Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
69. INT. KEDATON PRAMESWARI – KAMAR – PAGI
Damar mengunjungi kedaton prameswari seperti permintaan Prameswari Pramidhita sebelumnya. Pagi itu Damar datang dengan membawa kotak akupuntur dan sebotol racun yang disembunyikan di balik lilitan pinggangnya. Sesekali dia menyentuh lilitan di pinggangnya.
Prameswari berbaring di ranjang, di sampingnya Damar memeriksa denyut nadi dan di belakang Damar, Parwati bersimpuh jauh darinya.
Damar mengeluarkan jarum akupunturnya, bimbang, menyentuh lilitan di pinggangnya. Melirik prameswari yang menutup mata dan melirik Parwati yang tidak akan melihat apa yang dilakukannya.
Selama beberapa saat, Damar bimbang. Lalu menghela napas berat mengurungkan niat awalnya. Padahal baginya itu kesempatan yang bagus.
Damar mulai menusuk titik-titik pada tubuh prameswari untuk melancarkan peredaran darahnya. Namun belum lama sejak Damar mulai, tiba-tiba prameswari mengalami kejang. Parwati bankit dan berusaha menenangkan junjungannya.
PARWATI
Damar masih bingung tetapi ucapan Parwati membuatnya sadar akan apa yang terjadi.
PARWATI
Damar menggeleng. Bangkit menjauh. Bertanya-tanya apa ini jebakan untuknya.
PARWATI
Teriakan Parwati membuat Damar gugup. Beberapa prajurit berlari masuk.
PARWATI
Damar melotot terkejut. Tanpa sadar dia memegang lilitan di pinggangnya yang disadari Parwati.
PARWATI
Damar menggeleng menjauh tetapi para prajurit sudah mengapit lengannya. Parwati mendekat dan mengambil sesuatu di balik lilitan pinggang Damar. Betapa terkejutnya Parwati melihat botol dengan tanda yang juga dia ketahui. Para prajurit pun turut menjadi saksi.
PARWATI
Damar menggeleng. Penyangkalan seperti apapun tidak akan berguna karena botol racun itu memang dia sengaja membawanya. Meski pada akhirnya dia tidak melakukan rencananya.
PARWATI
Para prajurit menunduk patuh menggiring Damar keluar. Damar meronta tetapi tak berdaya melawan dua prajurit yang menyeretnya.
PARWATI
CUT TO:
70. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – PAGI
Pangeran Gentala tengah mondar mandir memikirkan sesuatu di balai saat terdengar ribut-ribut dari luar. Satu pasukan khusus muncul setelah memukul mundur penjaga kedatonnya. Pangeran Gentala segera turun mencari tahu apa yang mereka ributkan.
PANGERAN GENTALA
Reswara, pemimpin pasukan khusus utama kedaton memberi hormat.
RESWARA
PANGERAN GENTALA
RESWARA
PANGERAN GENTALA
RESWARA
PANGERAN GENTALA
(geram)
Reswara mengarahkan Pangeran Gentala untuk kembali ke dalam kamar. Pangeran Gentala mengikuti sambil terus berpikir. Prajurit pasukan khusus pun mengambil posisi masing-masing hingga depan pintu kamar Sang Pangeran.
PANGERAN GENTALA
Reswara tidak membantah tetapi juga tidak mengiyakan. Wajahnya gamang. Permintaan Sang Pangeran sekaligus teman seperguruannya itu tampak sulit dilakukan.
CUT TO:
71. INT. MARKAS MAHAWIRA – PAGI
Yada berada di halaman belakang kedai makan markas mahawira, memikirkan kembali hal yang mengganggu kepalanya. Bayangan punggung Zhi Lan yang dia tinggalkan di balai kedaton Pangeran Gentala terus menghantuinya. Begitu juga dengan perubahan sikap Zhi Lan dan perselisihan mereka tempo hari.
Wira datang menyadarkannya dari pusaran pikiran.
WIRA
YADA
Yada bersama Wira kembali masuk ke dalam kedai melalui pintu belakang. Di ruang rahasia, para mahawira sudah berkumpul dan seorang prajurit khusus di bawah pimpinan Reswara berdiri diantara mereka sebagai pembawa pesan.
CUT TO:
72. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – SIANG
Zhi Lan sedang mengemasi beberapa catatan ke dalam sebuah peti di dalam kamarnya. Tantri muncul di ambang pintu yang terbuka. Wajahnya menyiratkan kedatangan seseorang.
ZHI LAN
Yada berbalik untuk melihat senyum dari pemilik suara yang menyebut namanya. Tetapi harapannya pupus saat melihat Zhi Lan tidak lagi menyambutnya dengan mata yang berbinar-binar maupun senyuman menggoda. Perempuan itu terlihat lesu dan tidak bersemangat.
YADA
ZHI LAN
Yada ingin membantah tetapi dia urungkan. Saat ini dia memiliki hal lain yang sangat penting untuk dilakukan.
YADA
Zhi Lan yang tidak tampak terkejut. Sebelum Yada menuduhnya lagi Zhi Lan pun membantah.
ZHI LAN
YADA
ZHI LAN
Yada bergeming.
ZHI LAN
YADA
ZHI LAN
YADA
PAUSE
Aku butuh bantuanmu.
Yada segera menyesali ucapannya mengingat hubungan mereka tidak baik akhir-akhir ini.
ZHI LAN
YADA
ZHI LAN
Yada mengernyit kening bertanya-tanya.
YADA
ZHI LAN
(tersenyum kecut)
Tatapan Yada berkeliaran bingung. Untuk pertama kalinya mereka berbicara tentang hubungan mereka sejauh itu. Di satu sisi Yada senang tetapi kecewa dan terpukul mendengar pengakuan Zhi Lan. Di sisi lain dia tidak mengerti dan tidak bisa menebak apa yang diinginkan perempuan itu.
YADA
Zhi Lan menoleh menatap Yada. Lelaki itu tampak gelisah. Zhi Lan ingin mengatakan sesuatu tetapi diurungkan dengan mengatakan hal lain.
ZHI LAN
CUT TO:
73. INT. KEDATON PAYODA – PENJARA – MALAM
Yada menggunakan pakaian serba hitam dan penutup wajah menyusup ke dalam penjara. Tetapi setibanya di sana, para penjaga sudah terkapar di posisi masing-masing. Khawatir akan nyawa Damar, Yada segera masuk lebih jauh. Tiba di ruang penjara khusus, pintunya sudah terbuka dan ruangan itu kosong. Yada memeriksa, tidak ada noda darah yang menandakan kemungkinan Damar masih hidup. Yada segera meninggalkan tempat itu sebelum ada yang menangkap basah dirinya.
CUT TO:
74. INT. KEDATON PAYODA – BALAI – PAGI
Prameswari Pramidhita bersama Mahapatih Danadyaksa memimpin pertemuan para pejabat kedaton di balai utama.
SENOPATI
Prameswari Pramidhita tersinggung. Melirik botol berisi racun di atas meja di depan mata para pejabat kedaton.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
Para pejabat kedaton mulai berbisik.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
SENOPATI
Ucapan senopati mendapat dukungan dari para pejabat lain yang mengangguk setuju. Mahapatih tidak berbuat atau bicara apa-apa karena pikirannya tampak berada di tempat lain.
Prameswari tersenyum. Dewata sedang mendukungnya. Dia hanya berencana bersandiwara, siapa yang menyangka jika Damar benar-benar berencana membunuhnya. Dia bahkan membawa bukti bersamanya. Senyuman Prameswari berubah geram mengingat rencana pembunuhan terhadapnya.
PRAMESWARI PRAMIDHITA
(bergumam)
CUT TO:
75. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – SIANG
Segera setelah titah diturunkan, prajurit khusus datang ke kedaton pangeran. Mereka berbaris di luar balai menunggu pangeran digiring keluar kamar. Reswara sendiri yang menyertai Sang Pangeran meninggalkan kediamannya. Reswara tetap memperlakukan pangeran dengan hormat meski statusnya kini adalah tahanan.
Pangeran Gentala tidak punya pilihan lain selain mengikuti proses hukum yang berjalan meski baginya itu tidak adil.
76. EXT. HUTAN – SORE
Seekor kuda berlari melintasi hutan meninggalkan wilayah Payodapura membawa dua penumpang. Penumpang depan yang tak lain adalah Damar dengan kedua tangan terikat di depan dan kerudung menutupi kepala hingga sebagian wajahnya. Di belakangnya pemuda berpakaian serba hitam dengan penutup wajah yang membawanya kabur dari penjara yang tak lain adalah Nalendra.
Mereka sudah berkendara seharian dan baru beristirahat setelah mencapai wilayah lain Payoda.
Damar duduk bersandar pada batang sebuah pohon dengan tangan masih terikat. Pemuda yang membawanya kabur tampak tidak berencana membuka ikatan tangan Damar. Dia menyodorkan botol air yang terbuka ke mulut Damar. Meski risih, mau tidak mau Damar membuka mulutnya. Air mengalir membasahi kerongkongannya yang kering. Damar mengusap mulut dengan pergelangan tangannya.
Pemuda itu meneguk air dari botol yang sama setelah Damar. Itu membuat Damar mengernyitkan kening. Pemuda itu mengikat tangannya tetapi membiarkannya minum lebih dulu.
DAMAR
Nalendra bergeming.
DAMAR
(memastikan ketakutannya)
Tatapan Nalendra cukup meyakinkan Damar.
DAMAR
(dengan mata menyala)
Damar baru berhenti menggertak saat mendengar lirih pemuda itu terkikik.
DAMAR
NALENDRA
Keduanya saling berpandangan. Damar mencoba mengingat dimana pernah mendengar suara itu.
CUT TO: