Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Switch on 48 Days
Suka
Favorit
Bagikan
6. Saling Menuduh

INT. RUANG MAKAN — DAY

Arsya masih terkejut karena jiwanya masih di raga Renji. Kejadian aneh yang tak pernah ia bayangkan. Ia terbangun dengan posisi tubuh terlentang di lantai. Ia pun keluar dari kamar Renji, mencari Kartini. Namun, ia tak menemukan seorang pun. Ia menemukan nasi dan berbagai lauk di balik tudung saji di meja makan. Tiba-tiba Agam berteriak dari balik pintu.

AGAM

Renji! 

Arsya berdecak lalu berjalan ke pintu dan membukanya.

AGAM

(Merengut) Ponsel lo kenapa mati? 

Arsya menggeleng. Ia sejak malam tak memikirkan apa-apa, bahkan ponsel Renji sekali pun.

AGAM

(Menepuk dahi) Hari ini latihan lagi di UPI, gue kasih tahu lewat WA sama telepon, lo enggak aktif! Makanya gue hari ini ke sini!

ARSYA 

(Menepuk-nepuk leher) Maaf, gue ponsel gue kayaknya kehabisan baterai

Agam mengendus-ngendus lalu menutup hidungnya.

AGAM

Lo dari kemarin enggak mandi? (Menatap Arsya dengan perasaan jijik)

Arsya mengendus bau di sisi kanan dan sisi kiri tubuh Renji.

AGAM

(Berdecak) Cepetan lo siap-siap! Gue tunggu di luar!

Agam duduk di kursi di teras rumah Renji lalu memainkan kedua jempolnya di layar ponsel untuk menunggu Arsya. Arsya bernapas lega karena artinya ia bisa bertemu dengan raganya. Ia menduga mungkin jiwanya bertukar dengan jiwa Renji.

INT. KOLAM RENANG UPI — DAY

Sesampainya di kolam renang, ternyata Agam dan Arsya yang lebih dulu sampai. Suasana di sana kali ini sangat sepi dengan cuaca sedikit mendung.

AGAM

(Melirik Arsya) Kita pemanasan duluan enggak apa-apa kali, ya?

Arsya tak menyahut. Ia termenung di bangku seraya menatap kolam renang yang tenang. Dia membiarkan Agam yang sudah menyimpan barang-barang di loker dan masuk ke kamar mandi. Selang 10 menit, Pelatih Huya masuk ke kawasan kolam renang dan menghampiri Arsya.

PELATIH HUYA

Renji? Kenapa enggak langsung bersiap-siap?

Arsya memegang kepalanya dan menggeleng. Ia masih tidak terima apa yang terjadi kepada dirinya.

PELATIH HUYA

(Menempelkan punggung tangan di dahi Arsya) Kamu sakit?

Arsya mengangguk, berbohong.

PELATIH HUYA

Seharusnya kamu bilang dong ke Agam kalau kamu sakit (menggelengkan kepala) kamu enggak usah ikut renang, ikut lihat aja

Arsya tidak semangat berlatih. Ia tidak sudi menjadi Renji. Di saat yang bersamaan, Pelatih Jim datang bersama Renji dan Wak Anda. Pelatih Jim menyuruh Renji dan Wak Anda untuk segera bersiap, tetapi Renji membiarkan Wak Anda ke kamar mandi duluan. Pelatih Jim dan Pelatih Huya langsung berbincang. Setelah itu, Renji menghampiri Arsya atau tubuhnya. 

RENJI

Siapa lo yang ada di tubuh gue?

ARSYA

(Terkejut dan beranjak berdiri) Lo juga siapa yang pakai tubuh gue?

Mereka saling bertatapan tajam.

RENJI

Gue yang saat ini di tubuh Arsya adalah Renji.

Arsya melotot lalu memegang pundaknya yang dipakai jiwa Renji. Ia melihat kondisi tubuhnya dari atas ke bawah.

ARSYA

Lo kok bisa jadi gue? (Menatap tak percaya)

Kali ini Renji tersentak.

RENJI

Lo Arsya?

Keduanya saling bereaksi dengan tatapan bingung dan tak percaya.

RENJI

Lo gila? Lo lalukan ritual apa sampai bisa masuk ke tubuh gue?

ARSYA

(Mendorong bahu Renji) Seharusnya gue yang tanya itu! Lo ngapain jadi gue?

RENJI

(Mendorong bahu Arsya) Cepat kasih tahu, biar kita bisa balik!

ARSYA

(Menggelengkan kepala) Gue juga enggak tahu!

Arsya di tubuh Renji maupun Renji di tubuh Arsya saling mengepalkan tangan. Perasaan marah terlihat dari raut wajah keduanya. Tiba-tiba Pelatih Jim meniup peluit dari dekat loker.

PELATIH JIM

Arsya! Renji! Kenapa kalian belum bersiap-siap?

PELATIH HUYA

(Memandang Pelatih Jim) Saya lupa bilang Pak Jim, kalau Renji sedang sakit. Saya biarkan dia hari ini untuk menonton saja.

Renji menatap jengkel Arsya lalu menghampiri Pelatih Jim.

RENJI

Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa ikut latihan hari ini karena tidak enak badan. Saya izin untuk kembali ke penginapan (Sedikit menundukkan kepala)

Mendengar itu, Arsya melotot. Ia memandang Renji yang tersenyum mengejek ke arahnya sambil berjalan meninggalkan kolam renang.

PELATIH JIM

(Berkacak pinggang) Padahal tadi pagi itu anak baik-baik aja?

Pelatih Huya menghampiri Arsya lagi. Arsya kembali duduk.

PELATIH HUYA

(Menyentuh pundak Arsya) Renji, kalau mau lebih baik kamu pulang saja

PELATIH JIM

(Berdiri di samping Pelatih Huya) Lebih baik kita batalkan saja latihan hari ini, Bu.

PELATIH JIM

(Memandang Agam dan Wak Anda yang sedang pemanasan) Kalian hentikan pemanasannya! Kita tidak usah latihan hari ini

Reaksi Agam dan Wak Anda kesal. Mereka pun segera menghampiri loker dan mengambil baju ganti.

INT. RUANG TAMU RUMAH BU HUYA — DAY

Sebab bingung apa yang harus dilakukan, Arsya berniat mengundurkan diri. Walaupun saat ini ia menjadi Renji, ia tidak bisa hidup sebagai Renji, bahkan ikut kompetisi. Maka, ia meminta waktu untuk berbincang dengan pelatih Huya di rumahnya.

PELATIH HUYA

(Meletakkan segelas teh hangat di meja kaca) Minum dulu, Renji

ARSYA

(Mengangguk) Terima kasih, Bu.

Arsya menyesap sedikit teh hangat dan meletakkan lagi gelas di meja.

PELATIH HUYA

Kamu sebenarnya enggak sakit, 'kan, Renji?

ARSYA

(Terkesiap) Maaf, Bu

Pelatih Huya melepas kaus kakinya lalu mengambil toples berisi kue kacang di lemari tepat di belakang sofa yang ia duduki. Tutup toples ia buka dan meletakkannya di meja. Arsya menatap sekilas kue tersebut, tidak berminat mencobanya.

ARSYA

(Menatap Pelatih Huya) Saya ingin mengundurkan diri dari kompetisi ini, Bu

PELATIH HUYA

(Melipat kedua tangan di depan dada) Kenapa tiba-tiba mundur Renji?

Arsya melihat raut kecewa sekaligus marah Pelatih Huya. Ia sudah kenal watak Pelatih Huya saat ia menjadi pelatih renangnya dulu.

ARSYA

(Menelan saliva) Saya tidak bisa memberitahu alasannya karena terdengar tidak masuk akal

PELATIH HUYA

(Menggelangkan kepala) Tidak bisa, Renji. Saya rela melepas puluhan kandidat lain demi kamu dan Agam

Arsya menundukkan kepala. Ia merasa salah bicara ketika Pelatih Huya marah kepadanya.

PELATIH HUYA

Apa karena kehadiran Arsya?

ARSYA

(Menegakkan kepala) Kenapa Ibu bawa-bawa say—Arsya?

PELATIH HUYA

(Melepas jam tangan) Renji, saya tidak mengerti masalah apa yang kamu alami dengan Arsya, tetapi tolong pisahkan urusan pribadi dengan kompetisi!

Arsya mengembuskan napas. Ia belum mau menjawab apa pun

PELATIH HUYA

(Menatap tajam Arsya) Renji, saya bertahan menjadi pelatih kamu karena saya tahu kegigihan kamu untuk bisa berkompetisi renang. Kamu mau dapat medali bukan? Itu tujuan kamu selama ini bukan? Jangan sampai karena satu orang, kamu tiba-tiba mundur! Teman menjadi saingan saat kompetisi itu wajar, bukan berarti kalian saling bermusuhan!
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar