Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pesan di Lembar Terakhir
Suka
Favorit
Bagikan
5. Scene 41-50 (Alasan)

41.INT. RUMAH SAKIT – KANTIN – SIANG

Kita melihat suasana kantin yang tidak begitu ramai. Di salah satu meja sudah ada Raina dan Reiner yang duduk saling berhadapan. Mereka diam beberapa saat. Suasana di antara mereka tampak canggung, berbeda dari biasanya.

REINER

(ketus)

Apa yang mau kamu bicarakan?

Raina mengerutkan dahinya karena bingung. Dia tampak tidak mengerti karena sikap Reiner yang dingin.

RAINA

Bukannya harusnya kamu yang ngasih aku banyak penjelasan?

Mata Reiner tampak memerah. Dia ragu untuk bicara lebih panjang.

REINER

Enggak ada yang mau aku bicarakan ke kamu.

RAINA

Enggak ada?
(beat)
Rei ... kamu aneh. Hari pernikahan kita udah di depan mata, tapi sekarang kita malah kayak orang asing.

Reiner diam selama beberapa saat. Dia hanya memandangi wajah wajah Raina.

REINER

Soal pernikahan kita ... semua itu harus dibatalin.

Raina membelalak. Matanya langsung memerah dan wajahnya bingung.

RAINA

Kamu bercanda?

REINER

Kalo udah enggak ada yang mau kamu omongin lagi, aku permisi.

Reiner berdiri dari kursi. Raina cepat-cepat menahan tangannya. Reiner memandangi tangannya yang dipegang Raina, lalu menepisnya dan pergi meninggalkan Raina.

CUT TO

42.EXT. RUMAH SAKIT – DEPAN KANTIN – SIANG (CONT)

Kita melihat Reiner keluar dari area kantin. Raina menyusul dari belakang dan menghadang jalannya Reiner. Dari arah luar terlihat Reva dan Radit yang tadinya sedang duduk menunggu, mereka berdiri memperhatikan Reiner dan Raina.

RAINA

Kamu enggak mau kasih penjelasan yang masuk akal, kenapa bisa-bisanya kamu batalin pernikahan kita seenaknya kayak gitu?

Reiner melihat ke arah Reva.

RAINA (CONT’D)

(marah)

Jawab aku, Rei!

Mata Raina semakin memerah. Dia ingin menangis, tapi berusaha menahannya.

REINER

Aku ... udah menikah dengan wanita lain.

Reva dan Radit terkejut. Terutama Raina yang membelalak dan diam seperti patung.

CUT TO

43.INT. STUDIO – SIANG (FLASHBACK)

Kita melihat Raina sedang melakukan pemotretan dengan memakai beberapa gaun yang berbeda.

PHOTOGRAFER

Oke, cukup! Kita ganti ke model berikutnya.

Raina meninggalkan background foto dan berpindah ke belakang. Di sekitar studio ada cukup banyak kru yang bertugas. Termasuk beberapa model yang berpakaian seksi.

Raina terkejut ketika Reiner sudah menunggu di area belakang.

RAINA

Kamu dari kapan sampai? Udah aku bilang enggak perlu ke sini.

Reiner menyerahkan botol air minum yang tutupnya sudah dibukakan ke Raina.

REINER

Kan mau jemput cintanya aku.

Raina terkikik geli, lalu meneguk air minum di tangannya. Setelah selesai, Reiner mengambil botol minum dari tangan Raina.

RAINA

Aku tuh enggak mau kalo mata kamu ternodai sama model-model di sini. Cuma aku yang boleh penuhin pikiran kamu.

Reiner terkekeh geli. Kemudian Reiner meletakan botol minum di belakangnya. Dari situ Reiner mengambil tangan Raina untuk digenggamnya. Reiner memposisikan Raina menghadap ke arahnya.

REINER

Harus berapa kali aku bilang ke kamu. Enggak akan pernah ada gadis lain yang akan muncul di pikiran dan hati aku, kecuali kamu.

RAINA

(menggoda)

Yakin?

REINER

Mau ada artis hollywood secantik apapun, enggak akan pernah bisa bikin aku nengok. Okey?

Raina mengecup bibir Reiner dengan cepat, sampai membuat Reiner terkejut dan langsung melihat ke sekitar.

REINER (CONT’D)

Rain!

Reiner dan Raina tertawa kecil.

DISSOLVE TO

44.EXT/INT. MOBIL – DALAM PERJALANAN – SORE (PRESENT DAY)

Suasana di dalam mobil tampak hening. Radit fokus menyetir dan Raina hanya menatap jalanan dengan pandangan kosong. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Raina mengingat ucapan Reiner di rumah sakit (Scene 42). Airmata Raina hampir jatuh, tapi buru-buru dia menyibaknya.

RAINA

Saya harus balik ke rumah sakit. Saya harus tanya lagi ke Reiner. Siapa tau tadi itu dia Cuma ngerjain saya.

RADIT

Rain ...

RAINA

Tolong kamu puter arah sekarang!

RADIT

Tapi Rain ...

RAINA

Saya bilang puter arah, kamu denger enggak sih?!

Terjadi keributan karena Raina memegangi lengan Radit agar mau menuruti perkataannya. Radit hampir hilang kendali, tapi dia buru-buru membanting setir ke tepi jalan dan menghentikan mesin mobilnya.

Napas Raina tersengal-sengal karena emosinya. Sedangkan Radit tampak bingung harus berbuat apa.

CUT TO

45.EXT. PINGGIR JALAN – SORE (CONT)

ESTABLISH : JALAN RAYA YANG RAMAI

Kita melihat Raina berdiri di pinggir jembatan yang bisa melihat jalan raya di bawahnya. Wajahnya sangat sedih tapi dia tidak ada air mata sama sekali. Dari samping Radit datang membawa botol air minum dan membukakan tutupnya, lalu disodorkan ke Raina. Namun, Raina malah memandangi botol air minum di tangan Radit selama beberapa saat.

RADIT

Kalau kamu mau minum ini, saya janji akan berusaha untuk bisa bikin kamu ketemu sama Reiner lagi.

Raina memandang Radit, lalu mengambil botol air minum di tangan cowok itu dan meneguknya.

RADIT (CONT’D)

Tapi bukan sekarang. Kamu harus pulang dulu. Orang tua kamu pasti udah khawatir sejak kamu pingsan kemarin.

RAINA

Baru-baru ini khawatir mereka terlalu berlebihan. Sebelum itu, dunia mereka cuma seputar kerjaan. Reiner yang gantiin posisi mereka selama ini. Cuma dia yang kasih semua waktunya untuk saya.

RADIT

Tapi orang tua kamu kerja untuk kamu.

Raina tertawa paksa.

RAINA

Klise banget alesannya.

CUT TO

46.INT. RUMAH RAINA – DAPUR – PAGI (FLASHBACK)

Kita melihat seorang laki-laki sedang sibuk memasak di dapur. Wajahnya belum terlihat jelas. Hanya tangan dan punggung belakangnya yang terlihat. Dari sini terlihat anak tangga yang kemudian Raina turun dari lantai dua. Raina tampak baru bangun tidur karena masih mengenakan piyama tidur.

Laki-laki yang sedang memasak ini adalah Reiner. Dia tersenyum ke arah Raina.

REINER

Morning, sayang.

Raina berjalan menghampiri Reiner.

RAINA

Kamu dari jam berapa ada di sini? Kenapa enggak bangunin aku? Terus sekarang kamu masak apa?

Reiner terkekeh geli. Dia masih sibuk dengan kegiatan masaknya.

REINER

Aku sampai pas orang tua kamu berangkat ke kantor. Tadi aku liat tidur kamu pules, makanya aku sengaja enggak mau bangunin. Dan sekarang aku masak nasi goreng spesial. Ada lagi?

Raina tampak bingung.

RAINA

Ada lagi apanya?

REINER

Pertanyaan yang harus aku jawab.

Raina terkekeh.

CUT TO

47.EXT. VILLA – MALAM (PRESENT DAY)

Kita melihat Reiner berjalan ke arah pintu masuk. Di belakangnya Reva mengikuti, lalu menahan lengan Reiner sehingga dia berhenti dan berbalik.

REVA

Kak, kamu yakin sama keputusan kamu soal Raina?

Reiner hanya diam.

REVA (CONT’D)

Apa perlu kamu kasih tau alasannya ke dia dengan cara kayak gitu?

REINER

Cepat atau lambat, Raina pasti akan tau. Jadi enggak ada salahnya aku kasih tau dia lebih awal. Intinya ... kita enggak akan bisa bareng-bareng.

REVA

Tapi, Kak ...

REINER

Udah, enggak perlu dibahas ya. Aku mau istirahat.

Reiner berbalik dan pergi ke arah dalam. Meninggalkan Reva yang hanya terdiam dengan wajah cemas.

CUT TO

48.INT. RUMAH RAINA – RUANG TENGAH – MALAM

Kita melihat Rudi dan Rita sedang menunggu dengan cemas. Lalu Raina datang dari arah luar. Raina langsung berlalu begitu saja melewati kedua orang tuanya.

RITA

(berteriak)

Raina! Kamu pulang sendiri? Radit mana?

Raina sama sekali tidak mempedulikan mamanya. Dia terus menaiki anak tangga menuju kamarnya. Rita dan Rudi hanya saling pandang dengan heran. Kemudian Radit datang dari arah luar. Rudi dan Rita berdiri menghampiri Radit.

RUDI

Gimana keadaan Raina? Dia pasti enggak berhasil ketemu Reiner, makanya dia keliatan kesal kayak gitu.

RADIT

Justru Raina berhasil bertemu Reiner, Om, Tante.

Rita dan Rudi tampak terkejut, lalu saling pandang.

CUT TO

49.INT. RUMAH RAINA – KAMAR RAINA – MALAM (CONT)

Raina masuk ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Dia membuang tasnya di atas kasur dan duduk di pinggir kasur dengan wajah kesal. Ucapan Reiner terus terngiang-ngiang di telinganya.

REINER (O.S)

Aku ... udah menikah dengan wanita lain.

Raina merebahkan tubuhnya di kasur dengan kaki yang masih menggantung di bawah kasur. Raina menatap langit-langit kamarnya dengan air mata yang menetes sekali. Kedua kalinya Raina menghapus airmata sambil mengubah posisinya menjadi duduk seperti semula.

Raina mengambil ponsel di tasnya dan mencoba menghubungi ponsel Reiner.

CUT TO

50.INT. VILLA – KAMAR REINER – MALAM

Kita melihat Reiner sedang duduk di kursi belajar sambil fokus pada layar laptopnya. Ponsel yang tergeletak di sebelah laptop pun berdering. Di layarnya ada nama ‘R’. Reiner hanya memandangi layar ponselnya saja. Beberapa kali ponsel itu berdering, sampai akhirnya Reiner menolak panggilan dan mematikan ponselnya.

REINER (V.O)

Maafin aku, Rain.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar