Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lebih Dari Egoku
Suka
Favorit
Bagikan
11. Hari ke-5 (part 2)

SCENE 29 EXT, BUKIT, MALAM

Kanza dan Rega sedang berjalan di jalanan menanjak menuju sebuah bukit, Kaki Kanza kehilangan pijakan dan Rega buru-buru menangkap tubuh gadis itu agar tidak terjatuh,di bawah cahaya sinar bulan mata mereka kembali bertemu, mereka saling menatap untuk beberapa saat.

Kanza segera menyadarkan dirinya sendiri, dan buru-buru menarik dirinya dari dekapan Rega.

Kanza : "Jangan modus ya?" Ketusnya tiba-tiba.

Rega : Terkekeh geli. "Kalo aku modus emang kenapa? Namanya juga cowok."

Kanza : "Yaudah kalo gitu mending saya balik aja." Ancam Kanza.

Rega : "Heuh... Jangan dong, kan dikit lagi sampai. Yang tadi itu maaf ya nona manis." Wajah Kanza kembali merona di puji seperti itu. "Tadi kalo aku enggak pegangin kamu, kamu pasti udah jatuh. Udah cuma itu aja." Lanjut Rega dengan lembut.

Kanza : Terdiam dan menatap Rega dengan tatapan merasa sedikit bersalah karena sudah negatif thinking.

Rega : "Kalo sekarang pegang tangan aku, biar kamu enggak jatuh lagi. Hem..." Mengulurkan tangan ke arah Kanza.

Kanza : Menatap wajah Rega sejenak, Rega tersenyum meyakinkan. Kanza Kemudian beralih menatap uluran tangan Rega, detik berikutnya meraih tangan itu meski sedikit ragu. Rega kembali tersenyum dan menuntun gadis itu mencapai puncak bukit.

Rega : "Nah ini tempatnya, dari sini kamu bisa melihat bintang yang berkelipan di atas sana." Berkata sambil mendongak ke atas. "Dan jika kamu menundukkan kepala kamu, kamu juga akan di suguhi kerlap-kerlip cahaya dari kendaraan yang sedang berjajar di bawah sana, juga cahaya-cahaya dari gedung-gedung pencakar langit. Indah kan?" Menoleh ke arah Kanza yang berdiri di sampingnya. Gadis itu tampak takjub melihat pemandangan yang terhampar di hadapannya sambil mengusap-ngusap lengannya sendiri kedinginan.

Rega : "Kamu kedinginan ya?" Sigap melepaskan jaketnya dan di pakaikan pada Kanza. Cowok itu benar-benar terlihat sopan.

Kanza : "Eh... Makasih." Gugup.

Rega : Tersenyum. "Makasih doang nih?"

Kanza : Sontak menatap Rega tajam. "Kamu janji enggak bakalan macem-macem kan?"

Rega : "Cuma becanda doang aja, galak banget sih." Terkekeh dan mengacak pucuk kepala Kanza gemas.

Kanza : "Udah... Jangan sentuh." Menatap Rega sedikit risih.

Rega : "Ya ampun... Iya... Iya." Tertawa dan berkata dengan nada gemas. Kemudian memasukkan tangannya sendiri ke saku celana. Hening sesaat.

Rega cont'd : "Coba deh kamu tatap ke gedung yang ada di sebelah sana?" Mengeluarkan salah satu tangannya dari saku celana dan mulai menunjuk ke depan sana.

Kanza : Mengikuti arah telunjuk Rega. "Memang ada apa?"

Rega : "Nanti biasanya ada gambar love menyala di gedung itu, kalo warnanya hijau, bearti petermanan kita akan awet selamanya, kalo yang menyala warna merah berati kita akan di takdirkan untuk saling mencintai selamanya."

Kanza : Menoleh ke arah Rega dengan tatapan ragu, kemudian menoleh ke arah gedung itu lagi.

Rega : "Kita lihat ya? Love warna apa yang akan menyala disana?" Antusias.

Kanza : "Ini konyol." Gumam Kanza.

Rega : "Bukan, ini romantis." Timpalnya sembari tersenyum, membuat Kanza terdiam menatapnya.

Rega : Balik menatap ke arah gedung. "Yach... Sayang ya, yang nyala warna hijau." Pekiknya dengan raut wajah menyesal.

Kanza : "Baguslah, kita kan jadi bisa berteman selamanya ." Tersenyum sambil turut menatap ke arah gedung.

Rega : "Tapi tadi aku berharap warna merah yang menyala."

Kanza : Langsung menoleh ke arah Rega. "Kenapa?"

Rega : Tersenyum menatap Kanza. "Aku harap saat kita nanti kesini lagi, love warna merah yang akan kita lihat. Dan kamu enggak perlu tanya lagi kenapa kan? Kan tadi aku udah jelasin."

Kanza : Buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Tapi kan kita baru kenal." Gumam Kanza ragu.

Rega : "Memang kenapa kalo baru kenal? Bisa jadi kan kita ini malah jodoh."

Kanza : Kepalanya sontak terangkat menatap Rega. "Udah deh, jangan ngaco." Mendengus kesal.

Kanza (VO) : "Di kira aku enggak tau apa kalo kamu itu sebenernya playboy. Huh..."

Rega (VO) : "Aku tahu kok, sebenernya kamu di suruh Fira buat deketin aku. Tapi enggak nyangka aja kamu gadis yang menarik." Menatap Kanza dalam diam.

Rega : "Siapa juga yang ngaco? Siapa tahu aja kan? Di dunia ini, aku percaya tidak ada yang kebetulan, seperti pertemuan aku dan kamu hari ini. Kalo bukan alam semesta yang turut campur tangan, sebuah pertemuan tidak akan terjadi begitu saja." Kanza tertegun menatap Rega yang kini bicara dengan nada serius.

Kanza : lagi-lagi mengalihkan pandangan menatap lurus ke depan. Hatinya tiba-tiba terasa nyeri, terlihat dari ekspresinya yang berubah sedih. "Dan kadang aku benci pertemuan yang akhirnya harus berakhir dengan perpisahan. Meski menyakitkan, aku tetap harus di paksa untuk melewati proses itu. Dan aku sampai pernah berharap tidak akan ada lagi cinta yang datang menyapaku jika itu hanya untuk menoreh luka di hatiku."

Rega : "Kamu ngomong gitu karena belum nemuin orang yang tepat aja." Timpal Rega. "Aku juga pernah berpikir, saat aku menyimpan seseorang di hati aku, itu udah cukup untuk orang itu. Tapi nyatanya enggak, karena aku melupakan satu hal, yaitu menjaga hatinya. Dan karena itu, perpisahan terjadi. Namun darisana aku belajar. Suatu saat aku akan berusaha untuk menjaga hati jika sudah benar-benar menemukan orang yang tepat." Tersenyum miris.

Kanza (VO) : "Dan aku tahu kok, pasti orang yang kamu maksud itu Fira." Menatap Rega iba.

Rega : "Kita kok jadi ajang curhat gini yach jadinya." Terkekeh geli sendiri, Kanza turut terkekeh.

Kanza : "Ya... Enggak apa-apa. Kita kan teman. Ya kan?" Tersenyum menatap Rega.

Rega : "Kamu mau jadi temen aku? Aku orang enggak baik loh." Seloroh nya.

Kanza : "Ya... Mana ada juga orang jahat ngaku jahat." Keduanya kembali terkekeh.

Suara getar ponsel (SO) : Drrtt... Drrrtt...

Kanza : segera merogoh saku celananya meraih ponsel. "Halo." Sahutnya setelah menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan teleponnya. "Iya... Bentar lagi gue balik, bawel." Lanjutnya pada orang di ujung telepon sana.

INTER CUT

Putri : Terlihat cekikikan sambil menempelkan HP di telinganya. "Gue khawatir aja, kalo Lo enggak buruan pulang, nanti takutnya Lo di terkam buaya."

INTER CUT

Kanza : "Apaan sih, gue bisa jaga diri kali. Udah ah. Bentar lagi gue balik." Mematikan ponselnya.

Rega : "Siapa?"

Kanza : "Oh... Ini tadi si Putri, khawatir, nyuruh gue balik kost'an. Udah malem soalnya."

Rega : "Oh... Yaudah kalo gitu kita balik sekarang."

Kanza mengangguk dan saat hendak membalikkan badannya, kakinya seolah hilang pijakan dan ingin kembali terjatuh. Namun lagi-lagi Rega sigap menangkap tubuhnya. Wajah mereka kembali berdekatan. Mata mereka saling menatap, seperti ada magnet, wajah mereka makin mendekat satu sama lain, dan akhirnya bibir mereka hampir saja saling menempel sebelum akhirnya sedetik kemudian Kanza sekuat tenaga memalingkan wajahnya. Mata Rega seketika terpejam, tenggorokannya seolah tercekat, jakunnya terlihat naik turun menelan salivanya dengan kesusahan.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar