Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Me, You, and Him
Suka
Favorit
Bagikan
3. SCRIPT ME, YOU AND HIM SCENE 1-10

 

1. INT. RUANG KELAS IX. SMP 1 MATESIH-PAGI

Pravita, Guru, Teman Sekelas

Guru memberi selamat pada Pravita yang menjadi juara kelas.

GURU

(menyalami Pravita, penuh kagum)

Selamat, Pravita. Ujian kali ini, kamu berhasil juara kelas lagi. Semua berkat kerja kerasmu dalam belajar.

Teman-temannya bergantian memberi selamat pada Pravita.

TEMAN 1

Selamat, Pravita. Kamu memang jenius.

TEMAN 2

Benar itu, Pravita. Kamu layak mendapat nilai tertinggi dan juara di kelas. Aku sangat tahu, kamu sangat rajin belajar.

Pravita berterima kasih kepada mereka.

PRAVITA

Terima kasih, pak guru dan teman-teman. Saya bisa menjadi juara kelas, berkat Tuhan yang memberi saya kepandaian.

(pause, mengambil napas)

Bukan karena saya berusaha keras belajar, tanpa berdoa.

Tapi, ada satu temannya yang nggak suka pada keberhasilan Pravita menjadi juara kelas.

YOGI

Halah. Itu hanya trik Pravita saja, agar disegani banyak orang. Sok merendah. Padahal, dalam hati menyombongkan diri.

GURU

(kaget, mendekati Yogi)

Apakah maksud kamu, Yogi?

(pause)

Ayo minta maaf pada Pravita!

YOGI

Apa, sih salah saya pada Pravita, pak guru?

PRAVITA

Sudah, pak guru. Tidak apa-apa.

CUT TO:

2. EXT. HALAMAN SEKOLAH-SIANG

Yogi, Teman Geng

Yogi marah-marah mengingat gurunya membanggakan Pravita saat di kelas. Dia merasa Pravita tidak ada apa-apanya dibanding dengan dia. Dia ‘kan anak pemilik SMP 1 Matesih. Masa iya, sih, orang lain dibanggakan dan bukan dirinya. Teman satu gengnya cuman bisa mengangguk-angguk saja mendengar perkataan Yogi.

YOGI

(menendang pagar)

Ah! Kenapa, sih, Pravita selalu dibanggakan? Bukannya aku yang harus dibanggakan karena akulah anak dari pemilik SMP ini?

TEMAN GENG 1

Benar itu, Bos. Bos yang harus dibanggakan.

TEMAN GENG 2

Iya, Bos. Benar itu.

YOGI

Halah! Kalian ini tahu apa?

(pause)

Kalian tahu, nggak. Aku ini paling judeg sama orang sombong kaya Pravita?

SEMUA

(mengangguk-angguk, tidak mengerti)

YOGI

Haduh! Punya anak buah, kok, ya, kaya begini banget?

CUT TO:

3. INT. RUANG TAMU. RUMAH ADITIA- SIANG

Aditia, Bapak

Bapak Aditia meminta maaf padanya, karena tidak bisa menyekolahkan dirinya.

BAPAK ADITIA

Maafin bapak, ya, le. Bapak tidak bisa menyekolahkan kamu SMP. Padahal, kamu sudah lulus SD sejak tiga tahun lalu.

Aditia sempat cemberut karena hanya bisa lulus SD.

ADITIA

(cemberut)

Tapi, dia jadi sadar bapaknya hanya seorang buruh tani yang kadang tenaganya tidak dipakai para pemilik sawah.

BAPAK ADITIA

Kamu, kan tahu. Bapak hanya seorang buruh tani. Terkadang, tenaga bapak tidak dipakai oleh pemilik sawah.

(pause)

Kamu tidak marah, to, le?

ADITIA

Aku tidak marah, kok, pak. Maafin Aditia, ya, pak. Aditia sering merepotkan bapak.

BAPAK ADITIA

Kamu itu anak bapak. Mana mungkin, seorang bapak merasa direpotkan anaknya?

CUT TO:

4. INT. RUANG KELAS IX. SMP 1 MATESIH-SIANG

Pravita, Guru, Teman Sekelas

Guru menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia dan hampir semua murid mendengarkan.

GURU BAHASA INDONESIA

Murid-murid, kali ini kita bahas Majas dalam berpuisi. Nah, apakah kalian tahu apa itu Majas?

SEMUA

Tahu, bu guru.

GURU BAHASA INDONESIA

Bagus. Kalian sudah pada cerdas, ya. Nah. Buka buku paket kalian di halaman mengenai majas, ya.

SEMUA

Baik, bu guru!

Yogi malah bikin ulah di kelas.

YOGI

(merebut buku paket Pravita)

Sini buku paketnya! Aku lupa bawa.

PRAVITA

Jangan gitu, dong, Yogi. Aku juga butuh belajar.

Dia pun dihukum oleh guru.

GURU BAHASA INDONESIA

Ada apa, Pravita?

PRAVITA

(mempertahankan buku paket)

Ini, bu guru. Yogi berusaha merebut buku paket saya.

GURU BAHASA INDONESIA

(berjalan menuju meja Yogi)

Yogi, kamu dihukum. Silakan maju ke depan kelas dan angkat satu kakimu sampai bel pulang berbunyi.

CUT TO:

5. INT. WARUNG MAKAN PAK ELISA-SIANG

Pak Elisa, Figuran

Pak Elisa sangat mengkhawatirkan Pravita.

PAK ELISA

(mondar-mandir)

Aduh. Pravita biasanya sudah pulang jam segini. Kok, dia kagak pulang-pulang, ya?

Dilihatnya jam tangan berkali-kali sambil terus mondar-mandir.

PAK ELISA

(terus mondar-mandir, melihat jam tangan)

Bagaimana ini, ya, Tuhan? Kok, Pravita tidak juga pulang?

(pause)

Apakah yang terjadi pada anak semata wayang saya itu, Tuhan?

Dia ditegur oleh pelanggan.

PELANGGAN 1

(habis meneguk teh hangat)

Pak, berhenti dong, mondar-mandirnya. Bikin nggak selera makan saja, melihat bapak mondar-mandir gitu.

PELANGGAN 2

Iya. Benar itu. Lebih baik, bapak duduk dan menenangkan pikiran.

PAK ELISA

Eh, iya. Maaf, kalau sudah membuat tidak nyaman. Saya akan duduk.

(duduk di kursi dekat pintu warung makan)

CUT BACK TO:

6. INT. RUANG KELAS IX. SMP 1 MATESIH-SIANG

Pravita, Guru, Yogi, Teman Sekelas

Yogi ngedumel karena guru menghukumnya.

YOGI (VO)

Awas, kamu Pravita. Tunggu pembalasanku. Gara-gara kamu, aku dihukum seperti ini.

Beberapa menit kemudian, dia diperbolehkan menurunkan kaki dan bebas dari hukuman atas permintaan Pravita.

PRAVITA

(mendekati guru)

Bu guru, saya mohon hentikan hukuman atas Yogi. Biarkan dia ikut pelajaran ini. Apalagi, jam pelajaran juga sudah ditambah, kan?

GURU BAHASA INDONESIA

Kamu tidak marah, atas apa yang dilakukan oleh Yogi?

PRAVITA

Tidak, bu guru.

GURU BAHASA INDONESIA

Yogi, kamu boleh turunkan kakimu dan kembali mengikuti pelajaran saya. Jangan ulangi kesalahan yang sama, ya?

Bukannya minta maaf dan berterima kasih, Yogi malah mendorongnya sampai jatuh.

YOGI

(berjalan menuju Pravita, menjatuhkan Pravita)

Nah! Biar tahu rasa, kamu Pravita!

GURU BAHASA INDONESIA

Baru dibebaskan dari hukuman, masih saja berulah kamu, Yogi!

PRAVITA

(dibantu berdiri)

Saya tidak apa-apa, bu guru.

CUT TO:

7. EXT. SAWAH-SIANG

Aditia, Figuran

Aditia pergi ke sawah untuk membantu bapaknya yang kelelahan.

ADITIA

Pak, aku bantu bapak memanen padi, ya?

BAPAK ADITIA

Tidak usah, le. Bapak sudah ditemani banyak orang di sini.

Di sana, dia memanen padi yang telah menguning bersama beberapa orang.

ADITIA

Aku memang melihat banyak orang membantu bapak di sini. Tapi, biarkan aku membantu bapak juga, ya. Di rumah, kan tidak ada kegiatan.

TEMAN BAPAK ADITIA

Wis, to, pak’e Aditia. Biarkan anakmu itu membantumu.

BAPAK ADITIA

Baiklah, kalau begitu. Kowe boleh membantu bapak, le.

ADITIA

Terima kasih, bapak.

BAPAK ADITIA

Bapak yang harusnya berterima kasih, le.

Aditia tampak senang bisa membantu bapaknya.

CUT TO:

8. EXT. HALAMAN SEKOLAH-SIANG

Pravita, Yogi, Figuran

Terjadi keributan antara Yogi dengan teman Pravita yang kagak terima kejadian tadi.

TEMAN PRAVITA 1

Heh, Yogi! Apa-apaan kamu? Kenapa kamu tadi mendorong Pravita sampai jatuh?

YOGI

Memang kenapa? Kagak terima, heh?

SEMUA

(keributan terjadi)

Pravita mencoba melerai mereka, tapi nggak bisa. Pravita merasa ketakutan.

PRAVITA

(berusaha menengahi)

Hei! Kalian ini kenapa bikin keributan di sekolah? Sudah berhenti!

(pause, ketakutan)

SEMUA

(keributan semakin seru)

Guru yang mau pulang melihat ada keributan dan turun dari sepeda motor untuk melerai mereka.

GURU

(turun dari sepeda motor)

Kalian kenapa bikin keributan di sekolah? Ayo pada pulang! Kalau tidak, kalian akan saya laporkan ke BP.

SEMUA

(berpencar, pulang)

CUT TO:

9. EXT. JALANAN-SIANG

Pravita, Figuran

Teman-teman Pravita meminta maaf kepadanya karena saat mereka ribut dengan Yogi, Pravita menjadi takut.

TEMAN PRAVITA 1

Pravita, maafin kami, ya. Gara-gara kami ribut sama Yogi, kamu jadi ketakutan.

TEMAN PRAVITA 2

Kamu mau maafin kami, kan, Pravita?

Pravita terdiam sejenak.

PRAVITA

(terdiam, masih shock)

TEMAN PRAVITA 1

Maafin kami, ya, Pravita. Please.

(mengatupkan kedua tangan)

Lalu, dia meminta mereka berjanji tidak membuat keributan lagi.

PRAVITA

Kalian janji, ya. Tidak akan ribut lagi sama Yogi?

SEMUA

Kami janji.

(bersalaman dengan Pravita)

CUT TO:

10. INT. WARUNG MAKAN PAK ELISA-SIANG

Pak Elisa, Figuran

Pak Elisa berhenti mondar-mandir setelah dinasihati pelanggan. Dia berusaha mengurangi kekhawatiran yang mendera hatinya, tapi tetap tidak bisa. Makin lama, makin menjadi kecemasannya akibat Pravita belum sampai di warung makannya. Padahal, jam pulang sekolah sudah lama lewat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar