan menyandarkan kepalanya.

Terlihat, rumah Omah yang baru saja dimatikan lampunya.

Tania

Menurut Mas Randi, mungkin gak sih ada orang yang namanya Gerimis?

Randi

Gerimis?

Tania menganggukkan kepala.

Randi

Mungkin saja sih. Malah, teman Mas ada yang namanya Samudra. Terus Awan. Kalau cewek ada yang namanya Pelangi atau juga Pipit.

Tania

Oh gitu ya?

Randi

Iya.

Randi sambil terus membelai-belai wajah Tania dengan tangan kanannya.

Randi

Denger-denger Tania gak pernah akur ya sama Mamah?

Tania mengigit bibirnya.

Tania

Habisnya Mamah cerewet. Terus kayaknya Mamah ga suka kalau lihat aku seneng.

Randi

Semua Mamah di dunia ini cerewet Tania. Kamu lihat kan gimana cerewetnya Nenek sama Papah? Padahal Papah sudah tua, sudah punya anak dua. Tapi masih dicerewetin juga tuh sama nenek.

Randi melempar sebuah kerikil ke danau

Randi

Terus kata siapa Mamah gak suka kalau kamu senang? Justru Mamah itu punya rencana yang sangat besar buat kamu. Hanya buat Tania, bukan buat siapa-siapa. Mamah tuh baik, cuman kita saja yang kadang gak ngerti.

Tania

Kalau Mamah itu baik, kenapa dulu Mas berantem sama Mamah? Trus kenapa Mas pergi dari rumah?

Randi tertawa beberapa saat sambil mencubit lembut hidung Tania.

Randi

Mas itu gak berantem sama Mamah sebenarnya. Justru Mas lagi gak sepaham sama Papah. Nah jadinya debat sama Mamah.

Tania

Terus Mas sudah baikan sama Papah?

Randi tertawa lagi setelah mendengar pertanyaan tadi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Randi

Mas gak musuhan kok sama Papah. Gak pernah musuhan. Cuman ada beberapa hal dari Papah yang sekarang Mas gak setuju. Itu yang buat Mas gak bisa lagi tinggal serumah sama Papah.

Tania

Seperti soal Eyang Presiden ya?

Tania mengubah air mukanya dengan ekspresi bersalah

Tania

Maaf, Mas. Keceplosan.

Randi terlihat sedang berpikir sejenak sambil menggaruk-garuk lutut lalu menganggukan kepala.

Randi

Yah, seperti soal dia. Kalau saja dulu Papah mau mendengarkan pendapat anaknya sendiri daripada orang lain.

Randi kemudian merangkul dan mencium kepala Tania seperti yang dilakukan Mamah kemarin.

Randi

Sekarang jadi kita semua yang harus menanggung akibatnya.

Tania

Besok kan Papah datang tuh. Coba saja Mas ngobrol lagi sama Papah. Mungkin sekarang Papah mau mendengarkan pendapat Mas Randi.

Randi

Kayaknya semuanya sudah terlambat Tania. Sudah sangat terlambat.

Randi merangkul adiknya lebih erat lagi.

Fade to black

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar