Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pesan di Lembar Terakhir
Suka
Favorit
Bagikan
10. Scene 91-100 (Pertemuan Tidak Sengaja)

91.INT. VILLA KEDUA – KAMAR RAINA – SIANG

Raina sedang duduk di sofa yang tidak jauh dari kasur. Raina terus memegangi salah satu kakinya yang masih sakit karena terkilir. Lalu TERDENGAR SUARA pintu diketuk dari luar.

RAINA

Masuk aja! Pintunya enggak dikunci kok.

Pintu berada di belakang sofa yang diduduki Raina. Raina tidak tahu siapa yang masuk ke kamarnya. Dia pikir itu Radit.

RAINA (CONT’D)

Kamu enggak perlu repot-repot ...

Raina menoleh ke belakang. Lalu ucapannya berhenti ketika melihat Reiner yang berjalan menghampirinya.

REINER

Hei.

Selama beberapa saat Raina menatap Reiner dengan lekat. Tapi kemudian Raina tersadar akan sesuatu.

RAINA

Kamu ngapain di sini? Radit mana?

REINER

Radit?
(beat)
Oh, laki-laki yang selalu sama kamu itu.

Reiner duduk di sofa dekat posisi Raina.

RAINA

(ketus)

Gimana caranya kamu bisa ke sini?

REINER

Lewat pintu?

RAINA

Enggak usah bercanda. Mending kamu keluar dari sini.

REINER

Oke. Aku juga enggak akan lama kok.

Reiner mengambil sesuatu dari saku celananya.

REINER

(CONT’D)

Aku cuma mau kasih ini.

Reiner menyodorkan sebuah plaster untuk kaki terkilir ke meja depan Raina.

RAINA

Buat apa?

REINER

Buat kaki kamu.

RAINA

Aku enggak tanya soal plesternya. Tapi buat apa kamu ngelakuin ini ke aku? Kamu lupa kalau kamu udah ngebuang aku gitu aja?

Reiner mengangguk. Lalu dia berdiri.

REINER

Kalo gitu aku permisi.

Reiner berjalan di sebelah Raina. Lalu Raina menarik tangan Reiner sehingga laki-laki itu berhenti. Mereka saling bertatapan.

RAINA

Muka kamu kenapa pucet? Kamu sakit?

Reiner tersenyum kecil.

REINER

Cuma demam biasa aja. Bukan saatnya kamu mencemaskan orang lain di saat kamu Cuma bisa meringis kesakitan gitu. Aku pergi.

Raina melepas tangan Reiner. Reiner berjalan menuju pintu. Lalu Raina berdiri dengan tergopoh-gopoh dan berusaha menyusul Reiner. Sayangnya Raina terjatuh sebelum sempat mencapai Reiner. Kemudian Reiner buru-buru menghampiri Raina dan menggendongnya. Reiner membawa Raina ke kasur. Setelahnya Reiner mengambil plaster di meja dan kembali ke posisi Raina untuk menempelken plester di tumit kaki Raina yang sakit. Selama itu, Raina terus memperhatikan wajah Reiner dengan mata berkaca-kaca.

RAINA

Kamu enggak mau ngenalin istri kamu ke aku?

Reiner menatap Raina.

CUT TO

92.INT. VILLA – RUANG TAMU – SIANG

Reiner masuk ke ruang tamu. Di sana sudah ada Reva sedang menunggu dengan cemas. Reiner duduk di sofa.

REVA

Gimana keadaan Raina? Dia kenapa?

REINER

Aku enggak tanya banyak. Kakinya terkilir. Udah aku tempelin plester.

Reva menghela napas lega.

REVA

Syukur deh, kalo gitu. Terus?

REINER

Terus apanya? Udah. Sampe situ aja. Enggak ada lanjutannya.

REVA

Kalian sempat ngobrol enggak?

REINER

Dia minta aku ngenalin istriku ke dia.

Reva sedikit terkejut.

CUT TO

93.INT. VILLA KEDUA – KAMAR RAINA – SIANG

Raina sedang duduk bersandar di kasurnya. Lalu Radit datang sambil membawa nampan berisi makanan lengkap. Radit menghampiri Raina dan meletakan nampan di meja nakas. Radit duduk di sebelah Raina.

RADIT

Saya udah bilang ke photografer kamu. Dia bilang kamu istirahat aja. Pemotretannya bisa dilanjut kalo kaki kamu udah mendingan. Sekarang model lain dulu yang lagi di set.

RAINA

Makasih ya.

RADIT

Enggak perlu. Saya enggak melakukan apa-apa untuk kamu. Kaki kamu gimana?

RAINA

Kamu yang nyuruh Reiner masuk ke sini?

RADIT

Kalo saya bisa, saya akan larang dia menemui kamu. Tapi saya enggak mau egois. Toh, dia Cuma mau kasih kamu plester. Sekarang kamu makan siang dulu ya.

Raina mengangguk. Raina hendak mengambil makananya, tapi Radit lebih dulu mengambil dan menyuapi Raina. Raina hanya diam dan menurut sambil memperhatikan wajah Radit yang berseri.

DISSOLVE TO

94.EXT. VILLA KEDUA – GARASI – MALAM

Kita melihat semua kru sedang sibuk memasukan peralatan di mobil box. Lalu Raina keluar dari arah dalam dengan pakaian rapi. Radit ada di dekatnya.

RADIT

Udah dicek lagi barang-barang kamu? Jangan sampai ada yang ketinggalan.

RAINA

Udah, kok.

RADIT

Kita berangkat sekarang?

Raina mengangguk sambil tersenyum. Ketika mereka hendak beranjak pergi, mereka melihat keramaian di vila sebelah.

PARALEL CUT TO

95.EXT. VILLA – TERAS – MALAM

Terlihat sebuah ambulan yang terparkir di depan gerbang. Ada beberapa petugas medis yang masuk ke dalam sambil membawa tandu pasien. Tidak lama kemudian para petugas medis itu kembali keluar dengan tandu yang dibopongnya. Ada Reiner yang tidak sadarkan diri di atas tandu itu.

Raina melihatnya dengan sangat terkejut. Raina berlari menghampiri petugas medis yang memasukan Reiner ke dalam ambulan. Raina menghampiri Reva yang baru keluar dari dalam.

RAINA

(panik)

Reiner kenapa?

REVA

Aku enggak bisa jelasin sekarang. Aku harus cepet masuk ambulan.

Reva beranjak pergi meninggalkan Raina yang bingung dengan mata berkaca-kaca. TERDENGAR SUARA mobil ambulan yang mulai melaju meninggalkan area villa.

CUT TO

96.EXT/INT. MOBIL – DALAM PERJALANAN – MALAM

Raina tampak panik dan gelisah. Sedangkan Radit menyetir dengan fokus sambil sesekali melirik ke Raina.

RADIT

Kamu enggak usah mikirin yang macem-macem. Reiner pasti baik-baik aja.

RAINA

Tapi tadi muka dia pucet banget pas dateng ke kamar. Dia bilang Cuma demam. Tapi kenapa segala ada ambulan dateng?

RADIT

Mungkin Reiner pingsan karena demam. Dan emang harus panggil petugas medis biar Reiner cepet ditanganin.

Raina tampak tidak begitu menghiraukan Radit. Raina hanya fokus ke jalanan di depan. Melihat ambulan yang sudah melaju kencang.

RAINA

Tolong kamu cepetan ya bawa mobilnya.

CUT TO

97.INT. RUMAH SAKIT – IGD – MALAM

Raina berlari sampai ke depan ruang IGD. Wajahnya tampak panik. Di belakangnya ada Radit yang mengikuti. Saat hendak masuk, Raina berpapasan dengan Reva.

RAINA

Gimana keadaan Reiner? Dia kenapa sih, sebenernya?

Reva hanya diam. Dia seperti ragu menjawab Raina.

REVA

Reiner cuma demam.

Raina menghela napas lega.

RAINA

Yaudah, aku mau liat dia.

Raina berjalan melalui Reva ke dalam ruang IGD. Radit seperti ingin melarang, tapi ragu.

CUT TO

98.INT. RUMAH SAKIT – IGD – MALAM (CONT)

Kita melihat Reiner terbaring di ranjang pasien. Tangannya diinfus dan wajahnya tampak pucat. Raina masuk dan berdiri di sebelah Reiner yang perlahan membuka matanya.

REINER

(suara serak)

Rain?

Mata Raina berkaca-kaca, tapi dia coba menahannya.

RAINA

Harusnya kamu baik-baik aja setelah pergi dari aku. Tapi kenapa ...

Air mata Raina hampir menetes, tapi dia buru-buru menghapusnya sambil melihat ke arah lain.

REINER

Aku baik-baik aja. Reva mana?

Reiner tampak tidak suka dengan kehadiran Raina

RAINA

Reva ... dia istri kamu?

Reiner menatap Raina. Lalu Reva datang. Raina memandang Reva sambil mengepalkan tangannya. Matanya kembali memerah.

RAINA (CONT’D)

Aku permisi.

Raina keluar dari kamar IGD. Reva mendekat ke Reiner.

REVA

Raina kenapa? Kalian berantem?

Reiner menggeleng.

REINER

Raina pikir, kamu istri aku.

Reva terkejut.

DISSOLVE TO

99.MONTAGE – VARIOUS LOCATION

A. Butik – Raina sedang fitting gaun. Wajahnya tampak tidak bersemangat. Sedangkan Radit yang melihatnya tampak tertegun dan terpesona.

B. Studio Foto – Raina dan Radit sedang melakukan foto pre wedding, tapi wajah Raina selalu kaku.

C. Toko Cincin – Radit tampak bersemangat memilih cincin pernikahan. Tidak dengan Raina yang terlihat biasa saja.

DISSOLVE TO

100.INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT – MALAM

Kita melihat Reva masuk sambil membawa sebuah undangan. Reva menghampiri Reiner yang sedang terbaring di ranjang pasien. Kita tidak melihat wajah Reiner, tetapi hanya kedua tangannya yang menerima undangan dari Reva.

CU : Nama Raina dan Radit yang tertera di depan undangan.

Lalu kita bergerak dan fokus ke mata Reiner yang memerah dan berkaca-kaca.

DISSOLVE TO

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar