Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
17. INT. RUANG KANTOR MEWAH. MALAM
Lelaki, berumur 55, Herman, duduk di kursi mewah sambil memegang cerutu yang mengepul. Di depannya, seorang lelaki gemuk, Bang Rud, 40 tahunan, menundukkan kepala.
Di belakang Herman, lelaki seusia Herman, Kusuma, berdiri sambil mendekap tangan.
HERMAN
Kau yakin pemuda bodoh itu tak akan bicara?
BANG RUD
Ssa-sa-ya yakin, Tuan.
Herman menatap tajam lelaki di depannya itu. Dia mengepulkan asap dari mulutnya ke wajah Bang Rud.
Dia menoleh ke lelaki di belakangnya.
HERMAN
Bagaimana menurutmu, Kusuma?
KUSUMA
Terserah apa pun tindakanmu. Yang penting pihak Investor Jepang kita tidak terganggu.
Herman kembali mengalihkan tatapannya ke Bang Rud.
HERMAN
Kau tahu akibatnya bila rahasia ini bocor?
BANG RUD
Jangan ... khawatir ... Tuan Herman. Saya jamin semua akan aman.
HERMAN
(mendekatkan kepalanya ke telinga Bang Rud.)
Kalau sampai bocor, tubuhmu akan terkubur di dasar laut. Tidak utuh!
CUT TO
18. INT. RUANG TAHANAN POLISI-SIANG
Sylvi, Sahat, dan Bu Rola duduk bersebelahan.
Seorang petugas berseragam berdiri di depan ketiganya.
PETUGAS
Silakan tunggu. Kami akan membawa tersangka ke sini.
Petugas ke luar ruangan.
Semua diam. Hening.
Tak lama kemudian, Sion muncul dengan tangan diborgol. Bahu kanannya masih terbalut perban. Matanya merah. Acuh tak acuh melihat ke atap.
Bu Rola langsung menubruk anaknya. Menangis keras.
Sion sebentar terkejut. Kembali diam mematung.
BU ROLA
Anak bodoh! Apa yang telah kau lakukan?! Mamak rindu padamu!
SION
Mamak…
Susana hening hanya diisi tangis Bu Rola.
Sahat berdiri.
Sylvi membimbimbing Sion untuk duduk bersebelahan dengan Ibunya.
SYLVI
Sion, perkenalkan. Namaku Sylvi, dan ini Pak Sahat. Kami dari Kantor pengacara Anto & Partner.
(beat) Ibumu sudah memberi Surat Kuasa Khusus kepada kami untuk untuk mendampingimu dalam kasus ini.
Sion menatap Sylvi dan Sahat curiga.
BU ROLA
Mereka berdua orang baik. Pak Sahat ini masih satu daerah sama kita. Mereka berdua datang atas permintaan Mamak untuk membebaskan kamu.
SYLVI
Sion, seperti yang dibilang mamakmu, kami adalah para pembela yang akan mendampingimu dalam menghadapi kasus ini.
Nah, sebelum kita teruskan, aku ingin kamu membubuhkan tanda tangan di dokumen ini.
Sylvi menyodorkan Surat Kuasa Khusus dan bolpoin.
Pemuda itu tidak merespon.
Dia melirik Sylvi dan Sahat dengan ujung matanya, kemudian menggeleng.
SYLVI
Kenapa Sion?
SAHAT
Bah! kau akan dihukum mati! Mamak kamu jauh-jauh dari desa ke Jakarta minta tolong sama aku supaya bisa membelamu. Tapi kamu tolak? Macam apa pula kau ini?!
Sylvi mendelik ke Sahat.
SYLVI
Sion, kami tidak bisa membantumu bila kamu tidak menandatangani Surat Kuasa ini. Surat ini menunjukkan bahwa kamu mempercayai kami untuk membantumu, membelamu,dan berusaha membebaskanmu jika kamu memang tidak bersalah.
Sion menggelengkan kepala.
BU ROLA
Kk—au … anak bodoh! Kau tidak mau turuti perintah mamakmu lagikah?
Bu Silvy dan Pak sahat ini tidak dibayar. Mereka orang baik yang akan bela kau!
Mamak tak akan sanggup meneruskan hidup ini bila kehilangan kamu…
Sion menghela napas panjang.
SION
Tapi, Mamak … aku sudah janji pada Bang Rud untuk tidak mau dibela siapa pun juga. Bang Rud Juga berjanji akan membuat mamak senang, akan kasih mamak banyak hadiah.
BU ROLA
Bah! Mamak tak kenal siapa Bang Rud itu! Mamak tak mau pula terima apa pun dari dia.
...Jika kau tak bisa kembali pada Mamak...
SYLVI
Sion pernah ketemu Bang Rud sejak ditahan?
Sion menggeleng.
SAHAT
Macam apa pula kau ini! Lalu dari mana kau bisa dapat janji itu?
BU ROLA
Kasihani Mamak, Nak. Mamak ingin pulang sama kamu ke desa. Mamak berjanji tidak akan mengolokmu bodoh lagi, tak akan lagi Mamak menempelengmu. Mamak juga sudah siapkan uang untuk kamu beli kambing lagi.
SYLVI
Sion lebih takut pada Bang Rud daripada melihat mamakmu menderita seumur hidup? Melihat anak satu-satunya dihukum mati?
Tangan Sion gemetar. Dia menatap ibunya yang terus menangis.
SION
Bang Rud akan membunuhku.
SYLVI
Jangan khawatir, Sion. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Percayalah padaku.
Sion mengalihkan pandangannya ke Sylvi.
Sylvi mengangguk ketika bertemu pandang dengan Sion.
Pemuda itu meraih kertas dan bolpoin di atas meja. Jemarinya gemetar ketika membubuhkan tanda tangan di atas meterai.
19. EXT. DI LUAR KANTOR KEPOLISIAN-SIANG.
Di halaman kantor Kepolisian, Sylvi, Sahat, Bu Rola, sudah dihadang puluhan kamera dengan mic yang tersodor ke depan.
Suasana ramai, hiruk pikuk, penuh Pekerja Media.
WARTAWAN#1
Apakah benar kantor Law Firm Anda yang akan menangani kasus ini?
WARTAWAN#2
Apakah ada bukti-bukti yang bisa meringankan tersangka?
Sylvi melindungi Bu Rola dari para wartawan. Menggenggam erat tangan wanita itu, membawanya menyingkir.
Sahat memberi kode lewat kerling mata ke Sylvi untuk meninggalkan tempat.
SAHAT
Biar aku yang menangani.
Sylvi melindungi Bu Rola dari para wartawan. Menggenggam erat tangan wanita itu, membawanya menyingkir.
Sahat meminta para wartawan untuk mewawancarainya.
SAHAT
Silakan, saya yang akan memberi pernyataan.
Wartawan berbagai mass media mengerubuti Sahat.
Sylvi dan Bu Rola setengah berlari menuju mobil di tempat parkir.
Mobil yang ditumpangi Sylvi dan Bu Rola melaju cepat meninggalkan halaman kantor polisi.
CUT TO
20. EXT. DI PERKEBUNAN TEH DI LERENG GUNUNG-SORE
Pak Asep, 50 tahun, terlentang di bawa mobil traktor, sedang mengutak-atik mesin traktor.
Johan, 28 tahun, tampan, gagah, mencoba berkali-kali menghidupkan mesin traktor. Tapi mesin traktor tidak mau hidup.
PAK ASEP
Coba sekali lagi.
Johan kembali men-start. Tapi, mesin tak mau menyala.
JOHAN
(Memukul stir)
Shit!
Pak Asep bangun, tertawa lirih.
PAK ASEP
Sabar, Anak muda. Dosa apa traktor ini padamu?
JOHAN
Maaf, Pak. Hampir setengah hari kita bergulat dengan mesin ini.
PAK ASEP
Namanya juga mesin tua. Sudah waktunya istirahat. Seperti aku.
Johan turun dari traktor.
JOHAN
Kenapa Bapak tidak beli yang baru saja?
PAK ASEP
Tidak semua yang tua langsung bisa digantikan dengan yang baru. Ada saat di mana traktor ini pernah berguna bagi Bapak.
JOHAN
Tapi, kalau terus-terusan mogok begini, kan, menyusahkan juga, Pak. Setengah hari waktu kita sia-sia.
Pak Asep menepuk bahu Johan.
PAK ASEP
Tidak ada yang sia-sia di kehidupan ini. Bahkan setiap tarikan nafas kita, hakikatnya sudah ditulis oleh yang Maha Kuasa. Kita hanya menjalani saja.
JOHAN
(menengadah ke langit)
Termasuk traktor yang hari ini rusak?
PAK ASEP
Suatu hari nanti kamu akan mengerti apa yang kumaksud.
... Sudahlah, matahari sebentar lagi tenggelam. Biarkan saja traktor ini di sini. Kita balik ke rumah. Aku tidak mau melihat wajah cantik ibumu cemberut.
JOHAN
Setelah sekian puluh tahun bersama, masih saja Bapak takut sama Ibu?
Pak Asep terkekeh.
PAK ASEP
Tidak ada salahnya suami takut sama istri.
tapi, kalau sama kamu, Bapak tidak takut beradu lomba lari pulang ke rumah.
JOHAN
Bapak yakin masih sanggup berlari menaiki lereng gunung itu?
PAK ASEP
(menepuk bahu Johan)
Kamu terlalu meremehkanku, Anak muda. Ayo!
Dua lelaki beda usia itu segera berlomba berlari menaiki lereng bukit.
CUT TO
21. INT. KAMAR-PAGI
Sebuah ruang diisi beberapa layar komputer menampilkan konfigurasi program komputer.
Xavier, Pemuda 22 tahun, berkaca mata, bertubuh kurus, sedang menekuni layar komputer. Jemari pemuda itu lincah mengetuk key board.
Pemuda itu sedang berusaha meretas sebuah program.
XAVIER
Gotcha!
Xavier gembira peretasannya berhasil.
Layar komputer penuh konfigurasi hasil retasannya.
Komputer mengeluarkan suara "bip, bip, bip" disusul suara peringatan.
KOMPUTER (O.S)
You are detected hacking our satellite. Stop. It is against the law.
XAVIER
Damn it!
Xavier kembali menekuni layar.
KOMPUTER (O.S)
Within ten seconds, our security system will reveal your position. 10,9,8....
Xavier semakin konsentrasi memecahkan kode-kode yang terpampang di layar komputer.
XAVIER
(pada hitungan kelima)
Come on, come on.
Xavier berteriak sambil mengacungkan tangan ketika tepat pada hitungan kesatu, dia berhasil memecahkan kode itu.
Suara bip bip berhenti. Layar komputer dipenuhi tulisan program yang bergerak cepat.
XAVIER
Rasain, lo! Jangan pernah meremehkan hacker Indonesia!
22. EXT-RUANG ANGKASA-GELAP.
Sebuah satelit ruang angkasa berputar-putar sambil memperdengarkan lagu dangdut.
CUT TO
23. INT. KAMAR APARTEMEN SYLVI. MALAM
Sylvi semangat memukul dan menendang sansak. Peluhnya bercucuran.
Ponsel berdering. Sylvi menghentikan pukulannya, dan mengambil ponsel yang ada di meja.
MAMA (V.O.)
Akhirnya muncul juga wajah cantik anak mama di televisi.
SYLVI
Mama norak, ah.
MAMA (V.O.)
Jadi, kamu dan law firm-mu yang menangani kasus pembunuhan itu?
SYLVI
Iya, aku sudah dapat Surat Kuasa untuk membela si tersangka. Doakan Silvy ya, Ma.
MAMA (V.O.)
Tentu saja, Sayang. Tiada hari tanpa doa Mama untuk bidadari kecil mama. Sudah makan? Istirahat yang cukup, jangan keluyuran sampai malam, jauhi pergaulan yang aneh-aneh, terutama Jakarta kan…
Sylvi memotong pembicaraan Mamanya.
SYLVI
Sylvi sudah besar, Ma. Mama tidak usah khawatir. Aku bisa menjaga diri.
Sylvi mengelap keringat, menuju dapur, mengeluarkan air putih dari lemari Es, menegaknya.
SYLVI
Lagi pula, mana ada laki-laki kurang ajar yang berani mengganggu gadis mama ini, sih?
MAMA (V.O.)
Iya, tapi, selama kamu masih jomblo, kamu tetap bidadari kecil mama.
SYLVI
Iya deh. Selamanya Silvy akan menjadi bidadari kecil mama. Walau suatu hari nanti sudah nggak jomblo pun.
MAMA (V.O.)
(tertawa terbahak.)
Salam buat Sahat, ya
SYLVI
Iya, nanti aku salamkan.
MAMA (V.O.)
Kamu betul nggak mau jadian sama Sahat? Anak tampan dan baik hati lho dia...
SYLVI
Udahan ya, Ma. Mau kerjakan tugas lagi, nih.
...Bye, Ma. I love you.
Sylvi menutup telepon, kembali melancarkan pukulan dan tendangan ke sansak. Kali ini semakin keras.
CUT TO