Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
Suka
Favorit
Bagikan
11. BAB 11

77. INT. KEDATON PAYODA – PENJARA – PAGI

Pangeran Gentala duduk bersila dengan mata terpejam sejak tiba di dalam kamar penjaranya. Makanan dan minuman yang berada di depannya masih utuh tidak tersentuh sedikitpun. 

Pangeran Gentala baru membuka mata saat Reswara datang.

RESWARA

Gusti, hamba tidak diijinkan membawa siapapun untuk mengunjungi Gusti Pangeran di tempat ini. Jika hamba melanggar perintah, penjagaan terhadap Gusti Pangeran justru akan dialihkan pada pasukan lain.

Pangeran Gentala menghela napas berat.

RESWARA

Hamba sudah mengirimkan pesan pada Yada. Tetapi pasukan Mahawira, tidak bisa berpihak pada pimpinan yang berada di balik penjara.

Lagi, Pangeran Gentala menghela napas kecewa.

RESWARA

Tetapi Yada…

Pangeran Gentala mendongak.

RESWARA

Dia meninggalkan posisinya sebagai pemimpin Mahawira dan mengundurkan diri untuk bertindak sendiri.

PANGERAN GENTALA

Yada? Kenapa dia bertindak sejauh itu. Mengapa dia mempertaruhkan masa depannya sendiri.

RESWARA

Ada hal lain yang harus hamba sampaikan, Gusti. Gusti Prameswari dan Mahapatih telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat kedaton. Mereka akan membuat upacara untuk penobatan putra mahkota yang bahkan belum lahir. Sebelum itu, mereka akan mengadakan ritual pemujaan untuk Gusti Prabu.

Pangeran Gentala menuntut penjelasan.

RESWARA

(lemah)

Keadaan Gusti Prabu memburuk, Gusti.

PANGERAN GENTALA

(geram)

Aku harus bertemu Mahapatih, Reswara. Katakan padanya jika dia sungguh-sungguh ingin melindungi negeri ini, maka temui aku.

RESWARA

Hamba, Gusti.

CUT TO:

78. INT. KEDATON – HALAMAN PEMUJAAN – PAGI

Sebuah candi induk berada tepat di tengah halaman pemujaan. Mengelilingi candi induk, berbagai sesaji tertata rapi sebagai bagian dari ritual. 

Prameswari Pramidhita bersama Mahapatih Danadyaksa berdiri tepat di belakang para pendeta. Beberapa pejabat dan keluarga kedaton berdiri di belakang mereka. Dengan kedua tangan menyatu di depan dada dan kepala tertunduk, mereka mengikuti pendeta utama merapalkan mantra. 

Terdengar sayup-sayup paduan suara merapalkan mantra yang berirama sangat merdu.

CUT TO:

79. EXT. PAYODAPURA - PASAR – SIANG

Yada tidak merasa putus asa bahkan jika bergerak sendirian tanpa rekan maupun jabatan yang dimiliki. Tetapi secara diam-diam, Wira dan Giriputra turut membantunya. Meski tidak meninggalkan pasukan seperti yang dilakukan Yada.

Mereka bertiga bergerak secara terpisah. Masing-masing membawa salinan gambar wajah Nalendra dan Damar. Hingga tengah hari mengelilingi wilayah Payodapura dan belum memberi sedikitpun petunjuk. Mereka kembali bertemu di satu kedai di tengah pasar untuk berbagi informasi.

WIRA

Kita tidak akan menemukan mereka di sini, Yada. Aku yakin dia sudah membawa Damar meninggalkan Payodapura.

GIRIPUTRA

Aku sependapat dengan Wira. Bagaimana jika memperluas wilayah pencarian?

YADA

Aku tahu mereka pasti sudah meninggalkan Payodapura. Tetapi aku tidak tahu kemana tujuannya. Aku harap bisa menemukan sedikit petunjuk dari sini.

Belum selesai mereka berdiskusi, Nyi Ratih muncul entah darimana. Dan entah darimana pula dia mengetahui keberadaan mereka. Wira dan Giriputra melongo heran. 

NYI RATIH

Nona Zhi Lan mengirimkan pesan.

WIRA

(kagum)

Saudagar Zhi sangat hebat. Telik sandinya pasti tersebar dimana-mana.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar