Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
TEASER:
Potongan adegan pertarungan beberapa orang, peperangan besar, lalu tokoh-tokoh utama. Yada Ulung berhadapan dengan Nalendra di atas kapal. Pangeran Gentala menatap penuh ambisi singgasana raja. Laras bimbang menatap jarum akupuntur dan racun. Zhi Lan memandang kedaton dari kediaman tempatnya menjalankan perdagangan. Prameswari Pramidhita duduk dengan tatapan kosong sambil mengelus perutnya.
MONOLOG:
Sampai kapan ini akan berlangsung? Negara besar menguasai negara-negara lain yang lebih kecil. Pantaskah jika mereka menyebut diri mereka negara besar. Di mana letak kebesaran mereka? Kekuatan? Wilayah? Atau ambisi… Dari mana asalnya ambisi besar ini? Pemimpinnya? Atau dalam diri setiap manusia memang memilikinya. Lalu salahkah jika setiap orang memilikinya? Salahkah jika aku juga memilikinya? Mereka boleh saja menyebutku terlalu berambisi tetapi aku menyebutnya… Mimpi.
FADE OUT.
FADE IN:
1. INT. KEDATON PRAMESWARI - KAMAR – SIANG
Kamar prameswari yang luas terlihat remang-remang dengan semua pintu dan jendela yang tertutup. Hanya ada tiga orang di dalam kamar. Prameswari Pramidhita duduk di kursi, seorang tabib bernama Prawara bersujud di hadapannya. Dayang kepercayaan Sang Prameswari, Parwati, duduk bersimpuh di samping junjungannya.
PRAWARA
(ragu)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
CU: Wajah Prawara dari samping. Keningnya berkerut.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
Prawara mendongak dan tatapannya bertemu dengan mata prameswari. Prawara kembali menunduk khawatir.
PRAWARA
Prameswari Pramidhita bangkit dari kursinya, berjalan menuju salah satu jendela di belakang Prawara, lalu membukanya. Cahaya dari luar mulai menerangi kamar itu.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PRAWARA
(masih dalam posisinya)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(memandang langit)
Prawara segera berbalik menghadap prameswari dengan posisi tetap bersujud.
PRAWARA
PRAMESWARI PRAMIDHITA
CU: Keringat mulai menetes dari kening Prawara.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PAUSE
Prawara mendongak, memperhatikan Prameswari dengan penuh kewaspadaan.
CUT TO:
2. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – MALAM
Para prajurit berjaga di setiap sudut kediaman Prabu Dhananjaya. Di depan gapura, di semua sisi halaman, di balai utama, dan di depan pintu kamar. Di dalam kamar, Prabu Dhananjaya terbaring tak sadarkan diri di atas ranjangnya. Mahapatih Danadyaksa berdiri di samping ranjang. Seorang tabib bernama Widarpa duduk di samping Prabu Dhananjaya memeriksa nadinya.
CAMERA FOLLOW: Langkah Prameswari Pramidhita dan para dayang di belakangnya memasuki kediaman Prabu Dhananjaya mulai dari gapura, halaman, balai utama, hingga pintu kamar.
Prameswari masuk dan para dayang menunggu di luar. Widarpa menjauh dari ranjang, menunduk memberi hormat pada prameswari. Mahapatih turut memberi hormat.
Mahapatih Danadyaksa memberi isyarat pada Widarpa untuk keluar. Widarpa berjalan keluar. Prameswari berjalan mendekat menuju ranjang. Keduanya berpapasan.
CU: Mata Widarpa yang melirik diam-diam ke arah prameswari. Perut Prameswari yang diliriknya.
Prameswari duduk di sisi ranjang, meraih tangan suaminya dalam genggaman.
MAHAPATIH DANADYAKSA
(setelah melihat pintu kamar tertutup)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
Mahapatih terkejut segera bersujud.
MAHAPATIH DANADYAKSA
(setengah berbisik)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(memegang perutnya).
MAHAPATIH DANADYAKSA
(resah)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
CUT TO:
3. EXT. SUNGAI BANYUBIRU – PAGI
Sungai Banyubiru mengalir membelah hutan di luar Payodapura. Sungainya dangkal penuh bebatuan dengan air yang mengalir deras.
Sesosok tubuh manusia hanyut mengikuti aliran air sungai. Lalu berhenti tersangkut bebatuan.
CU: Ujung kaki bergerak ke badan bagian atas hingga kepala. Wajah Prawara. Pucat dengan mata membelalak.
CUT TO:
4. EXT. PAYODAPURA – PASAR – PAGI
Keramaian yang tidak biasa di pasar. Pedagang dan pembeli membentuk beberapa kerumunan, bercakap-cakap dengan tampang serius.
PEMBELI
PEDAGANG
Pembeli itu merasa ngeri, langsung memegangi lehernya sendiri.
PEMBELI LAIN
Pada kerumunan lain.
PEMBELI
PEDAGANG
PEMBELI LAIN
PEDAGANG
PEMBELI
PEDAGANG
Seorang perempuan keturunan Tionghoa bernama Zhi Lan berjalan-jalan dengan telinga awas pada percakapan para pedagang dan pembeli di setiap kerumunan. Sebuah pedang panjang terkait di pinggangnya. Di sampingnya, seorang perempuan Jawa tetapi berpakaian tertutup seperti Zhi Lan. Perempuan bertubuh kekar bernama Tantri itu juga menggenggam pedang panjang di tangan kanannya.
ZHI LAN
(tertawa)
(tertawa lagi mengkhayal)
TANTRI
ZHI LAN
TANTRI
ZHI LAN
(berdeham, setengah berbisik bicara pada diri sendiri)
Zhi Lan dan Tantri berhenti di depan sebuah bangunan luas nan mencolok bertulis “Kediaman Saudagar Zhi” di atas pintu gerbangnya. Sebuah bangunan berisi paviliun-paviliun bergaya Tionghoa di dalamnya. Bangunan itu berpagar dinding batu yang tinggi dan terdapat sebuah bangunan bertingkat yang terbuka di tengah areanya.
Zhi Lan dan Tantri menghampiri rombongan yang sudah menunggu mereka. Dua kereta barang, beberapa kuda, dan beberapa prajurit pribadi. Seorang prajurit melapor pada tuannya.
PRAJURIT
ZHI LAN
Zhi Lan dan Tantri naik ke punggung kuda masing-masing diikuti kelima prajuritnya. Rombongan itu meninggalkan kediaman Zhi Lan mengawal kedua kereta barang yang tertutup layaknya kereta berpenumpang manusia.
CUT TO:
5. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – SIANG
Prameswari Pramidhita memasuki kamar. Seorang tabib dan pelayannya baru saja selesai merawat Prabu Dhananjaya. Keduanya memberi hormat sebelum undur diri. Prameswari sempat meilirik ke arah keduanya.
Prameswari duduk di samping Prabu Dhananjaya yang belum sadarkan diri. Tangannya merapikan letak selimut lalu terhenti tiba-tiba.
CU: Wajah prameswari berubah tegang.
CUT TO:
6. INT. KEDATON PRAMESWARI PRAMIDHITA – BALAI UTAMA – SIANG
Prameswari mondar mandir di balai utama. Mahapatih Danadyaksa datang menghadap dan memberi hormat. Prameswari tergesa-gesa menghampirinya.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
MAHAPATIH DANADYAKSA
PRAMESWARI PRAMIDHITA
MAHAPATIH DANADYAKSA
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(curiga)
MAHAPATIH DANADYAKSA
PRAMESWARI PRAMIDHITA
Mahapatih Danadyaksa mendongak pelan. Wajahnya yang bingung tampak ingin menanyakan sesuatu. Melihat kilat kecurigaan di wajah Mahapatih, prameswari segera mengubah raut wajahnya.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
MAHAPATIH DANADYAKSA
(Ragu)
CUT TO:
7. EXT. KEDATON PANGERAN GENTALA – TAMAN SARI – SORE
Pangeran Gentala berjalan-jalan didampingi istrinya, Putri Danastri. Seorang prajurit menghadap dan memberi hormat. Pangeran melirik istrinya yang mengangguk lalu berjalan menjauh diikuti prajurit itu.
Prajurit itu melaporkan sesuatu yang membuat Sang Pangeran mengernyitkan kening. Pangeran mengangguk lalu pajurit itu undur diri.
Pangeran Gentala menghampiri Putri Danastri dan melanjutkan berjalan-jalan di sekitar taman.
CUT TO:
8. INT. KEDATON PRAMESWARI PRAMIDHITA – TAMAN SARI – MALAM
Beberapa dayang berjaga di taman sari yang remang-remang diterangi obor di setiap sudutnya. Prameswari Pramidhita berjalan-jalan sendiri menjauhi para dayangnya. Sampai pada sebuah tanaman mawar yang rimbun, prameswari berhenti. Prameswari mendekat ke pagar dinding yang tingginya tidak sampai kepala.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(meraba tanaman mawar pelan)
SOUND EFFECT: Suara burung hantu pelan.
Seorang lelaki mengenakan pakaian serba hitam dan penutup wajah dalam posisi memberi hormat meski tidak terlihat oleh tuannya. Nalendra, seorang pembunuh bayaran.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PAUSE
SOUND EFFECT: Suara burung hantu lagi.
CUT TO:
9. INT. PASAR PAYODAPURA - MARKAS MAHAWIRA – MALAM
Pangeran Gentala menunjukkan sebuah lempengan emas berbentuk persegi dengan simbol awan yang mengelilingi garuda.
PANGERAN GENTALA
PAUSE
Di depan Pangeran Gentala berdiri beberapa pria bertubuh kekar berpakaian tertutup serba abu-abu tanpa aksesoris apapun selain pedang di tangan mereka. Secara serempak mereka menunduk mematuhi perintah.
Pangeran Gentala mendekat pada prajurit paling depan, pemimpin pasukan, Yada Ulung. Pangeran memegang salah satu pundaknya.
PANGERAN GENTALA
Yada tidak berkata apa-apa. Hanya mengangguk mantap.
CUT TO:
10. EXT. MARKAS MAHAWIRA – KANDANG KUDA – MALAM
CU: Tiga pasang kaki kuda berlari meninggalkan kandang bersama penunggangnya masing-masing.
Mereka meninggalkan wilayah Payodapura dan melintasi hutan dalam gelapnya malam.
CUT TO: