Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
82. INT. RUANG LANTAI TIGA AREA GUDANG-MALAM.
Lampu terang menyala. Herman tertawa. Kusuma tersenyum puas. Tanaka bersedekap diam.
Johan dan Sylvi memasuki ruangan.
Herman bertepuk tangan.
HERMAN
Bagus! Bagus! Kamu memang bisa diandalkan, Ryan.
SYLVI
Ryan?
Sylvi menatap Johan. Johan tidak mempedulikan. Herman tertawa keras.
HERMAN
Ya! Dia adalah anggota kami. Pembunuh berdarah dingin.
SYLVI
Ti-tidak mungkin. Aku tak percaya padamu!
HERMAN
Terserah!
Sylvi meraih tangan Johan. Memohon penjelasan.
SYLVI
Johan, please ... katakan bahwa penjahat itu bohong.
Johan hanya diam. Ekspresi wajahnya berubah dingin.
83. EXT. DI DEPAN GUDANG BERTEMBOK TINGGI-MALAM.
Pintu mobil mini van Xavier dibuka dari luar.
Xavier meraih bolpoin di atas meja, kemudian mengangkat tangannya.
Seorang tukang pukul, 30 tahunan, mengarahkan pistolnya ke Xavier.
TUKANG PUKUL
Keluar! Atau kutembak kamu.
XAVIER
Ba-baik.
TUKANG PUKUL
Apa yang di tanganmu itu?
XAVIER
I ... ini hanya sebuah bolpoin.
Xavier memperlihatkan bolpoin itu ke tukang pukul. Dia menekan pangkal bolpoin. Dari ujung bolpoin keluar kabel yang dialiri listrik.
Tukang pukul itu terkejut. Sempat melepaskan tembakan. Tapi, meleset.
Terkena kejut listrik, tukang pukul itu pingsan.
XAVIER
Huh! Kamu kira gampang mengalahkan Xavier the Best Hacker in the world?
84. INT. RUANG LANTAI TIGA AREA GUDANG-MALAM.
Herman menempelkan pucuk pistolnya bergantian pada dahi Anto dan Sahat.
HERMAN
Nah, Lady Advocate. Sekarang katakan pada kami, siapa yang telah memberimu data dan informasi tentang keterlibatan perusahaan kami?
SYLVI
Untuk apa? Toh kamu tetap akan membunuh kami juga!
HERMAN
Ya dan tidak! Ya, aku akan membunuh dua sahabatmu ini. Tidak, aku tak akan membunuhmu. Aku akan membiarkanmu hidup setelah melihat kepala dua sahabatmu ini meledak. Kemudian, aku akan menyuruh semua anak buahku memerkosamu, menyekapmu, berkali-kali hingga kamu gila! Ha ha ha.
SYLVI
Bajingan! Terkutuk! Kau bunuh sekali pun aku tak akan memberitahu kalian siapa orang itu! Polisi akan mengungkap kejahatan kalian!
HERMAN
Polisi?! Ha ha ha.
Sylvi menatap Johan memelas.
SYLVI
Johan, Joy, Ryan, siapa pun namamu, aku mempercayaimu. Demi kisah yang pernah terjadi di antara kita. Tolong lakukan sesuatu....
HERMAN
Waow! Kamu memang hebat, Ryan. Hatinya pun sanggup kau taklukan juga.
Herman menyuruh salah satu tukang pukulnya memberi Johan pisau yang dipegangnya.
HERMAN
Sedikit perubahan rencana. Biarlah kekasihmu itu yang melakukan eksekusi kedua temanmu. Gorok dua musuh kita itu, Ryan!
Johan mendekati Anto dan Sahat dengan pisau di tangan.
Dari belakang dia memiting kepala Anto dengan tangan kiri, Pisau di tangan kanannya di tempelkan di leher Anto.
Sylvi meraung, menangis.
SYLVI
Hentikan, Johan! Hentikan! Aku mencintaimu! Aku pun percaya bahwa kamu juga mencintaiku!
HERMAN
Lakukan, Ryan! Lakukan tugasmu! Ha ha ha.
SYLVI
Johan ... Please ... Anto, Sahat, maafkan aku....
Sahat meronta, meraung.
SAHAT
Bunuh aku dulu! Bunuh aku!
Anto tersenyum sambil menatap Sylvi.
ANTO
Tak ada yang perlu dimaafkan, Rekan. Fiat Justicia Ruat Caelum....
Johan semakin menekan pisaunya ke leher Anto. Kulit leher Anto berdarah.
Tiba-tiba Johan menghentikan gerakan pisaunya. Melepas pitingan di kepala Anto.
HERMAN
Kenapa? Lakukan cepat!
Johan merogoh saku celananya. Mengeluarkan kertas yang lusuh.
JOHAN
Sebelum aku melakukan tugasku, ada sedikit informasi.
HERMAN
Informasi apa?
Pemuda itu mendekati Kusuma, memberikan kertas lecek itu padanya.
JOHAN
Ini hasil laborat tes DNA. Sebaiknya Tuan Kusuma memeriksanya dulu.
Kusuma membaca hasil laborat itu penasaran.
JOHAN
Aku menelusuri jejak masa lalu Sylvi. Jejak itu membawaku hingga ke Tuan Kusuma. Dengan bantuan koneksiku, aku mendapat sample darah Tuan Kusuma dan sample darah Sylvi. Dengan bantuan koneksiku juga, kucocokkan darah keduanya. 99 persen cocok. Artinya, Sylvi adalah anak biologis Tuan Kusuma. Dia anak yang Anda tinggalkan ketika berumur empat tahun.
Kusuma gemetar. Dia menatap Sylvi. Sylvi menatap balik.
KUSUMA
Please, tolong perlihatkan telapak tangan kananmu.
Sylvi ragu. Dia mulai menangis.
SYLVI
Tidak mungkin ... ini tidak mungkin....
KUSUMA
Please, Nona Sylvi. Tolong perlihatkan telapak tangan kananmu.
Sylvi memperlihatkan telapak tangan kanan yang terdapat bekas luka.
Kusuma mendelik melihat bekas luka itu.
SYLVI
Aku tidak ingat bagaimana aku mendapatkan luka ini. Namun, luka ini sudah ada sejak aku masih kecil.
DISSOLVE TO
85. INT. DAPUR-PAGI
Flash Back:
Image: Pria dan wanita sedang bertengkar.
Pria itu, Kusuma muda, membanting gelas ke lantai.
Seorang anak perempuan kecil berlari ketakutan mendekati mamanya. Dia terjatuh. Tangannya mengenai pecahan gelas.
KUSUMA (V.O.)
22 tahun yang lalu, aku pernah bertengkar dengan istriku. Aku kalap. Kubanting gelas. Saat itu, anak kami yang berusia empat tahun sedang belajar berjalan. Dia terjatuh. Telapak tangannya berdarah-darah tergores pecahan gelas itu.
DISSOLVE TO
86. INT. RUANG LANTAI TIGA AREA GUDANG-MALAM.
KUSUMA
Tidak salah lagi. Kau anakku ... Anakku!
SYLVI
Papa....
KUSUMA
Ya! Aku papamu, Nak! Maafkan aku yang telah meninggalkanmu! Maafkan aku.
Sylvi menangis.
SYLVI
Aku selalu merindukanmu, Pa...
HERMAN
Bohong! Ryan! Apa yang kamu lakukan?!
JOHAN
Maaf, Tuan Herman. Atasanku langsung adalah Tuan Kusuma. Aku harus memberitahu dia sebelum semua terlambat.
SYLVI
Tolong anakmu, Pa....
Kusuma menghadap Herman.
KUSUMA
Herman. Aku tidak pernah meminta sesuatu padamu. Kali ini, hentikan semua ini. Biarkan para advokat ini bebas.
HERMAN
Omong kosong! Kamu mau mengorbankan puluhan tahun jerih payah yang kita bangun bersama demi masa lalumu? Demi anak yang pernah tak kau harapkan?
KUSUMA
Aku tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kali. Aku akan menanggung semua kejahatan ini. Kamu bisa melarikan diri ke luar negeri. Aku tidak akan bicara apa pun.
HERMAN
Haa! Tahi kucing! Anjeeeng!
(berteriak kesetanan)
Baik, baik. Aku akan mengakhiri semua ini. (beat) sekaligus mengakhiri hidupmu! Hidup kalian semua!
Herman menembak dada Kusuma, kemudian menembak dada Sylvi.
Kemudian, dia mengarahkan moncong pistolnya ke kepala Anto.
Sebelum pelatuk ditarik, Johan menusuk tangan Herman dengan pisau.
Pisau terlepas.
HERMAN
Bangsat! Bunuh semuanya! Bunuh!
Johan memukul Herman hingga pingsan.
Tanaka-Yakuza dan beberapa tukang pukul mengerubuti Johan.
Terjadi perkelahian.
Johan merebut salah satu golok yang dipegang tukang pukul. Dengan golok di tangan kanan, dan pisau di tangan kiri, Johan meladeni keroyokan penyerangnya.
Terjadi perkelahian yang tidak berimbang.
Johan mulai keteteran.
Sylvi yang sempat roboh, bangun kembali. Dia melepas jaket beserta rompi anti peluru.
KUSUMA
Anakku....
Sylvi menghampiri Kusuma.
SYLVI
Papa....
Kusuma meraih tangan Sylvi, mendekatkannya ke dada.
KUSUMA
Maafkan aku ... Aku selalu merindukanmu....
Sebuah bandul kalung digenggamkannya ke Sylvi.
KUSUMA
Hanya ... ini ... semua kejahatan itu ada di sini. Sebagai penebus dosaku....
Kusuma menutup mata. Mati.
Sylvi membuka bandul kalung itu. Di dalamnya terdapat sebuah foto anak kecil dan micro chip. Dia menyimpannya ke saku celana.
Sylvi berdiri, membantu Johan menghadapi beberapa tukang pukul dan Tanaka dengan trisulanya.
Kali ini Johan tidak hanya melukai, tapi membunuh para penyerangnya.
SYLVI
Jangan bunuh mereka! Bikin mereka tidak sadar saja!
JOHAN
Maaf, Syl. Mereka sudah melihat wajahku, dan tahu siapa aku. Terpaksa aku harus membunuh mereka semua.
SYLVI
Aku benar-benar tak lagi mengenalmu....
Johan berhasil membunuh semua tukang pukul.
Johan berhadapan dengan Tanaka.
JOHAN
Minggir, Syl. Biar aku menghadapi dia sendiri. Ini perang kami.
Tanaka menggunakan pedang khas Jepang. Mengacungkan pedangnya ke Johan
TANAKA-YAKUZA
Omee, uragirumon da!
(Terjemahan; Kamu pengkhianat!)
JOHAN
Sonna koto wa wakatteru.
(Terjemahan: Kalau itu aku tahu)
TANAKA-YAKUZA
Nande da? Ano onna no tame ka? Baka ka omee!
(Terjemahan: Kenapa? Karena wanita itukah? Bodoh sekali kamu!)
JOHAN
Uruse! Shine!
(Terjemahan: Cerewet! Mati kamu!)
Tanaka dan Johan saling menyerang. Terjadi perkelahian.
Johan berhasil membunuh Tanaka.
Johan menghampiri Herman yang mulai siuman.
Pemuda itu mengarahkan goloknya ke kepala Herman
SYLVI
Johan, cukup! Hentikan!
Johan menghentikan serangannya.
JOHAN
Aku harus membunuhnya, Syl. Manusia ini layak mati.
SYLVI
Cukup! Aku tidak ingin tanganmu berlumuran darah lagi.
HERMAN
Jangan ... bunuh.... Aku bersumpah tidak akan bicara.
JOHAN
Kamu pantas mati!
Johan mengayunkan goloknya. Herman menutup mata menunggu golok itu mengenai lehernya.
Sylvi menangkis golok Johan dengan trisulanya.
SYLVI
Hentikan. Please.... Kamu pernah memintaku untuk mempercayaiku. Sekarang, aku memintamu untuk percaya padaku. Percaya bahwa di hatiku masih ada cinta untukmu.
Johan menghentikan serangan goloknya.
Terdengar suara sirine mobil.
Xavier muncul dengan tongkat besi di tangan.
XAVIER
Cepat, tinggalkan tempat ini, Joy.
JOHAN
Jejak?
XAVIER
Semua sudah terhapus. Seperti biasa, tidak ada jejak.
Johan mendekati Sylvi. Dia meminta trisula yang dipegang Sylvi.
JOHAN
Senjata ini akan menimbulkan kecurigaan polisi. Untuk sementara, akan kukembalikan ke tempat di mana kamu mendapatkannya.
SYLVI
Kita akan bertemu lagi?
JOHAN
Kalau takdir menghendaki.
Sylvi merangkul Johan. Mencium bibir Johan lembut.
SYLVI
Aku akan menunggumu. Hingga takdir menyatukan cinta kita kembali.
CUT TO