Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
34. INT_KELAS NALA_DAY
CAST : NALA
Nala melihat meja Mawar kosong, ia tampak kesepian.
Ia melanjutkan menulis.
35. EXT_HALAMAN SEKOLAH NALA_DAY
CAST : NALA, TIARA
Bel sekolah berbunyi.
Seluruh siswa keluar kelas dengan ceria. Namun Nala terlihat murung.
Nala terlihat menunggu ibunya.
Tiara mendatanginya.
Nala mencoba melihatnya dari atas sampai bawah.
TIARA
Hai Nala!
NALA
Kakak siapa?
36. INT_RUANG TUNGGU_DAY
CAST : ROSSA, HESTI
Hesti dan Rossa duduk di bangku lorong rumah sakit.
ROSSA
Di mana Nala?
HESTI
Aku minta Ibu menjemputnya.
ROSSA
Jangan bilang kamu memberi tahu apa yang terjadi dengan Mawar (cemas)
HESTI
Tentu saja tidak… kamu pikir aku sebodoh itu hah?
Rossa hanya berdecak dan meliriknya kesal.
HESTI (CONT’D)
Anu… soal itu (ragu) Bagaimana kalau Nala yang melakukannya?
ROSSA
Apa? (mendengus kesal) aku tahu kamu bodoh. Tapi bukan berarti kamu gila. (beat) bagaimana kamu mencurigai anak sepolos itu menjadi pelakunya?
HESTI
Itu karena kamu mengatakan Nala sudah dewasa. Dia mengerti sendiri tanpa perlu bertanya. Makanya aku jadi kepikiran.
ROSSA
Ish! pikiran yang enggak masuk akal.
HESTI
Mereka juga sering tidur bareng. (beat) ya ampun! Aku khawatir.
Rossa mendengus kesal.
HESTI (CONT’D)
Ros? Sebenarnya aku menemukan ini… (Ragu)
Hesti mengeluarkan kaos kaki Mawar.
HESTI (CONT’D)
Aku lihat itu di bawah sofa ruang keluarga. Karena perutku sudah besar aku minta suamiku mengambilkannya dan saat aku lihat, Oh my god (bereaksi lebay) kaos kaki ini penuh darah. Aku berniat memberikan ini langsung tapi suamiku bilang kamu pasti akan trauma jika melihatnya. Makanya aku cuci dulu.
ROSSA
Kamu mencucinya?
37. EXT_TAMAN_DAY
CAST : TIARA, NALA
Mereka duduk bersama, Nala mengayunkan kakinya.
Tiara membuka es krim dan memberikannya pada Nala.
NALA
Nala benci es krim.
TIARA
Kenapa?
Nala hanya menggelengkan kepalanya.
Tiara menarik es krim dari hadapannya Nala.
TIARA (CONT’D)
Nala, enggak mau cerita apapun sama kakak?
Nala kembali menggelengkan kepala.
TIARA
Nala takut ya?
Nala mengangguk lalu mulai menangis.
TIARA
Mawar butuh bantuan kakak, tapi kakak juga butuh bantuan Nala. Tapi Kakak juga janji kakak bakal lindungin Nala, jadi Nala ga perlu takut.
Nala masih menggeleng dan menangis. Ia menghapus air matanya lalu mengambil boneka Princess aurora.
NALA
Mawar selalu berbicara sama boneka itu. Aku selalu kesal karena itu aneh. Sebelum Mawar sakit aku menyembunyikan boneka itu.
Tiara memandang Boneka itu.
38. INT_LORONG RUMAH SAKIT_DAY
CAST : TIARA, ARYO
Tiara berlari, ia melihat Aryo yang membawa beberapa barang milik Mawar.
Tiara tampak terengah-engah.
TIARA
Pak, saya Tiara murid Bu Rossa. Ini tadi saya ketemu Nala. Dia ngasih ini.
Tiara memberikan boneka. Princess Aurora.
39. INT_RAWAT INAP MAWAR_NIGHT
CAST : MAWAR
Mawar meringkuk di brankar rumah sakit, ia menangis terisak. Ia memeluk boneka aurora dengan erat.
MAWAR
Mawar tidak tahu lagi apa yang harus mawar lakukan. Mawar sangat kesepian, Mawar benci mamah karena kata mamah keluarga boleh mencium mawar. Mawar ngijinin orang itu mencium Mawar. Mawar juga benci papah karena papah mirip dengannya. Mawar benci diri Mawar, karena Mawar sedarah dengan mereka. (Beat) Saat Mawar Tanya papah, kenapa orang yang bernama Mawar itu bunuh diri setelah diperkosa? Papah tidak sempat menjawabnya, tapi sekarang Mawar tahu kenapa. Karena dulu Mawar takut mati, tapi sekarang Mawar justru takut hidup. (beat)
40. INT_KAMAR TIARA_NIGHT
CAST : TIARA
Tiara sedang duduk di ruang belajarnya, ia terlihat mengenakan headset.
Di depannya terlihat foto masa kecilnya bersama laki-laki yang lebih tua darinya terlihat berusia 20 tahun. Sedangkan Tiara terlihat usia 13 Tahunan.
MAWAR (OS)(CONT’D)
Kalau keluarga sendiri saja melakukan itu, lalu siapa yang bisa Mawar percaya selanjutnya. Mah, Pah, kenapa Mawar dilahirkan di keluarga yang seperti itu?
Kenapa Om Arman melakukan ini sama Mawar, padahal Mawar keponakan Om sendiri. (Beat) Bagaimana kalau Mawar punya Anak? Mawar masih anak-anak, Om juga mau punya bayi lagi. (Menangis)
Tiara menjatuhkan pulpen yang digenggamnya, saat itu pula air matanya jatuh menetes.
Ia mulai menangis terisak.