Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
55. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – PAGI
Lima orang berada di dalam kamar termasuk Prabu Dhananjaya sendiri, keempat lainnya adalah Damar, Pangeran Gentala, Mahapatih Danadyaksa, dan Zhi Lan. Damar duduk di sisi ranjang memeriksa Prabu Dhananjaya. Di sisi ranjang yang lain Pangeran Gentala mengawasi dengan mata awas. Dan tak jauh dari ranjang, Zhi Lan berdiri tenang di samping Mahapatih Danadyaksa.
Ketika Zhi Lan memperhatikan dengan seksama apa yang yang dilakukan Damar, Mahapatih juga dengan seksama memperhatikan Zhi Lan.
ZHI LAN
Zhi Lan menyadari jika dirinya terus diperhatikan oleh Sang Mahapatih.
MAHAPATIH DANADYAKSA
(curiga)
ZHI LAN
Zhi Lan tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari Damar meski Mahapatih mengganggu pusat perhatiannya. Hidupnya juga tengah dipertaruhkan di sini. Jika salah sedikit saja yang dilakukan Damar, dia yang paling menanggung akibatnya.
CUT TO:
56. INT. KEDATON PRAMESWARI PRAMIDHITA – SIANG
Prameswari Pramidhita setengah berbaring di kursi panjang di dalam kamarnya. Matanya terpejam tetapi kesadarannya masih terjaga. Dua dayang bersimpuh di sampingnya memberi pijatan ringan di kaki dan tangannya. Parwati datang menghadap, memberi hormat meski tuannya tidak terlihat menanggapi.
PARWATI
Prameswari Pramidhita bergeming.
PARWATI
Prameswari Pramidhita membuka mata. Memberi isyarat pada kedua dayangnya untuk berhenti memijat dan pergi meninggalkan mereka berdua.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PAUSE
Parwati tampak ketakutan dan ragu untuk menyampaikan sesuatu yang lain.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(memalingkan wajah)
PARWATI
(ketakutan)
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(menatap tajam)
PARWATI
Prameswari Pramidhita mendadak memegang perutnya, merintih. Parwati hendak memapah prameswari tetapi tuannya menolak.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
Parwati mengikuti prameswari bangkit untuk pindah ke ranjangnya.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
CUT TO:
57. INT. KEDATON PAYODA - PENJARA – SIANG
LELAKI 1
Salah satu dari empat orang yang ditangkap prajurit Mahawira terus mengomel di dalam penjara.
Wira berkacak pinggang di depan mereka menyiapkan tendangan dan pukulan kapan saja dibutuhkan.
Pangeran Gentala muncul dan menghentikan penyelidikan. Wira memberi hormat. Pangeran Gentala memperhatikan wajah-wajah tahanan itu.
PANGERAN GENTALA
Wira mengangguk membenarkan tetapi para tahanan membantah.
LELAKI 2
WIRA
PANGERAN GENTALA
LELAKI 1
Pangeran Gentala melirik meminta jawaban dari Wira.
WIRA
LELAKI 2
LEKAKI 3
Pangeran Gentala dan Wira sontak menoleh pada lelaki lain yang diam sejak tadi.
PANGERAN GENTALA
LELAKI 1
LELAKI 3
Kami pedagang gelap!
Wira tercengang. Mereka hanya menangkap umpan?
LELAKI 3
Lelaki satu dan dua mengeluh kesal menyalahkan rekannya.
PANGERAN GENTALA
LELAKI 3
WIRA
LELAKI 3
PANGERAN GENTALA
Wira menoleh penasaran mengapa Pangeran Gentala menyebut nama saudagar muda itu.
PANGERAN GENTALA
WIRA
PANGERAN GENTALA
WIRA
PANGERAN GENTALA
Empat tahanan itu memanggil-manggil Pangeran Gentala memohon keringanan dan menepati janjinya tadi tetapi Pangeran Gentala tidak ingin mengecewakan seseorang.
CUT TO:
58. INT. KEDATON PRAMESWARI PRAMESWARI – KAMAR – MALAM
Prameswari Pramidhita belum bangun dari ranjang sejak siang hari berbaring. Sesekali perempuan itu memijit keningnya, sesekali memegangi perutnya. Terkadang merintih, bukan kesakitan, tetapi khawatir akan jabang bayi di perutnya.
Parwati mendekat melihat junjungannya tampak kesakitan.
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(kesal)
PAUSE
Prameswari Pramidhita memegangi perutnya lagi.
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PAUSE
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
Prameswari menoleh dengan tatapan tidak percaya.
CUT TO:
59. EXT. HUTAN – MALAM
Yada dan pasukannya belum berhenti mencari jejak Nalendra. Pemuda itu bagai ditelan bumi.
GIRIPUTRA
YADA
(ragu)
GIRIPUTRA
Yada akhirnya mengalah. Benar jika mereka harus melapor pada Pangeran Gentala yang mungkin sudah menunggu kabar dari mereka.
CUT TO:
60. EXT. PAYODAPURA - PASAR – PAGI
Pagi di pasar Payodapura. Parwati kembali berkeliling pasar bersikap seperti pembeli pada umumnya yang menawar dari satu penjual ke penjual lain. Langkahnya mulai menjauh dari keramaian menuju seorang pemuda bercaping yang menggelar selembar kain untuk menawarkan sayuran dan buah-buahan yang dia jual.
Parwati berjongkok dan memilih-milih sayuran.
PARWATI
Pemuda bercaping itu mengangkat kepalanya perlahan.
CU: Sebagian wajahnya yang terlihat cukup untuk menunjukkan pemuda itu adalah Nalendra.
CUT TO:
61. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – SORE
Damar hampir tidak pernah meninggalkan sisi Prabu Dhananjaya yang dijaga ketat oleh Mahapatih Danadyaksa sendiri. Hanya sesekali Damar keluar untuk membuat ramuan obat dan urusan pribadi. Tidur pun dia bersimpuh dengan kepala tersandar sisi ranjang Prabu Dhananjaya. Sedangkan Mahapatih Danadyaksa tidak beranjak dari duduk bersilanya di depan ranjang. Dia tidak mempercayai Damar dan tidak akan meninggalkan tuannya sendirian bersama tabib asing itu.
Damar masih terkantuk-kantuk saat suara lirih dan serak memanggil suatu nama.
PRABU DHANANJAYA
Meski lirih dan serak, suara itu mampu membangunkan Damar dan Mahapatih Danadyaksa. Keduanya segera bangkit menghampiri Prabu Dhananjaya. Damar memeriksa denyut nadi Prabu Dhananjaya saat perlahan raja Payoda itu membuka mata.
Damar dan Mahapatih Danadyaksa saling berpandangan memancarkan kebahagiaan.
CUT TO:
62. INT. KEDIAMAN PRAMESWARI – MALAM
Parwati yang baru saja kembali dari luar kedaton segera menghadap prameswari.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
PARWATI
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(mengambang)
PAUSE
CUT TO: