Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Justice for Rose (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
13. Sequence #7 ROSSA : AKU HARAP INI HANYA MIMPI

53. INT_LOBI RUMAH SAKIT_NIGHT

CAST : HESTI, ROSSA

Hesti keluar terburu-buru, Rossa segera mengejarnya dan menghentikannya. Hesti menangis, memegang ponselnya yang terus ditempelkan di telinga.

Hesti berusaha menghubungi siapapun yang bisa dihubungi untuk mengetahui keadaan Nala. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Hesti semakin panik, Rossa mencoba menenangkannya.

Rosa menerima telepon dari Tiara.

          

ROSSA

Ada apa? (Cetus)

TIARA (CONT’D)

Saya…(Ragu)mmm… Nala bersama saya. Saya ingin menyampaikan itu supaya kalian tidak begitu mengkhawatirkannya.

ROSSA

Nala?

HESTI

Siapa, hah? dimana Nala?

Rossa menatap Hesti.

ROSSA

Rumah Tiara.

Hesti segera merebut HP Rossa.

HESTI

Apa yang kamu lakukan pada anakku? Tidak cukup menyebarkan berita tentang suamiku? Kenapa kamu melakukan ini padaku?! (membentak)

INTERCUT WITH :

54. INT_KAMAR TIARA_NIGHT

CAST : TIARA

Di meja belajar Tiara terus mengetukan jarinya di kotak music yang kini berputar terlihat seorang wanita di sana.

Sementara tangan kirinya masih mengenggam HP dan terdengar suara Hesi yang membentaknya.

HESTI (OS)(CONT’D)

Kenapa kamu menghancurkan keluargaku? Dimana kamu sekarang? aku akan menysul Nala kesana!

Tiara tak bisa menjawab apapun, ia hanya meneteskan air mata.

INTERCUT WITH :

55. INT_LOBI RUMAH SAKIT_NIGHT

CAST : HESTI, ROSSA

Rossa mencoba menenangkan Hesti dan merebut teleponnya.

ROSSA

Cukup, Hes!

HESTI

Anterin aku ke sana sekarang juga! Aku mau menjeputnya sekarang!

56. INT_LORONG RUMAH SAKIT_NIGHT

CAST : HESTI, ROSSA

Hesti dan Rossa duduk di bangku lorong rumah sakit, depan ruang rawat inap antara Ibu mertuanya juga Mawar.

Hesti masih menangis, ia mengusap wajahnya.

HESTI

Hanya sehari saja aku dihadapin masalah seperti ini, aku sampai melupakan anakku. (Terisak)

ROSSA

(mengembuskan nafas kesal) meskipun aku membencimu, tapi aku peduli dengan anak-anakmu. Kamu harus melahirkan anak keduamu dengan selamat.

HESTI

Kamu peduli? Lalu apa tadi siang kamu membentakku. (merengek) rasanya sampai membuat perutku mules.

ROSSA

Aish! Itu karena selain ga punya otak kamu ga punya hati. (kesal)

HESTI

Maaf. (ragu) secara resmi aku minta maaf padamu, Ros. Sungguh aku tidak pernah berfikir suamiku melakukan itu. (kembali menangis)

ROSSA

Apa kamu pikir aku berfikir seperti itu? Aku bahkan selalu berfikir ini mimpi. Aku selalu berharap bangun dari mimpi buruk ini. (Ikut menangis)

Rossa mencoba mencubit punggung tangan Hesti.

HESTI

Awh!

ROSSA (CONT’D)

Sakit kan, hah? jadi ini bukan mimpi. (Menangis juga diiringi tawa.)

Hesti ikut menyubit tangan Rossa.

HESTI

Bilang saja kamu ingin mencubitku karena kesal. Aku tidak akan marah, bahkan kalau mau memukulku aku tidak akan marah. Ish! ga perlu alasan ini mimpi atau bukan.

Keduanya tertawa dengan sisa isak tangisnya.

57. INT_RAWAT INAP NENEK_DAY

CAST : ARYO, NENEK

Aryo duduk di kursi dengan menggenggam tangan Ibunya.

ARYO

Ibu, katakana apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika ibu berada di posisi Rossa, apa yang akan ibu lakukan?

Ibu Aryo hanya meneteskan air mata.

ARYO (CONT'D)

Seperti ibu yang mengkhawtirkan anaknya, maka aku juga ayah yang mengkhawatirkan putrinya. Mawar juga cucuk ibu, darah dagingku, yang sama-sama memiliki darah ibu. (beat) keadilan tetap harus ditegakkan, Bu. Jika ibu bisa merasakan kekhawiran tentang anak, maka putriku sudah tidak bisa memiliki hal itu. Dia sekarang tidak memiliki harapan untuk punya keturunan. Ibu seorang perempuan, putriku juga perempuan ibu pasti jauh lebih mengerti perasaan itu, Bu. Aku tidak bisa memilih antara ibu atau putriku. Aku mohon jangan membuatku memilih, Bu. Aku ingin ibu terus hidup. Begitu juga putriku. Kumohon!

Ibu Aryo hanya mengusap kepala Aryo, dan mengangguk memberi restu.

58. INT_LORONG RUMAH SAKIT_DAY

CAST : HESTI, ARYO.

Aryo keluar dari rawat inap ibunya. Lalu ia melihat Hesti.

Aryo melirik Hesti namun segera mengalihkan pandangan.

Hesti mengentikan langkah Aryo.

HESTI

Aryo.

Aryo melihatnya.

Hesti mengambil sebuah tisu bekas darah yang pernah ia lihat, di tong sampah.

HESTI

Aku nemuin sehari setelah kejadian itu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar