Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lady Advocate (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Act #1 - Anto & Partner

11. EXT. JALAN RAYA PADAT, JAKARTA-PAGI

Seorang pengemudi motor, berjaket kulit hitam dengan celana jins dan sepatu sneaker, memacu motor keluar dari apartemen.

Motornya meliuk di tengah keramaian. Memepet sebuah bus. 

Seorang kenek Bus yang berdiri di pintu marah.

KENEK BUS

Kampret! pakai matamu!

Pengemudi motor itu mengangkat tangan tanpa menoleh. Ia terus melanjutkan perjalanan motor menyusuri jalan yang macet.

12. EXT. TEMPAT PARKIR RUKO-PAGI

Motor tadi berhenti di depan sebuah Ruko berlantai dua dengan papan nama bertuliskan "Anto & Partners Law Firm". 

Pengemudi motor itu wanita, Sylvi Wulandari, 27 tahun, tinggi semampai, cantik, seksi.

Sylvi mematikan mesin motor. Melepas helm. Dia merapikan rambutnya, mematut sebentar wajahnya di kaca spion motor.

Seorang office boy, anak muda, mendekat.

OFFICE BOY

Selamat pagi, Bu Sylvi

SYLVI

Selamat pagi, Nardi. Pak Anto dan Pak Sahat sudah datang?

OFFICE BOY

Belum, Bu.

Sylvi mengangguk ramah pada office boy itu, kemudian memasuki Ruko "Anto & Partners Law Firm".

13. INT. RUANG KANTOR LANTAI 1 ANTO & PARTNER LAW FIRM-PAGI

Sebuah ruang kantor sangat sederhana dengan dua meja dan kursi, dan di belakang meja terdapat satu file cabinet. 

Tiga orang staf wanita berdiri melihat Sylvi memasuki ruangan.

SYLVI

Selamat pagi.

Salah seorang staf itu, Lila, 20 tahun, menyapa.

LILA

Selamat pagi, Bu Sylvi

Diikuti dua staff lain yang juga ikut menyapa.

SYLVI

Bagaimana hari libur kalian?

LILA

Amazing, Bu.

SYLVI

Wow, great!

Sylvi meninggalkan lantai 1, naik ke lantai dua.

14. INT. RUANG LANTAI DUA-PAGI

Sebuah ruang diisi dengan pemanas air, peralatan minum kopi,sofa set. 

Di dinding terpampang sebuah bingkai bertuliskan "Fiat Justitia Ruat Caelum - Tegakkan keadilan walau langit akan runtuh” 

Sylvi mengganti baju dan celananya dengan baju putih, blazer dan celana kain hitam, beserta sepatu high heel. Di depan kaca, Sylvi membenahi rias wajahnya.

LELAKI (O.S.)

Selamat pagi!

SYLVI

Pagi, Pak! 

Terdengar tapak sepatu dari bawah menaiki anak tangga. 

Anto, tampan, 30 tahun, muncul dengan rambut mengkilap, rapi, dengan setelan jas dan sepatu hitam.

ANTO

Tumben kau ikut berteriak memberi salam.

SYLVI

Memang tidak boleh menyambutmu sebagai Bapak Pimpinan?

ANTO

Aneh saja bila kamu sudah menunjukkan keramahan. Pasti ada maunya. 

(beat) Sahat sudah datang?

Sylvi menggeleng.

ANTO

Dia tidak telepon?

SYLVI

Nggak, tuh.

ANTO

Tumben dia terlambat.

Tidak lama, dari luar, terdengar suara knalpot mobil butut. Anto mendekat ke jendela diikuti Sylvi.

SYLVI

Panjang umur juga dia.

ANTO

Siapa wanita yang dituntunnya itu?

Sylvi mendekatkan kepalanya ke kaca jendela. Menggedikkan bahu. 

Anto dan Sylvi meninggalkan lantai dua.

15. INT. RUANG KANTOR LANTAI 1 ANTO & PARTNER LAW FIRM-PAGI

Sahat, 27 tahun, tinggi, tampan, perlente.

Dia menuntun wanita, Bu Rola (47 tahun), memasuki ruangan. 

SAHAT

Nah, ini Bu Sylvi. Bu Sylvi, perkenalkan ini Bu Rola.

Sylvi mengulurkan tangan. Disambut uluran tangan Bu Rola dengan tak percaya diri.

SYLVI

Saya Sylvi. Silakan duduk, Bu.

ROLA

Terima kasih 

SAHAT

Bu Rola duduk di sini dulu ditemani staf lain. Kami tinggal sebentar, ya.

Sahat memberi kode dengan menengadahkan kepala. Mengajak Sylvi dan Anto ke lantai dua. 

Dia memberi perintah pada Lila.

SAHAT

Lila, kau temani ibu Rola dulu. Aku mau bicara dengan Bu Sylvi dan Pak Anto.

Sahat, Anto, Sylvi, mengangguk ke Bu Rola, kemudian menuju ke lantai dua.

Lila tersenyum ramah. Mendekati Bu Rola. 

Ibu itu semakin gemetar.

LILA

Tidak usah khawatir, Bu. 

Pak Anto dan Bu Sylvi orang baik. Kita mengobrol dulu ya, Bu.

Bu Rola duduk perlahan. Pandangannya menunduk.

16. INT.LANTAI DUA-PAGI

Setelah ketiganya berkumpul, Sahat langsung memeluk Anto. Tidak siap diperlakukan seperti itu, Anto hanya membalas menepuk pundak Sahat. 

Setelah melepas pelukannya, Sahat beralih ingin memeluk Sylvi. Tapi dengan cepat Sylvi menghindar.

SYLVI

Ada apa, sih? Kenapa pakai acara peluk-pelukan segala?

Sahat menatap Sylvi dan Anto bergantian. Ekspresi wajahnya terlihat bak orang habis menang lotere. 

SAHAT

Akhirnya, kita dapat kasus besar! Kita akan terkenal! law firm kita akan terkenal!

Sylvi melirik wajah Anto yang tetap dingin tanpa ekspresi, kemudian menoleh ke Sahat.

SYLVI

Apa maksudmu? Jangan buat kami penasaran.

SAHAT

Kalian masih ingat peristiwa penembakan itu? Yang mengakibatkan lima nyawa melayang.

SYLVI

Huh, basi! Memang ada hubungan apa kasus itu dengan acara pelukan?

Sahat mengajak dua sahabatnya itu duduk di sofa. 

ANTO

Seorang pemimpin sebuah partai, sekaligus pengusaha kaya raya, beserta tiga pengawal dan kekasihnya, meregang nyawa ditembak pemuda yang tak dikenal. Begitu besar animo masyarakat, bahkan Presiden pun menginstruksikan Kapolri untuk memberi perhatian khusus pada kasus ini. 

Semua orang tahu tentang berita itu!

SYLVI

Sidik jari pemuda itu ada di senjata. Dia juga ditembak oleh salah satu pengawal di bahunya. Semua sudah clear. Terus apa lagi?

SAHAT

Pelaku penembakan yang berinisial SN itu tidak bersedia didampingi pengacara, walaupun, pasal yang dikenakannya adalah pembunuhan berencana dengan vonis maksimal hukuman mati.

Anto dan Sylvi menatap Sahat tidak sabar.

ANTO

...Terus?

SYLVI

...Kamu belum menjawab pertanyaanku!

Sahat tersenyum. Bicaranya sengaja diperlambat.

SAHAT

Ibu itu adalah anak pemuda yang melakukan penembakan. Dan, dia ke sini meminta tolong Law firm kita untuk menangani kasus anaknya!

ANTO

Ha? Yang betul?

Sahat mengangguk mengiyakan.

Anto tersenyum lebar.

ANTO

Akhirnya ... kita dapat kasus besar. Bukan cuma kasus emak-emak yang ingin menceraikan suaminya yang selingkuh....

Bagaimana kau bisa kenal dengan Ibu itu?

SAHAT

Tiga tahun lalu, waktu aku bekerja di kantor Law Firm-ku yang lama, aku pernah menangani kasus sengketa perdata yang melibatkan saudara Ibu Rola. 

Karena saudaranya itu tidak mempunyai biaya, aku membantunya tanpa memungut honorarium sepeser pun. 

Dan ... Tuhan membalasnya sekarang. Orang yang kubantu itu muncul tadi pagi di depan rumah sambil mengantar Bu Rola.

Sylvi menatap Anto.

SYLVI

See!Tuhan tidak diam melihat ketulusan manusia. Siapa yang menabur, dia akan menuai.

ANTO

Iya, sih ... Tapi, bagaimana kantor kita bisa hidup kalau kamu sering menggratiskan jasa kita, Sylvi? Ac perlu diservis, lampu perlu dibayar, dan gaji karyawan tidak bisa dihutang.

SYLVI

Kitakan disumpah untuk membantu pihak yang lemah.

ANTO

Betul, tapi, kalau kamu terus-terusan tidak menagih fee dari klien, kita mau makan apa?

Sylvi menunjuk tulisan yang tergantung di dinding.

SYLVI

Fiat Justicia Fiat Caelum. Tegakkan keadilan walau langit akan runtuh! Kamu sendiri yang memasang tulisan itu!

Anto mematung. Sahat berdiri, mendekati Sylvi.

SAHAT

Pendapat Bang Anto ada benarnya, Syl. Profesi kita memang profesi terhormat, tapi, kalau kau selalu menggratiskan klien kita, akan kelaparanlah kita.

Sylvi berdiri, menatap Sahat dan Anto bergantian.

SYLVI

Huh! Kalian lelaki sama saja. Egois! Tak punya hati melihat orang lemah yang butuh bantuan kita.

Sylvi meninggalkan Anto dan Sahat dengan wajah cemberut

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar