Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Switch on 48 Days
Suka
Favorit
Bagikan
3. Pertemuan Tak Terduga

CUT TO:

EXT. LANDMARK KOTA BANDUNG — DAY

Tampak beberapa landmark kota Bandung, memperlihatkan kesibukan kota di pagi hari. Kegiatan jual-beli di pasar, bapak-bapak berangkat ke kantor, lalu-lalang kendaraan, dan mobil rombongan Arsya yang melintas.

INT. MOBIL PELATIH JIM — DAY

Arsya tertidur selama di perjalanan. Ia pun terbangun.

ARSYA

(Menguap lalu mengucek kedua mata) Masih lama sampainya? (Melepaskan earphone yang terpasang di kedua lubang telinga)

WAK ANDA

(Menoleh ke Arsya) Sebentar lagi

Arsya memandang keluar jendela, tangan kanan mengelus gelangnya. Tatapannya menerawang teringat momen pertama ia memiliki gelang tersebut.

FADE OUT – FADE IN:

EXT. TAMAN BERMAIN — DAY

Kartini, 10, dan adiknya, Renji, 7, tengah duduk di bawah pohon di belakang ayunan. Di tangan Kartini, sebuah donat dengan topping cokelat yang di tengahnya dipasangkan sebuah lilin kecil. Kartini menyalakan sumbu lilin itu dengan korek api. 

KARTINI 

(Menoleh ke Renji dengan menunjukkan deretan giginya) Aku tiup sekarang, ya!

Renji mengangguk dan membalas senyum. Beberapa detik, Kartini memejamkan matanya untuk memanjakan doa.

KARTINI (V.O)

Kartini mau Renji, Mama, dan Papa di hari-hari berikutnya selalu bersama dan selalu bahagia

Kartini meniup lilin dengan wajah berseri-seri lalu memeluk Renji.

RENJI 

(Bertepuk tangan dengan wajah berseri-seri) Selamat ulang tahun ... Teteh!

Arsya, 7, datang dari arah pintu taman dengan lari kecil.

ARSYA

Hei! (Melambai-lambaikan tangan)

Kartini dan Renji menengadahkan kepala dan membalas lambaian tangan Arsya.

ARSYA

(Mengeluarkan sebuah gelang dari saku celana) Selamat tahun, Kak Kartini! (Menunjukkan deretan gigi)

Kartini tersenyum lalu menerima pemberian gelang dari Arsya dan memakaikannya di pergelangan tangan kanannya.

KARTINI

(Menatap gelang dengan mata berbinar-binar) Terima kasih, ya, Arsya (Tersenyum)

RENJI

Kok aku enggak dikasih gelang juga? (Menurunkan kedua sudut bibir dan melipat kedua tangan di depan dada)

Arsya menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu mengeluarkan sebatang cokelat putih dari saku celananya lagi.

ARSYA

(Menyodorkan cokelat putih ke Renji) Maaf, aku kasih Renji ini aja, ya!

Renji memajukan bibirnya lalu menerima cokelat itu dengan terpaksa.

RENJI

Terima kasih (Memasukkan cokelat ke saku celana)

Arsya melirik pergelangan tangan kanannya yang memakai gelang yang sama persis dengan gelang yang ia berikan ke Kartini. Kartini melepas lilin dari donat lalu memotong donat menjadi tiga bagian. Kemudian dua potongan itu ia berikan ke Renji dan Arsya.

KARTINI

(Sedikit menunduk) Maaf, kuenya cuma donat

Arsya melirik Renji.

RENJI

Kata Ibu, uangnya enggak cukup buat beli kue ulang tahun (Memasukkan potongan donat ke mulut)

Kartini semakin menundukkan kepalanya, tatapannya mengarah ke tanah. Arsya berjongkok di samping Kartini lalu menepuk pundaknya.

ARSYA

(Tersenyum) Enggak apa-apa, tahun depan pasti kebeli kue ulang tahun lagi. Donat juga enak kok!(Memasukkan donat ke mulut)

Kartini menegakkan kepalanya. Ia melirik ke Arsya dan Renji lalu memeluk mereka berdua.

FADE OUT – FADE IN:

INT. MOBIL PELATIH JIM — DAY

Arsya menunduk memandang gelangnya, masih sambil mengelusnya, ia tersenyum kecil. 

ARSYA

(Berbicara dengan berbisik) Kayanya nanti nostalgia ke sana oke juga

WAK ANDA

(Menoleh, mengira Arsya mengajaknya bicara) Hah kenapa?

ARSYA

(Menatap Wak Anda kaget) Eh.. Oh, nggak apa-apa

WAK ANDA

Lah apaan dah lo, nggak jelas banget

Arsya kembali menatap jendela sambil bertopang dagu, mengabaikan Wak Anda. Mobil terus melaju menuju penginapan.

INT. KAMAR PENGINAPAN ARSYA & WAK ANDA — DAY

Arsya mengikat tali sepatunya, bersiap menuju rumah Kartini yang ia ingat masih sekarang, jaraknya sekitar 5 KM dari lokasi penginapan. Mengecek penampilan terakhirnya, ia berdiri di depan cermin sambil merapikan baju dan rambutnya. Dari ranjang samping, Wak Anda bersandar pada kepala ranjang, mata meneliti penampilan Arsya dari ujung kepala hingga kaki dengan heran. Tangan kanan Wak Anda memegang ponsel, bersiap menyalakan musik.

WAK ANDA

Mau ke mana lo? Rapi amat (Meletakkan ponsel di nakas samping tempat tidur)

Saat lagu berjudul Anything You Want yang berasal dari ponsel Wak Anda mulai menggema di sepenjuru kamar, Arsya masih tidak bersuara. Ia memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya lalu memasukkan ponsel dan dompet ke tas selempang hitam kecil yang ia bawa selama di perjalanan menuju ke Bandung dan menyampirkannya di pundaknya.

WAK ANDA

Jawab oy, Sya! (Menatap Arsya jengkel)

ARSYA

(Membalikkan badan) Gue keluar dulu bentar, Wak. Lo enggak usah ikut!

Arsya melangkah keluar kamar. Setelah hilang dari pandangan, Wak Anda geleng-geleng kepala sambil menghela napas. Lagu yang ia putar di ponselnya ia hentikan lalu merebahkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan kedua matanya.

EXT. JALAN RAYA — DAY

Arsya berjalan di trotoar sambil menatap sekeliling dengan tersenyum, mata berbinar-binar. Dari sisinya, mata Arsya tidak sengaja menangkap Kartini yang hendak menyeberang jalan ketika mobil melintas. Dengan mata terbelalak Arsya berlari, menarik lengan Kartini segera. Arsya dan Kartini terlempar, kepala Arsya menghantam trotoar, berdarah.

KARTINI

(Membelalakkan kedua mata) Arsya?

ARSYA

Hai, Kar! Lo enggak apa-apa? (Memegang bagian kiri kepala yang berdarah sambil memaksakan menarik kedua sudut bibirnya)

Kedua tangan Kartini bergetar dan matanya berkaca-kaca melihat luka di kepala Arsya. Ia memapah Arsya berdiri dan mencegat taksi, menuju rumah sakit.

INT. KAMAR RAWAT — DAY

Arya duduk bersandar di kepala ranjang, tangan mengelus perban di kepalanya, sesekali melirik Kartini, menahan senyum. Kartini menarik kursi ke samping ranjang, duduk, perlahan kepala terangkat menatap Arsya.

KARTINI

Makasih lo udah menyelamatkan gue dan gue minta maaf karena kepala lo ... (Sedikit meringis membayangkan sakitnya luka di kepala Arsya)

ARSYA 

(Tersenyum kecil) Enggak apa-apa, Kar, asal lo yang enggak terluka

Selang beberapa menit, keheningan di kamar itu. Sayup-sayup suara di lorong-lorong rumah sakit terdengar. Kedua orang itu merasa canggung. Kartini mengatur napasnya sebelum ia memulai percakapan kembali. Namun, Arsya terlebih dahulu yang berbicara.

ARSYA

(Memperbaiki posisi duduk) Apa kabar, Kak?

ARSYA (V.O)

Gue kangen sama lo dan ... Renji

KARTINI

Gue baik, Sya (Kedua sudut bibirnya ditarik ke atas)

ARSYA

Terus Renji? Gimana kabarnya?

Kartini menatap Arsya tanpa ekspresi. Kedua matanya mengerjap berulang kali. Arsya berdeham kecil, menyadari reaksi perempuan itu. Ia segera memikirkan mengganti topik pembicaraan.

KARTINI

(Menelan ludah) Renji baik-baik aja, Sya

ARSYA

(Mengusap tengkuk) Baguslah

Tenggorokan Arsya merasa kering. Ia meminta tolong ke Kartini untuk mengambil segelas air di nakas. Dengan cepat, Kartini mengambil gelas lalu memberikannya ke lelaki itu. Arsya menghabiskan air putih dalam satu teguk sekaligus. Kartini mengambil gelas di tangan Arsya dan menyimpannya kembali di atas nakas. Detak jantung Arsya berdetak tak karuan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar