Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
EXT. LANDMARK KOTA BANDUNG — DAY
Tampak beberapa landmark kota Bandung, memperlihatkan kesibukan kota di pagi hari. Kegiatan jual-beli di pasar, bapak-bapak berangkat ke kantor, lalu-lalang kendaraan, dan mobil rombongan Arsya yang melintas.
INT. MOBIL PELATIH JIM — DAY
Arsya tertidur selama di perjalanan. Ia pun terbangun.
ARSYA
WAK ANDA
Arsya memandang keluar jendela, tangan kanan mengelus gelangnya. Tatapannya menerawang teringat momen pertama ia memiliki gelang tersebut.
FADE OUT – FADE IN:
EXT. TAMAN BERMAIN — DAY
Kartini, 10, dan adiknya, Renji, 7, tengah duduk di bawah pohon di belakang ayunan. Di tangan Kartini, sebuah donat dengan topping cokelat yang di tengahnya dipasangkan sebuah lilin kecil. Kartini menyalakan sumbu lilin itu dengan korek api.
KARTINI
Renji mengangguk dan membalas senyum. Beberapa detik, Kartini memejamkan matanya untuk memanjakan doa.
KARTINI (V.O)
Kartini meniup lilin dengan wajah berseri-seri lalu memeluk Renji.
RENJI
Arsya, 7, datang dari arah pintu taman dengan lari kecil.
ARSYA
Kartini dan Renji menengadahkan kepala dan membalas lambaian tangan Arsya.
ARSYA
Kartini tersenyum lalu menerima pemberian gelang dari Arsya dan memakaikannya di pergelangan tangan kanannya.
KARTINI
RENJI
Arsya menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu mengeluarkan sebatang cokelat putih dari saku celananya lagi.
ARSYA
Renji memajukan bibirnya lalu menerima cokelat itu dengan terpaksa.
RENJI
Arsya melirik pergelangan tangan kanannya yang memakai gelang yang sama persis dengan gelang yang ia berikan ke Kartini. Kartini melepas lilin dari donat lalu memotong donat menjadi tiga bagian. Kemudian dua potongan itu ia berikan ke Renji dan Arsya.
KARTINI
Arsya melirik Renji.
RENJI
Kartini semakin menundukkan kepalanya, tatapannya mengarah ke tanah. Arsya berjongkok di samping Kartini lalu menepuk pundaknya.
ARSYA
Kartini menegakkan kepalanya. Ia melirik ke Arsya dan Renji lalu memeluk mereka berdua.
FADE OUT – FADE IN:
INT. MOBIL PELATIH JIM — DAY
Arsya menunduk memandang gelangnya, masih sambil mengelusnya, ia tersenyum kecil.
ARSYA
WAK ANDA
ARSYA
WAK ANDA
Arsya kembali menatap jendela sambil bertopang dagu, mengabaikan Wak Anda. Mobil terus melaju menuju penginapan.
INT. KAMAR PENGINAPAN ARSYA & WAK ANDA — DAY
Arsya mengikat tali sepatunya, bersiap menuju rumah Kartini yang ia ingat masih sekarang, jaraknya sekitar 5 KM dari lokasi penginapan. Mengecek penampilan terakhirnya, ia berdiri di depan cermin sambil merapikan baju dan rambutnya. Dari ranjang samping, Wak Anda bersandar pada kepala ranjang, mata meneliti penampilan Arsya dari ujung kepala hingga kaki dengan heran. Tangan kanan Wak Anda memegang ponsel, bersiap menyalakan musik.
WAK ANDA
Saat lagu berjudul Anything You Want yang berasal dari ponsel Wak Anda mulai menggema di sepenjuru kamar, Arsya masih tidak bersuara. Ia memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya lalu memasukkan ponsel dan dompet ke tas selempang hitam kecil yang ia bawa selama di perjalanan menuju ke Bandung dan menyampirkannya di pundaknya.
WAK ANDA
ARSYA
Arsya melangkah keluar kamar. Setelah hilang dari pandangan, Wak Anda geleng-geleng kepala sambil menghela napas. Lagu yang ia putar di ponselnya ia hentikan lalu merebahkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan kedua matanya.
EXT. JALAN RAYA — DAY
Arsya berjalan di trotoar sambil menatap sekeliling dengan tersenyum, mata berbinar-binar. Dari sisinya, mata Arsya tidak sengaja menangkap Kartini yang hendak menyeberang jalan ketika mobil melintas. Dengan mata terbelalak Arsya berlari, menarik lengan Kartini segera. Arsya dan Kartini terlempar, kepala Arsya menghantam trotoar, berdarah.
KARTINI
ARSYA
Kedua tangan Kartini bergetar dan matanya berkaca-kaca melihat luka di kepala Arsya. Ia memapah Arsya berdiri dan mencegat taksi, menuju rumah sakit.
INT. KAMAR RAWAT — DAY
Arya duduk bersandar di kepala ranjang, tangan mengelus perban di kepalanya, sesekali melirik Kartini, menahan senyum. Kartini menarik kursi ke samping ranjang, duduk, perlahan kepala terangkat menatap Arsya.
KARTINI
ARSYA
Selang beberapa menit, keheningan di kamar itu. Sayup-sayup suara di lorong-lorong rumah sakit terdengar. Kedua orang itu merasa canggung. Kartini mengatur napasnya sebelum ia memulai percakapan kembali. Namun, Arsya terlebih dahulu yang berbicara.
ARSYA
ARSYA (V.O)
KARTINI
ARSYA
Kartini menatap Arsya tanpa ekspresi. Kedua matanya mengerjap berulang kali. Arsya berdeham kecil, menyadari reaksi perempuan itu. Ia segera memikirkan mengganti topik pembicaraan.
KARTINI
ARSYA
Tenggorokan Arsya merasa kering. Ia meminta tolong ke Kartini untuk mengambil segelas air di nakas. Dengan cepat, Kartini mengambil gelas lalu memberikannya ke lelaki itu. Arsya menghabiskan air putih dalam satu teguk sekaligus. Kartini mengambil gelas di tangan Arsya dan menyimpannya kembali di atas nakas. Detak jantung Arsya berdetak tak karuan.