Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35. LOBI APARTEMEN SYLVI-MALAM.
Suasana sepi.
Dua orang satpam menjaga pintu luar.
Seorang lelaki, memakai jaket dengan penutup kepala, masker, sarung tangan, melangkah tegap mendekati keduanya.
Sebelum satpam itu menyapa, dia mengeluarkan pistol berperedam dan menembak tepat di dahi dua satpam tadi.
Dia terus masuk mendekati tempat penerima tamu. Dan langsung menembak penerima tamu.
Pembunuh itu masuk ke elevator, menekan angka 20.
CUT TO
36. INT. SEBUAH RUMAH-SIANG.
Sylvi bermimpi:
Seorang lelaki, 30 tahunan, berdiri di depan halaman rumah. Raut wajahnya terlihat sedih.
Ia berjalan gontai meninggalkan seorang anak kecil perempuan, 5 tahunan.
Anak kecil itu melambaikan tangannya sambil menangis.
ANAK KECIL
Papa! Papa!
DISSOLVE TO
37. INT. KAMAR TIDUR SYLVI-MALAM.
Sylvi terjaga. Tubuhnya basah kuyup. Matanya basah.
Ia mendengar seseorang sedang berusaha merusak kunci pintu apartemennya.
Cepat-cepat dia bangun dari tempat tidur, mematikan semua lampu.
Sylvi menyelimuti bantal dan gulingnya, seolah-olah dia sedang tidur.
Tepat saat pintu apartemennya berhasil dibobol, gadis itu beranjak ke dapur mencari pisau, kemudian bersembunyi di belakang sofa.
Pembunuh itu mengenakan kaca mata infra merah, mengendap masuk ke kamar Sylvi. Dia menembak bantal dan guling yang menyerupai Sylvi yang sedang tidur.
Sylvi melompat menerkam pembunuh itu sambil menghujamkan pisau di tangannya ke tangan pembunuh. Pistol terlepas.
Terjadi perkelahian. Pisau di tangan Sylvi pun terlepas.
Si Pembunuh terlalu kuat bagi Sylvi. Sylvi berkali-kali kena pukulan dan tendangan.
Pembunuh itu berhasil menelantangkan Slyvi, meraih pisau dapur yang tergeletak di dekatnya, berusaha menancapkan pisau itu ke dada Sylvi.
Sylvi berusaha menahannya, hingga arah pisau menusuk bahunya.
Pembunuh itu menarik pisaunya dari bahu Sylvi, kemudian berusaha menancapkannya lagi tepat ke arah jantung gadis itu.
Sylvi tidak bisa menahan lagi. Dia pasrah menghadapi kematian.
Di saat yang tepat, Johan (menggunakan topi, penutup wajah) muncul, menendang sang Pembunuh, dan terus menghujani pembunuh itu dengan pukulan dan tendangan.
Pembunuh itu terjengkang.
Kesempatan itu dimanfaatkan Johan menolong Sylvi.
JOHAN
Cepat, kita tinggalkan tempat ini.
Johan membopong Sylvi yang tak bertenaga ke luar kamar.
Pembunuh itu cepat bangkit, meraih pistolnya dan mengejar Johan.
38. INT. LORONG APARTEMEN-MALAM.
Pembunuh itu menghujani Johan dengan tembakan.
Sambil membopong Sylvi, Johan menghindari terjangan peluru. Dia membawa Sylvi yang setengah sadar menuju tangga darurat.
Pembunuh itu terus mengejar.
39. INT. TANGGA DARURAT-DINI HARI.
Sayup terdengar suara sirine mobil polisi dan ambulan.
Dengan ringan Johan yang membopong Sylvi melompati tangga-tangga itu. Melayang dari anak tangga satu ke anak tangga lainnya.
Si Pembunuh terus mengejar sambil menembak.
40. INT. TEMPAT PARKIR APARTEMEN SYLVI-MALAM.
Johan menidurkan Sylvi di jok belakang.
Darah terus mengalir dari bahu Sylvi.
JOHAN
Bertahanlah, Syl. Bertahan, Lady Advocate.
Johan menghidupkan mesin mobil, memacu mobilnya.
Sang pembunuh menembak dari belakang. Peluru tembus mengenai kaca belakang.
Mobil meninggalkan tempat parkir.
TANAKA-YAKUZA
Chikusso!
(Terjemahan: Bangsat!)
CUT TO
41. EXT. JALAN RAYA-PAGI, SUBUH.
Cakrawala di ufuk timur memerah.
Mobil Johan berhenti di sebuah apotek yang masih tutup.
Dia mencongkel pintu apotek, mengambil beberapa peralatan medis dan obat, kemudian kembali ke dalam mobil.
JOHAN
Maaf, Syl. Aku harus membuka sedikit bajumu.
(meneliti luka di bahu Sylvi)
Luka tusuk di bahumu lumayan dalam. Aku harus menjahitnya.
SYLVI
(mengerang)
Cekatan Johan menjahit luka tusukan pisau di bahu Sylvi.
JOHAN
Lukamu terlalu dalam. Kamu harus mendapatkan perawatan lebih baik.
Sylvi mencengkeram lengan Johan.
SYLVI
Ke ... mana?
JOHAN
Yang pasti tidak ke rumah sakit. Aku tahu tempat yang tepat untuk merawatmu.
SYLVI
Ke na pa?....
JOHAN
Karena pembunuh itu masih mencarimu.
Sylvi menggelengkan kepala lemah.
SYLVI
Ke na pa kamu selalu hadir di saat yang tepat?
JOHAN
Aku akan ceritakan nanti setelah kamu mendapat perawatan. Sementara ini, istirahatlah dulu.
SYLVI
Kamu tadi terbang ... Kamu ... bukan alien?
JOHAN
Jangan bercanda, Sylvi. Aku manusia biasa. Bajingan bahkan. Buktinya, aku harus melanggar hukum hanya untuk mengajak wanita makan malam.
Sylvi tertawa pelan, kemudian batuk darah.
SYLVI
Terima kasih ... sudah menyelamatkan nyawaku lagi.
Johan kembali ke kemudi.
Mobil meluncur ke arah puncak.
CUT TO
42. INT. KANTOR PT. ADIGUNA-PAGI
Herman, Kusuma, dua advokat, Tanaka, Bang Rud, berkumpul.
HERMAN
Lelaki itu muncul lagi. Siapa dia? Apa tujuannya mencampuri urusan kita?
BANG RUD
Pria itu juga yang menolong advokat wanita itu kapan hari.
HERMAN
Kamu cari tahu siapa dia. Gunakan seluruh informan kita. Aparat, detektif swasta, hacker, siapa pun yang tahu tentang dia. Bayar!
BANG RUD
Baik, Tuan.
HERMAN
Satu lagi. Culik dua advokat teman si wanita itu.
KUSUMA
Tunggu! Jangan sekarang. Aku yakin kedua advokat itu saat ini sedang dalam pengawasan pihak berwajib. Biarkan mereka hingga keadaan sedikit longgar.
HERMAN
Baik. Ingat itu, Rud! Jangan ceroboh. Aku yakin media masa akan mengais berita ini. Aku tidak ingin mereka mencium hubungan peristiwa ini dengan perusahaan kita.
BANG RUD
Siap, Tuan.
KUSUMA
Sementara kita menunggu keadaan reda, aku akan mengaktifkan orang kita.
HERMAN
Maksudmu ... Pemuda itu? Bukankah itu melanggar protokol keamanan? Orang asing bertindak di Negeri Asing. Itulah kenapa selama ini kita tidak terdeteksi.
KUSUMA
Untuk kasus ini, buat pengecualian. Orang Jepang itu tidak tahu wilayah sini. Aku yakin pemuda itu bisa menemukan keberadaan wanita advokat itu, sekaligus membereskan masalah kita.
CUT TO