Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lady Advocate (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
4. Act #1-Penyelidikan Awal

24. EXT. BERANDA RUMAH TUA-MALAM

Rumah tua peninggalan jaman belanda di lereng Gunung. Sepi. Hanya terdengar suara tonggeret dan lenguh sapi.

Johan duduk di kursi goyang beranda. Dia sedang membaca sebuah buku. Di sebelah kursi goyang,terdapat meja kursi kecil. Di atas meja terdapat cangkir teh kosong dan makanan kecil.

Bu Asep, 50 tahunan, cantik, berkebaya, keluar dari dalam rumah. Dia membawa secangkir teh hangat.

BU ASEP

Buku apa?

Johan menutup buku, memperlihatkan buku yang dibacanya ke Bu Asep. 

Bu Asep meletakkan cangkir teh hangat di atas meja. Menerima buku itu dari Johan.

BU ASEP

Sapiens, karya Noah Hariri. 

Tentang apa?

JOHAN

Tentang perjalanan hidup dan sejarah manusia.

Bu Asep membolak-balik halaman buku di tangannya itu. 

Johan mengambil teh hangat dan menyeruputnya pelan.

JOHAN

Kenapa Ibu mau menghabiskan umur menemani Bapak di tempat sepi seperti ini? Ibu masih belum terlalu tua ... secara ekonomi juga berlebih...

Bu Asep meletakkan buku itu di atas meja. Menatap lereng gunung yang gelap.

BU ASEP

Apa yang terjadi di dunia ini sudah tertulis. Begitu pula hidupku.

Aku mencintai Kang Asep sejak pertama bertemu. Dan, aku akan terus mengikuti dia ke mana pun Kang Asep pergi. Kuanggap itu adalah jalan hidup yang dipilihkan Tuhan untukku. 

JOHAN

Ibu hebat...

Kalau saja aku bisa bertemu dengan wanita seperti itu. Yang mencintaiku apa adanya. Mencintai masa lalu, dan masa depanku....

Bu Asep berdiri, menepuk bahu Johan lembut.

BU ASEP

Kau akan menemukannya, Nak. Yakinlah.

JOHAN

Terima kasih, Bu.

BU ASEP

Hari sudah larut. Bapakmu akan ngomel jika dia tidur sendiri.

JOHAN

Saya di sini dulu, Bu. Meneruskan membaca buku ini. Selamat malam, Bu.

Bu Asep tersenyum lebar, mengangguk, masuk ke dalam rumah.

CUT TO

25. INT. LOBBY APARTEMEN SYLVI-MALAM

Sahat berbicara melalui telepon di lobby apartemen.

SAHAT

Aku harus ketemu kamu, Syl. Sorry tidak meneleponmu terlebih dulu.

SYLVI (V.O.)

Sebaiknya ini hal yang penting, atau aku akan membunuhmu!

SAHAT

(tertawa)

Iyalah. Kalau gak penting, mana tahan aku menerima pukulan karatemu.

26. INT-RUANG APARTEMEN SYLVI-MALAM.

Sahat di dalam ruang apartemen Sylvi. Matanya liar berkeliling melihat seluruh perabotan yang ada di ruangan itu.

SAHAT

Hebat! Aku tahu sekarang kenapa kau selalu menghindar jika aku ingin berkunjung ke tempatmu ... little angel!

SYLVI

Huh! Tanpa kujawab pun, pasti kau tahu siapa yang menempatkanku disini.

SAHAT

Mamamu?

SYLVI

Siapa lagi kalau bukan beliau. Mama mau mengijinkan aku ke Jakarta asal dia yang memilihkanku tempat tinggal.

Here I am

SAHAT

Bagaimana kabar tanteku tersayang itu? Pasti masih cantik, dan... cerewet, ya?

SYLVI

Tadi sore Mama telepon, memberi ucapan selamat atas kebebasanku yang terampas. Beliau juga titip salam untukmu.

Sahat duduk di sofa. Berdiri. Duduk lagi, menghempaskan tubuh berkali-kali. 

SAHAT 

Hebat! Pasti sofa mahal. Empuk dan nyaman diduduki.

SYLVI

Kau tidak ingin mencoba tempat tidurku juga? Closetku juga masih baru!

SAHAT

Ha ha ha. Belum juga terkenal, apartemen bagus, perabot mewah. Apalagi kalau sudah terkenal ... hemh.

SYLVI

Kau menggangguku malam-malam hanya untuk mengagumi apartemenku?!

SAHAT 

Jangan marah donk, little angel. Tentu saja aku ada kabar yang ingin kudiskusikan denganmu. Dan aku tak bisa mengatakannya lewat telepon.

Sylvi beranjak ke lemari es.

SYLVI (O.S.)

Soft drink?

SAHAT

Kopi saja, Syl.

SYLVI (O.S.)

Pasti ada yang serius hingga kamu ingin kopi. Artinya ... kita begadang malam ini?

SAHAT

Setelah kau mengantar Bu Rola, aku kembali masuk ke Mapolda, menemui Sion. 

Sylvi kembali menemui Sahat dengan dua gelas kopi. Dia mengangsurkan satu gelas kopi ke Sahat. Sahat menerima gelas itu.

SYLVI

Kenapa?

SAHAT

Aku dapat telepon dari nomor yang tak kukenal. Suara laki-laki. Mengancamku, meminta kita untuk mundur dari kasus ini. Tentu saja kutolak mentah-mentah. 

SYLVI

Oh ya? Terus, kamu kembali menemui Sion?

Sahat menyeruput pelan kopi di tangannya.

SAHAT 

Begitulah. Kucerca pemuda tengil itu. Setelah kubentak-bentak, barulah dia bicara. Tapi ... hanya satu kata.

SYLVI

Apa?

SAHAT 

Aomora. 

SYLVI

Hanya itu?

Sahat menghela napas panjang, mengangguk.

SAHAT

Kucari nama itu di internet. Hanya satu nama yang menurutku sesuai. Sebuah Diskotek di Jakarta Selatan.

SYLVI

Artinya ... kita mulai penyelidikan dari tempat itu. Kapan kamu ingin ke sana?

SAHAT 

Besok malam. Bersamamu. Sementara itu, kita lewatkan malam ini untuk mencari informasi seputar seseorang yang disebut Sion.

SYLVI

Bang Rud? Mungkin kita bisa mendapatkannya di internet.

SAHAT

Itulah kenapa aku minta kopi saja.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar