INT. RUMAH RENJI — NIGHT
Arsya di dalam tubuh Renji bergerak gusar di kasurnya. Berguling ke sana ke mari. Suara musik piano sudah ia dengarkan, minum susu, dan makan bawang mentah yang direkomendasikan Agam setelah ia meneleponnya tetap saja tidak membuat ia tidur.
ARSYA
Hah hah
Arsya di dalam tubuh Renji menghembuskan nafasnya ke kedua telapak tangannya yang menutupi sebagian wajahnya, hidung dan mulut. Lalu ia mencium bau napas dari mulutnya itu.
ARSYA (CONT'D)
Bau bawang, anjir. Salah gue ikutin saran Agam
Suara decitan pintu kamar terbuka terdengar. Arsya melirik ke arah pintu yang terbuka.
KARTINI
Belum tidur?
Kepala Kartini muncul di celah pintu yang cukup hanya untuk kepalanya, celah itu menghimpit kepalanya.
ARSYA
(Mengatur nafas) Huh... Kirain siapa, belum, Kak. Kenapa emang?
KARTINI
(Tertawa) bantu Teteh sini
ARSYA
Udah malemmmmm, waktunya tidur, Kak, besok lagi (Arsya menutup wajahnya dengan menggunakan selimut)
KARTINI
Dih, tapi kamu nggak tidur dari tadi. (Menghembuskan napas kesal, menutup pintu sampai menciptakan suara yang keras)
ARSYA
Minta bantuan apa? (Bahunya bergidik setelah mendengar suara pintu, bangun dari tidurnya)
Pintu terbuka perlahan. Kepala Kartini dihimpit kembali oleh pintu.
KARTINI
(Tersenyum) Hehe, lampu kamar tidur Teteh mati, tolong gantiin.
ARSYA
Besok aja, Kak, kan tidur enaknya lampu dimatiin.
KARTINI
Hah? (Alisnya berkerung)
ARSYA
Hah? (Menaikin satu alisnya)
KARTINI
Aneh banget kamu. (Sedikit memajukan bibirnya)
Kartini melebarkan pintu dan bersandar pada kusen pintu sambil menunggu Arsya yang bangkit dari tidurnya. Arsya berjalan mencapai ambang pintu dan berada di dekat Kartini. Kartini berjalan terlebih dahulu ke arah kamarnya disusul Arsya di belakangnya.
KARTINI (CONT'D)
Kamu nih... Pura-pura amnesia atau gimana sih... Kan Teteh gak suka tidur lampunya mati.
Arsya memberhentikan langkahnya. Matanya menatap punggung Kartini yang memasuki kamarnya.
KARTINI
(Kepalanya muncul dari pintu kamarnya yang terbuka) Ngapain diem aja disitu? Cepet gantiin.
ARSYA
Padahal lebih sehat lampu dimatiin pas tidur. Renji bilang gitu supaya teteh nyobain tidur lampunya dimatiin, ntar juga kebiasa. (Berjalan memasuki kamar Kartini)
KARTINI
Dih, kamu mau aku gak tidur seharian, hah? (Menyerngit sambil menyodorkan lampu yang baru)
ARSYA
Hahaha (tertawa lalu mengambil lampu dari tangan Kartini)
Kartini mengambil bangku yang berada di dekatnya lalu meletakkan bangku tepat di bawah lampu kamarnya. Arsya menaiki bangku tersebut. Kartini memegangi bangku sambil menatap pekerjaan yang Arsya kerjakan.
KARTINI
Hati-hati
ARSYA
Ya (matanya fokus pada kedua tangannya. Tangan kanan memegangi wadah lampu, tangan kiri memutar lampu untuk membukanya)
KARTINI
Besok latihan?
ARSYA
Iya lah. Kenapa teteh?
KARTINI
Bakal ketemu Arsya?
KARTINI
E-eh!
Kursi sedikit goyah, Kartini refleks memegangi bangku lebih erat. Arsya dalam tubuh Renji mencoba kembali untuk menyeimbangkan tubuhnya.
ARSYA
Enggak lah, beda tempat latihan (memutar lampu yang baru)
Setelah lampu baru terpasang, tetehi kanan Arsya terlebih dahulu turun dari bangku disusul tetehi kirinya. Telapak tangannya saling bertepuk agar debu tidak menempel di tangannya.
ARSYA (CONT'D)
Tapi besok bakal ketemu deh kayaknya (menghela napas)
KARTINIKARTINI
Ngapain? (Menatap mata Arsya penasaran) Wih... Udah baikan?
ARSYA
Baikan apanya... Malah ada yang mau diributin.(Terkekeh)
Kartini menggeserkan bangku itu kembali ke meja belajarnya lalu berjalan ke arah saklar dan memencet tombol tersebut sambil menatap lampu yang telah terpasang. Lampu pun menyala.
KARTINI
(Menarik napas) Besok teteh ke tempat latihan kamu deh
Kartini berjalan ke ranjangnya lalu duduk di ujung ranjang sambil menatap adiknya yang hampir keluar kamarnya.
ARSYA
Ngapain? (Membalikkan badannya, wajahnya sedikit memerah tatkala Kartini tersenyum kepadanya)
KARTINI
Ngasih bekal makanan buatmu, sama temen-temenmu, mumpung teteh baru gajian, hehe. (Tertawa sampai kelopak matanya membentuk lengkungan)
ARSYA
O-oke...
KARTINI
Oh iya, suruh Arsya jangan pulang dulu.
ARSYA
Arsya Mulu. Demen kah sama dia? (Tertawa kecil, melirik ke arah cermin di kamar Kartini)
KARTINI
Heh! (Melempar bantal ke arah Arsya)
Arsya menatap cermin sambil menggigit bibir bawahnya dan mengibaskan poninya, narsis.
ARSYA
Kalau Renji banyak yang suka kagak?
KARTINI
Dih, sinting kali nanya ke diri sendiri (menggelengkan kepala sambil terkekeh menahan tawa)
ARSYA
Susuge dong, suka-suka gue (Tertawa menyadari kesalahan, berjalan kembali keluar kamar Kartini)
KARTINI
Astaga... Udah sana tidur
Baru saja Kartini membaringkan tubuhnya pada ranjang. Namun ia kembali bangkit dan duduk di tepi ranjang sambil menatap Arsya.
KARTINI (CONT'D)
Ren... (volume suaranya sangat kecil dibarengi dengan suara tokek)
ARSYA
Iya, kenapa teteh? (Arsya berbalik lalu menyandarkan bahu ke kusen pintu, menatap Kartini) Tadi aja nanya-nanya kenapa gak tidur, sekarang malah ditahan-tahan.
KARTINI
Dih, yaudah sana bobo sana. (Alisnya berkerung, mengibaskan tangannya berpose mengusir Arsya)
ARSYA
(Berdecak) Kenapa teteh cantik? Mau ngomong apa tadi? (Tersenyum mengejek ke arah Kartini)
KARTINI
Semangat ya. Makasih ya udah berusaha sejauh ini.
ARSYA
Lah tumben bener. Geli ah dengernya. Template motivator banget itu.
KARTINI
Ish. (Memanyunkan bibirnya, mendelik) Kumaha maneh weh (Translate : gimana kamu aja deh) Harus menang, kan ini impian kamu ngalahin Arsya.
ARSYA
Ngalahin Arsya? (Menaikan satu alisnya, suara mengecil) O-ohiya jelas lah. Rajin latihan gini pasti menang. (Tersenyum canggung)
KARTINI
(Terkekeh, tidak curiga sama sekali dengan sikap Arsya) Yaudah sana tidur.
ARSYA
Siap komandan (bergaya siap grak, hormat grak, sambil terkekeh)
Arsya berjalan ke kamar Renji lalu menghempaskan dirinya ke ranjang sampai suara ranjang berdecit. Ia berguling ke arah laci dekat kasur lalu mengambil ponsel miliknya. Mengetik pesan kepada kontak Arsya, "Besok tolong latihan di kolam renang biasanya. Kita ketemuan.