Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ketika Aku Tidur Script
Suka
Favorit
Bagikan
7. 7 - Lokasi Kejadian

40 INT. RUANG TAMU — PAGI

Cast : Junior dan Aprilia.

Aprilia selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk, berjalan ke ruang tamu namun ada yang janggal di sofanya yang kita tahu itu Junior sedang tidur nyenyak disana.

Aprilia mengambil payung yang kebetulan berada di dekatnya. Ia berjalan mengendap-endap dan saat akan memukulkan payung itu, pergerakannya terhenti.

APRILIA

Junior? (terkejut lalu menjatuhkan payung yang dipegangnya)

Junior masih nyaman tertidur di atas sofa sesekali meringis karena kakinya masih sakit.

APRILIA

Jadi kamu datang. (tersenyum kemudian menggeleng cepat dan bergegas ke dapur untuk memasak)

Jam menunjukkan pukul tujuh tapi Junior masih tidur membuat Aprilia kesal melihatnya.

APRILIA (VO)

(memperhatikan Junior) Apa aku harus bangunin dia?

Aprilia menggeleng ragu lagipula ia merasa kasihan Junior datang dan mengalami bencana di jalan. Tanpa Aprilia sadari Junior terbangun karena sudah mendengar suara pintu tertutup. Setelah dipastikan agak jauh Junior membuntutinya diam-diam.

41 EXT. PINGGIR JALAN – SIANG

Cast : Junior dan Aprilia.

Junior terus mengikuti Aprilia dari belakang. Ia masih khawatir terjadi sesuatu pada Aprilia kalau keluar sendiri. Junior juga tidak tahu kenapa Aprilia jalan-jalan tapi dipinggir jalan dan mengabaikan lututnya terasa sakit lagi.

JUNIOR

(meringis) Berhenti pril, kaki gue sakit nih!

Junior tidak boleh kehilangan jejak Aprilia tapi sesekali berhenti.

Aprilia terus berjalan sesuai tujuannya yaitu tempat kejadian kecelakaan kakek-kakek kemudian berakhir dirinya ketiduran di bangku taman. Ia masih aneh dengan peristiwa itu dan sekarang waktunya ia untuk menyelidikinya sendirian.

APRILIA

Kayaknya ini jalannya tapi kok beda sih? apa karena waktu itu ke-sorean jadi tempatnya berubah?

Aprilia menatap sekelilingnya yang ternyata memang sebuah jalan yang tidak terlalu dipadati kendaraan. Apalagi jalan yang memang tempat Kakek kecelakaan tidak ada apapun yang melintas.

APRILIA

Kok makin aneh ya? (kebingungan dan menatap sebrang jalan secara bergantian)

Namun, Aprilia tetap berjalan pergi ke jalan yang di yakini tempat kejadian kecelakaan waktu itu.

APRILIA

Disini nggak ada kendaraan atau orang lewat gitu? tapi kok bisa-bisanya ada kakek kecelakaan tapi nggak kelihatan? aneh..

Aprilia makin tidak mengerti lalu Junior kehilangan jejak Aprilia pergi membuatnya mendengkus kesal. Ia menendang batu kecil didepannya yang akhirnya memantul ke dahinya

Junior mengumpat merasakan sesuatu yang basah dahinya. Ia merabanya dan ternyata darah terlihat di telapak tangannya.

JUNIOR

Perasaan gue nendang batu ke depan kok mantul ke dahi gue, ada trampolin kali ya disekitar sini? (memegang dahinya)

JUNIOR

Aprilia kemana lagi, bisa-bisanya dia ninggalin gue, apa dia tahu gue ngikutin dia ah... tapi mana mungkin dia kan nggak tahu gue ngikutin

JUNIOR (CONT'D)

(berdecak sambil melihat sekelilingnya)

Pril, Lo dimana sih?

Junior kembali berjalan, tiba-tiba Aprilia muncul begitu saja di depannya membuat Junior terjungkal ke belakang.

APRILIA

Junior kamu ngapain tiduran di jalan kamu diusir dari rumah? (berjongkok membantu Junior berdiri lalu duduk di pinggir jalan yang sepi dari orang-orang)

JUNIOR

Lo dari mana tadi?

APRILIA

Dari jalan sana, memang kamu nggak lihat?

JUNIOR

(mengernyitkan dahi) Maksud lo?

APRILIA

Kamu nggak lihat aku aku muncul dari jalan satunya disana! (menunjuk sebrang jalan)

JUNIOR

Mana pril? jelas-jelas disana cuma pohon.

APRILIA

Pohon?

Junior mengangguk.

APRILIA

Jelas-jelas jalan kok!

JUNIOR

Pohon!

APRILIA

Terserah kamu.. (melihat ke dahi Junior)

APRILIA (CONT'D)

(panik) Astaga! dahi kamu kenapa bisa berdarah?

JUNIOR

Kepentok batu.

APRILIA

Kamu kok nggak hati-hati sih, ayo berdiri!

JUNIOR

(bingung menatap Aprilia yang sudah berdiri)

Kemana?

Aprilia tidak menjawab lalu memapah Junior pergi.

42 EXT. WARUNG – SIANG

Cast : Ibu penjaga warung, Junior, dan Aprilia.

Aprilia memapah Junior ke warung terdekat lalu memesan obat disana sekalian air hangat, si ibu warung tentu saja berbaik hati menyediakan.

APRILIA

(membersihkan luka di dahi Junior)

Sakit?

JUNIOR

Lumayanlah.

APRILIA

Kamu habis kecelakaan motor kan?

Junior mengangguk.

APRILIA

Dan kamu ngikutin aku?

Junior tersenyum dan mengangguk lagi.

Aprilia menghela napas dan menempelkan plester ke dahi junior.

APRILIA

Kalau sakit istirahat di rumah Jun kan...

JUNIOR

Gue khawatir sama lo

Aprilia terdiam.

JUNIOR

Baper ya?

APRILIA

Nggak, enak aja aku nggak mungkin baper sama cowok kayak kamu, (memalingkan wajah sambil menahan senyum)

Junior tersenyum tipis lalu mengambil tangan Aprilia kemudian menggenggamnya. Aprilia tersentak lalu menoleh ke tangan kemudian wajah Junior yang masih tersenyum.

APRILIA (VO)

Jangan senyum Jun! nanti aku makin baper...

JUNIOR (CONT'D)

Pril!

Aprilia berdeham ia merasa canggung, tegang dan malu secara bersamaan.

JUNIOR

Lo suka sama gue?

Aprilia melotot melepaskan tangannya dari genggaman Junior dengan cepat.

JUNIOR

Kenapa pril lo takut sama gue?

APRILIA

(gugup) Ng..nggak ak..aku nggak takut.

JUNIOR

Terus kenapa?

APRILIA

Nggak papa, aku cuma malu dilihat ibu warung.

JUNIOR

(mendekat lalu berbisik di telinga Aprilia)

Ibunya di dalam, lagipula nggak ada orang selain kita disekitar sini.

APRILIA

(mendorong Junior menjauh)

Ih Junior jangan becanda!

Junior hanya terkekeh melihat Aprilia yang meneguk air botol di sampingnya dengan rakus.

43 EXT. PINGGIR JALAN – SIANG

Cast : Junior dan Aprilia.

Junior dan Aprilia kembali ke tempat tadi bertemu. Aprilia sesekali berhenti berjalan karena memapah Junior itu cukup berat.

APRILIA

(khawatir) Mending kita pulang aja, kamu kan lagi sakit.

JUNIOR

Nggak pril, gue penasaran lo datang kesini buat apa, ayo lanjut!

APRILIA

Tapi...

JUNIOR

Pril ini udah jauh terus bentar lagi sampai masa putar balik lagi sia-sia dong.

APRILIA

Yaudah... ayo!

Aprilia kembali memapah Junior.

JUNIOR

Bentar, ini mau kemana?

APRILIA

Ke jalan depan, disana tempatnya.

JUNIOR

(mengerjapkan mata beberapa kali) Kok gue nggak lihat apapun? apa mata gue rabun, tapi rabunnya kok siang-siang ya?

APRILIA

Kamu ikut aja jangan banyak ngomong, diem!

Junior memperagakan mulutnya dikunci menggunakan tangan yang terbebas. Aprilia mengangguk setuju.

Junior makin kebingungan karena awalnya ia beranggapan bahwa Aprilia mengerjainya ternyata memang ada sebrang jalan dan suasananya terasa senyap.

APRILIA

Kamu duduk disini, aku mau cari sesuatu.

JUNIOR

Gue juga.

APRILIA

Tapi kaki kamu...

JUNIOR

Selama ada lo di samping gue, gue maju.

APRILIA

(membiarkan Junior berdiri sendiri) Tapi jalan sendiri.

Junior terjatuh begitu saja dan mengaduh kesakitan tanpa Aprilia pedulikan.

JUNIOR

Pril bantuin gue!

APRILIA

(melengos pergi) Jalan aja sendiri!

JUNIOR

(wajahnya terlihat kesal)

Awas ya lo!

APRILIA

Nggak takut, aku nggak nggak lihat.

Junior berdecak sembari memijat lututnya yang bertambah sakit gara-gara dua kali terjatuh. Sementara Aprilia memperhatikan detail jalan sampai pinggir-pinggirnya memastikan ada sesuatu hal yang ditinggalkan, apapun itu.

JUNIOR

Sembuh lah kaki... sembuh lah... (mengucapkan seperti mantra sambil memijat lututnya)

Junior bangkit tapi kembali terduduk dan tangannya mengenai sebuah kalung berbandul mawar merah.

JUNIOR (CONT'D)

(meneliti kalung)

Kalung siapa nih? kalau Aprilia nggak mungkin, soalnya gue belum pernah lihat dia pake kalung.

Aprilia duduk di sebelah Junior. Dia sama sekali tidak menemukan apapun.

JUNIOR

Kenapa wajah lo cemberut?

APRILIA

Aku nggak cemberut kamu kali yang dari tadi ngedumel terus karena nggak bisa jalan.

JUNIOR

Ya, ya, lo benar gue selalu salah. Nih! (menyodorkan kalung ke arah Aprilia)

APRILIA

(mengernyit heran) Apa?

JUNIOR

Kalung.

APRILIA

Terus? (makin bingung)

JUNIOR

(tersenyum) Buat lo, gue nemu barusan.

APRILIA

Kalung siapa? nggak mau mending kamu balikin ke yang punya.

JUNIOR

Mana gue tahu Aprilia kan gue bilang nemu barusan, nih! Lo simpen aja siapa tahu nanti ada yang nyari terus nelpon lo.

Junior memberikan kalung itu ke tangan Aprilia secara paksa.

APRILIA

Kenapa di kasih ke aku kamu balikin lah ke pemiliknya? (memberikan kembali kalung ke tangan Junior)

JUNIOR

(memegang tangan Aprilia agar kalungnya tidak diberikan kepadanya lagi) Lo aja yang simpen.

Dan secara tiba-tiba kalung itu sudah terpakai di leher Aprilia.

JUNIOR

Kalungnya kemana, pril?

Seketika keduanya panik mencari keberadaan kalung itu tapi tidak ketemu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar