Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
77. INT. KEDATON PAYODA – PENJARA – PAGI
Pangeran Gentala duduk bersila dengan mata terpejam sejak tiba di dalam kamar penjaranya. Makanan dan minuman yang berada di depannya masih utuh tidak tersentuh sedikitpun.
Pangeran Gentala baru membuka mata saat Reswara datang.
RESWARA
Pangeran Gentala menghela napas berat.
RESWARA
Lagi, Pangeran Gentala menghela napas kecewa.
RESWARA
Pangeran Gentala mendongak.
RESWARA
PANGERAN GENTALA
RESWARA
Pangeran Gentala menuntut penjelasan.
RESWARA
(lemah)
PANGERAN GENTALA
(geram)
RESWARA
CUT TO:
78. INT. KEDATON – HALAMAN PEMUJAAN – PAGI
Sebuah candi induk berada tepat di tengah halaman pemujaan. Mengelilingi candi induk, berbagai sesaji tertata rapi sebagai bagian dari ritual.
Prameswari Pramidhita bersama Mahapatih Danadyaksa berdiri tepat di belakang para pendeta. Beberapa pejabat dan keluarga kedaton berdiri di belakang mereka. Dengan kedua tangan menyatu di depan dada dan kepala tertunduk, mereka mengikuti pendeta utama merapalkan mantra.
Terdengar sayup-sayup paduan suara merapalkan mantra yang berirama sangat merdu.
CUT TO:
79. EXT. PAYODAPURA - PASAR – SIANG
Yada tidak merasa putus asa bahkan jika bergerak sendirian tanpa rekan maupun jabatan yang dimiliki. Tetapi secara diam-diam, Wira dan Giriputra turut membantunya. Meski tidak meninggalkan pasukan seperti yang dilakukan Yada.
Mereka bertiga bergerak secara terpisah. Masing-masing membawa salinan gambar wajah Nalendra dan Damar. Hingga tengah hari mengelilingi wilayah Payodapura dan belum memberi sedikitpun petunjuk. Mereka kembali bertemu di satu kedai di tengah pasar untuk berbagi informasi.
WIRA
GIRIPUTRA
YADA
Belum selesai mereka berdiskusi, Nyi Ratih muncul entah darimana. Dan entah darimana pula dia mengetahui keberadaan mereka. Wira dan Giriputra melongo heran.
NYI RATIH
WIRA
(kagum)
CUT TO: