Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT BACK TO:
11. EXT. JALANAN-SIANG
Pravita, Figuran
Pravita marah kepada teman-temannya atas kelakuan mereka di sekolah, saat di jalan pulang bersama mereka.
PRAVITA
(marah)
Kalian ini kenapa, sih? Kok, bertengkar dengan gengnya Yogi kaya begitu?
Teman-teman Pravita berdiam sejenak. Lalu, mereka berjanji tidak akan membuat keributan lagi dengan Yogi dan gengnya.
TEMAN PRAVITA
(berdiam, berpikir)
Kami berjanji, tidak akan melakukan itu lagi, Pravita.
(pause)
Kami kapok... Kami tidak mau membuat kamu marah lagi.
PRAVITA
Kalian janji?
TEMAN PRAVITA
Kami berjanji.
PRAVITA
Baiklah... Ayo, kita lanjutkan perjalanan.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan pulang. Mereka pun berpamitan karena sudah sampai rumah masing-masing.
TEMAN PRAVITA
Pravita, kami duluan, ya...
(pause)
Soalnya, kami sudah sampai rumah, nih.
Pravita melanjutkan perjalanan sendiri ke warung Pak Elisa.
CUT TO:
12. INT. KAMAR ADITIA. RUMAH ADITIA-SIANG
Aditia, Bapak Aditia
Bapak Aditia merasa senang sekaligus tidak enak, setelah dibantu Aditia di sawah tadi. Dia memberikan teh hangat untuk Aditia.
BAPAK ADITIA
(masuk ke kamar Aditia, membawa teh)
Le, bapak berterima kasih banget... Kamu sudah membantu bapak di sawah tadi... Seharusnya tidak usah, le... Oh, ya. Ini, bapak bikinkan teh hangat buat kamu.
Aditia langsung bangun dari tidurannya dan merasa tidak enak.
ADITIA
(bangun dari tiduran, merasa tak enak hati)
Ya ampun, pak. Jadi merepotkan bapak. Maaf, ya, pak.
BAPAK ADITIA
(menyerahkan teh)
Ini sebagai rasa terima kasih bapak ke kamu, le.
ADITIA
Terima kasih banyak, pak.
(meminum teh)
CUT TO:
13. INT. PENERBIT UMUM SOLO-SIANG
Yonatan, Figuran
Yonatan yang merupakan anak pemilik penerbit umum di Solo mulai bekerja jadi editor di kantor. Meski dia masih SMA, tapi sudah cerdas dalam meneliti kata demi kata yang ditulis oleh penulis penerbit tersebut.
PEKERJA PENERBIT 1
Selamat, Mas Yonatan. Mulai hari ini, mas dipekerjakan sebagai editor di sini.
YONATAN
Terima kasih, mbak... Oh, ya. Apakah yang harus saya kerjakan untuk pertama kali?
PEKERJA PENERBIT 1
Mas bisa meneliti dan mengedit karya penulis satu ini, mas.
YONATAN
(menerima jilid buku)
Baik, mbak... Siap.
(pause)
Mbak, saya sudah selesai meneliti... Itu sudah saya lingkari dengan pena merah, yang salah tulis.
PEKERJA PENERBIT 1
Wah, cepat dan tepat sekali, Mas Yonatan.
Tampak semua pekerja penerbit umum Solo menjadi sangat salut kepada Yonatan.
CUT TO:
14. INT. WARUNG MAKAN PAK ELISA-SIANG
Pravita, Pak Elisa, Figuran
Pravita sampai juga di warung Pak Elisa. Pak Elisa langsung memarahinya karena tidak segera pulang.
PRAVITA
(masuk warung makan Pak Elisa)
Pak, Pravita pulang.
PAK ELISA
(berdiri, marah)
Pravita, Pravita... Kamu ke mana saja, to? Jam segini, masa baru pulang? Bapak khawatir banget, lo, Pravita...
Pravita menjelaskan, kalau tadi terjadi keributan di sekolah. Itu membuatnya takut. Jadi, pulang terlambat.
PRAVITA
Maafkan Pravita, ya, pak... Tadi terjadi keributan di sekolah antara teman Pravita dan gengnya Yogi. Jadi, Pravita pulang terlambat... Lagipula, di sekolah ada les tambahan Bahasa Indonesia.
Pak Elisa jadi khawatir dan mengira Pravita terlibat dalam keributan itu.
PAK ELISA
(curiga)
Kamu terlibat keributan itu?
Pravita menjelaskan, kalau dia tidak terlibat.
PRAVITA
Tidak, pak... Pravita berusaha melerai mereka. Tapi, tidak berhasil.
Hati Pak Elisa pun lega.
DISSOLVE TO:
15. INT. KAMAR PRAVITA. RUMAH PAK ELISA-PAGI
Pravita, Pak Elisa
Pravita terlambat bangun. Pak Elisa masuk ke kamar Pravita yang lupa dikunci dan membangunkannya.
PAK ELISA
Bangun, Pravita. Ini sudah siang.
Pravita kaget waktu melihat jam dinding, setelah berhasil dibangunkan Pak Elisa. Ternyata, sudah pukul setengah tujuh pagi.
PRAVITA
Ya ampun! Sudah pukul setengah tujuh. Bagaimana ini, pak?
Pak Elisa menenangkan Pravita dengan mengusulkan dia tidak mandi, hanya cuci muka dan sikat gigi agar tidak terlambat berangkat sekolah. Lalu, Pak Elisa keluar kamarnya.
PAK ELISA
Jangan panik... Kamu tak usah mandi. Sana cuci muka dan sikat gigi.
PRAVITA
Emang, teman-teman dan guru tidak kebauan, pak?
PAK ELISA
Tidak... Kamu pakai minyak wangi yang banyak.
PRAVITA
Ah, bapak.
PAK ELISA
Sudah... Sana cuci muka... Bapak ke luar dulu.
CUT TO:
16. EXT. HALAMAN RUMAH ADITIA-PAGI
Aditia, Figuran
Aditia dan bapaknya didatangi seorang tukang sayur yang sudah siap. Orang itu mengajak Aditia join dalam bisnis sayurnya. Orang itu berjanji akan membimbing Aditia sampai menjadi sukses seperti dirinya.
TUKANG SAYUR
(menyapa Aditia)
Selamat pagi, Aditia! Wah, masih sempat mengurus bunga di halaman rumah saja, nih... Emangnya, kamu nggak kerja, ya?
ADITIA
Iya, nih, bro... Aku belum dapat kerjaan.
TUKANG SAYUR
Bagaimana kalau kamu ikut kerja aku?
ADITIA
Kerja apa, emangnya?
TUKANG SAYUR
Jadi tukang sayur, kayak aku... Nanti, aku akan bimbing kamu sampai bisa...
(pause)
Bagaimana? Kamu tertarik, nggak?
Aditia yang sangat mengenal orang itu jadi tertarik.
ADITIA
Jadi tukang sayur? Kamu beneran mau bimbing aku sampai bisa?
TUKANG SAYUR
Iya... Kamu, kan sudah lama mengenalku?
ADITIA
Aku mau. Mau banget...
TUKANG SAYUR
Ya sudah... Aku pulang dulu. Mulai besok, kita mulai kerja sama, ya.
Tukang sayur sukses itu meninggalkan Aditia.
FLASHES:
17. EXT. PERAPATAN-PAGI
Yogi, Preman
Yogi dikejar-kejar preman dan dipalak.
PREMAN 1
Woi, anak kecil! Cepat kasih gue uang!
YOGI
(menyembunyikan uang)
Maaf, bang... Saya tak punya uang.
Dia dipukuli karena tidak segera memberikan uangnya kepada mereka. Dia berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang menolong.
YOGI
(babak belur, habis dipukuli preman)
Tolong... Tolong saya!
PREMAN
(menarik keraj baju bagian belakang)
Hei, anak kecil... Teriaklah sekencangnya!
(pause)
Kagak ada yang akan dengerin loe!
CUT TO:
18. INT. RUANG KELAS IX. SMP 1 MATESIH-PAGI
Pravita, Teman Sekelas
Pravita celingukan mencari Yogi. Dia khawatir kalau Yogi diskors oleh guru akibat membuat keributan kemarin.
PRAVITA (VO)
(celingukan, khawatir)
Yogi kemana, ya? Apa dia diskors akibat perbuatannya kemarin?
Teman-teman Pravita mencium kecemasannya. Mereka pun langsung menggodanya.
SEMUA TEMAN PRAVITA
Cie-cie, yang mencemaskan Yogi...
PRAVITA
Kalian ini... Ah... Nggak seru!
TEMAN PRAVITA 1
Aduh... Ada yang marah, nih...
CUT BACK TO:
19. INT. KAMAR YOGI. RUMAH YOGI-PAGI
Yogi, Bibi
Pembantu Yogi yang menyapu di depan kamarnya mendengar majikannya itu berteriak-teriak minta tolong. Dia mengetuk pintu kamar Yogi.
YOGI (OS)
Tolong! Jangan sakiti saya, bang... Saya mohon...
BIBI
Lho. Den Yogi kenapa, ya?
(mengetuk pintu kamar)
Ada apa, den? Kok, teriak-teriak?
tapi tak ada jawaban. Pembantu tersebut langsung masuk dan berusaha membangunkan Yogi yang mengigau.
BIBI
(masuk kamar Yogi)
Bangun, den... Hari sudah siang.
Yogi pun bangun dan masih merasa ketakutan.
YOGI
(teriak)
Tidak...
Pembantu mencoba menenangkan Yogi. Lalu, dia mengingatkan kalau sekarang sudah pukul tujuh pagi.
BIBI
Den, tenang, den... Den Yogi ada di rumah.
(pause)
Oh, ya. Ini sudah pukul tujuh, den... Den Yogi tidak sekolah?
Yogi marah karena tidak dibangunkan sejak tadi. Akhirnya, dia tidak sekolah karena sudah terlambat.
YOGI
Apa? Sudah pukul tujuh pagi? Bibi ini bagaimana, sih? Ngebangunin, kok, tidak dari tadi?
BIBI
Maafin bibi, den.
YOGI
Yah... Aku nggak bisa sekolah, dong?
Pembantu yang merasa besalah keluar dari kamar Yogi.
CUT TO:
20. EXT. JALANAN DAERAH RUMAH ADITIA-PAGI
Aditia, Figuran
Tetangga Aditia jadi kaget, sekarang dia menjadi tukang sayur. Mereka juga merasa terbantu, Aditia menggantikan tukang sayur yang sudah lama tidak berjualan di daerah mereka.