Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Sebuah kertas yang terlipat-lipat dijatuhkan dari dalam mobil oleh seorang laki-laki. Bunga membawa kertas itu.
"Pergilah, Ndhuk! Bukannya kamu ingin bertemu Ayahmu?" "Terus Simbok kepripon?" "Simbok ingin kamu bertemu Ayahmu. Iki uwes waktune." "Bundamu, pasti bahagia di sana." Simbok berbisik.
Gadis itu kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Meninggalkan kota pelajar yang ia tempati selama ini, untuk mengikuti lowongan kerja pada lembaran kertas yang dijatuhkan laki-laki misterius itu. Akankah rezeki itu untuk Bunga? Ia harus mencobanya. Kemauannya yang bersikeras mencari keberadaan sang Ayah. Membuatnya semakin ingin melakukan.
Premis
Seorang gadis yang bersikeras mencari keberadaan ayahnya dengan merantau ke Jakarta, dan melewati kejanggalan-kejanggalan yang ada di sekitarnya.
Pengenalan Tokoh
Mengisahkan perjalanan Bunga Setyawati (19) yang berkeinginan mencari keberadaan sang Ayah-Setyo. Gadis yang tinggal di kota pelajar dan menjadi pedagang bakso keliling itu, sebelumnya telah menerima sebuah kertas berisi lowongan kerja yang dilemparkan oleh laki-laki misterius dari dalam mobil. Ia kemudian memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mengikuti lowongan kerja itu. Yang Bunga tahu selama ini, ia hanya tinggal bersama Simboknya, Mbok Yah (67), yang pernah menjadi asisten rumah tangga Bundanya. Semenjak Bunda-Andirawati (25)-meninggal, Simbok membawa Bunga kecil (2) tinggal di rumah sederhana pinggiran selokan. Cerita lain Bunga tak bisa mendapatkannya, Simbok pernah berkata akan begitu sedih jika Bunga masih memaksa, alasan kenapa ia harus berpisah dengan Ayahnya. Hanya menurut Mbok Yah, tak ada pilihan lain saat itu, Bunga memang harus berpisah. Kemauannya yang bersikeras untuk terus mencari keberadaan sang Ayah itulah, yang membuat Bunga harus mencoba mengikuti lowongan pekerjaannya. Pesan lain yang didapatnya dari Simbok, karena rumah Pak Aji (44)-pemilik rumah di lowongan-adalah tempat tinggalnya dulu ketika di Jakarta. Barangkali Bunga bisa menemukan petunjuk karena itu. Bunga harus mencobanya, kejanggalan-kejanggalan sudah seperti ia rasa disekitarnya. Setibanya di sana, rumah itu hanya berdua penghuni, Pak Aji sendiri dan putrinya Sasa (18), serta beberapa pekerja rumah lainnya tapi di rumah belakang. Untuk Bunga sendiri, ia tinggal bersama Pak Aji dan Sasa di rumah utama. Bahkan yang mengejutkan lagi, Bunga tak melakukan pekerjaan rumah seperti yang ia kira. Bersih-bersih ruang tengah dan kamarnya sendiri, mempersiapkan makanan sekaligus ikut makan di ruang makan, menjaga ikan kesayangan Pak Aji, itulah beberapa tugas yang disebut Pak Aji, sebagai pekerjaan Bunga. Tentu Bunga menaruh curiga untuk itu. Kejanggalan semakin ia rasa. Sepeninggalan Bunga, Mbok Yah jatuh sakit dan harus menjalani masa kritisnya. Dalam mimpinya, masa lalu terus saja mendatangi perempuan renta itu. Melihat wanita yang selalu tak dianggap oleh suaminya, mendengar isak tangis wanita muda itu dalam kediaman. Mbok Yah, melihatnya, bahkan dalam detik-detik kematian Andirawati, wanita malang yang harus meninggalkan putri kecil. Lalu meminta Mbok Yah menjaganya sepenuh hati. Dalam keadaan lemahnya, Mbok Yah terbangun dan mengingat Bunga yang mendatangi rumahnya dulu lagi. Di rumah Pak Aji, Bunga yang semakin penasaran bermaksud menemui Pak Aji, menanyakan maksud, juga yang berkaitan dengan tujuan utamanya, apakah Pak Aji mengetahui sesuatu mengenai rumahnya sebelumnya? Namun, yang di dapat Bunga justru kelu dan tak mendapatkan kata keluar dari mulutnya, ketika Pak Aji telah membukakan pintu ruang kerjanya, Bunga justru terdiam mematung. Detak yang berbeda ketika berhadapan dan bertatap penuh dengan laki-laki itu yang juga ia rasakan. Usaha lain dengan menanyakan pada Sasa, juga pupus setelah Sasa yang tak tahu bagaimana asal-usul rumahnya dulu, sebab ia sendiri sudah tinggal sedari kecil. Tentu tak puas sampai itu, Bunga bertekad mencari tahu semuanya sendiri. Pergi ke gudang, dan ia menemukan suatu kumpulan surat, tapi belum sempat membukanya Pak Aji datang. Bunga kembali gagal. Saat ia merasa Pak Aji tengah pergi, Bunga masuk ke ruang kerjanya. Ditengah kebingungannya, Bunga segera mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan. Bersamaan dengan itu, Mbok Yah yang sempat pulang rumah kembali ke rumah sakit dan menjalani masa kritis lagi, juga masa lalu itu yang terus saja datang pada mimpi. Mbok Yah masih melihat langkah terakhirnya meninggalkan rumah itu, bahkan dengan suami Andirawati yang berbahagia dengan istri keduanya dan anak mereka. Mbok Yah tak memedulikan itu, harapan untuk memulai hidup baru bersama cucunya menjadi semangatnya saat itu. Kemudian pada pencarian Bunga, yang ia temukan begitu mengejutkan, yaitu bingkai fotonya dahulu dan Bunda. Saat itu juga Pak Aji datang, Bunga menanyakan semua. Namun, tetaplah Bunga tak mendapatkannya. Jawaban diam Pak Aji setelah Bunga menanyakan keberadaan Ayahnya yang masih hidup atau tidak. Cukup meremuk redamkan hatinya saat itu. Di tengah kegagalan Bunga yang tak bisa tahu siapa Pak Aji dan alasan mengizinkan tinggal bersama, ia kemudian menerima panggilan dari Bowo (23), bahwa Mbok Yah yang kritis kembali di rumah sakit. Dengan tak berdaya, Bunga kembali ke Jogja. Juga Mbok Yah yang kemudian meninggal. Bunga semakin tak berdaya, benarkah ia kini sendiri; tak punya keluarga, atau sayap ke surga yang utuh? Ia hanya larut pada rumah batu bata dan kenangannya bersama Simbok. Hingga Bunga menemukan surat dari kamar Mbok Yah. Bertuliskan permohonan maaf telah memisahkan Bunga dengan Ayahnya. Juga ucapan terima kasih, karena Bunga telah menjadi mutiara yang bertahan dengan tempaan keadaan yang sederhana, tak memaksa Mbok Yah mengatakan siapa dan kenapa berpisah dengan Ayahnya. Sebab, karena orang itu, Mbok Yah pula tak ingin mengenalnya lagi. Pada ketidakberdayaan Bunga, masih ada tatapan yang sama seperti sebelumnya, memerhatikan Bunga di kesembunyian. Itulah Setyo Aji, Ayah Bunga yang menyembunyikan statusnya.