Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Imperfect Family
Suka
Favorit
Bagikan
14. 14. Akal Sehat

ACT 3


78. INT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - RUANG PERAWATAN - PAGI

TIGA HARI KEMUDIAN

Kita melihat Devan yang duduk di atas ranjang. Matanya tampak kosong menatap ke depan. 

Aruna datang dan meletakkan nampan yang berisi segelas air mineral dan sebutir pil.


ARUNA

Minum obat dulu, ya, Van. 


Aruna ingin memberikan pil itu kepada Devan. Namun, tampak ragu, hingga akhirnya meletakkan kembali pil tersebut di atas nampan.

Aruna duduk di samping Devan. Menggenggam tangan kiri Devan.


ARUNA

(sedih)

Van, mau sampai kapan lo kayak gini?
Lo enggak kangen sama nyokap lo?
Nyokap lo masuk rumah sakit dan pengen ketemu sama lo

(beat)

Lo harus sadar, Van.
Lo harus sembuh!


Aruna terisak, dia tertunduk.


ARUNA

(bergetar)

Lusa gue harus pergi.
(more)


Kembali menatap Devan.


ARUNA (CONT’D)

Gue mau ambil gelar Doctor di Singapur.

(beat)

Sebenernya gue enggak mau ninggalin lo dalam kondisi masih kayak gini.
Tapi, gue juga enggak bisa ninggalin impian gue buat dapet gelar Doctor.
Sebelum gue pergi, gue mau lo bangkit, Van.
Gue mau lo bisa nerima semua yang udah terjadi.


Aruna semakin erat menggenggam tangan Devan.


ARUNA (CONT’D)

Van, gue juga mau jujur ke lo.
Gue udah memendam perasaan ini cukup lama, dan sekarang gue mau lo tau, Van.
Kalau gue …

(beat)

Gue sayang sama lo, Van.


Kita melihat Devan bereaksi. Dia tersenyum menatap dinding di depannya.


DEVAN

Lusi.


Devan tampak seakan melihat sesuatu di depannya.


DEVAN (CONT’D)

Dara.
Yoyok.


Aruna mengelap air matanya dengan tangan, lalu bangkit dan menatap sendu Devan. Aruna memilih pergi.


CUT TO:


79. INT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - RUANG PERAWATAN - MALAM

Tampak jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Aruna tertidur di samping ranjang Devan. 

Kita melihat Devan tidur dengan gelisah di atas ranjangnya. Keringat mengucur dan napasnya memburu cepat. 


INSERT : Beberapa QUICK CUTS memori Devan yang tak beraturan

  1. Devan (5) tertawa bahagia bersama Lusi. Mereka bermain lari-larian dengan ceria
  2. Devan sedih saat melihat banyak peziarah yang datang ke rumah gadis itu.
  3. Devan (18) melihat Aruna yang selalu tersenyum dan merawatnya.
  4. Devan (16) dirundung oleh teman-teman sekolahnya.
  5. Devan (5) kerap kali dipukuli oleh Bagas, yang selalu dibela oleh Ayu.
  6. Devan melihat Bagas memukul Ayu, lalu menancapkan gunting ke perut Bagas.


Devan terbangun dari mimpi buruknya.


DEVAN

AYAAAHH!


Aruna terkejut dan terbangun.


ARUNA

Devan?
Lo enggak apa-apa?


Napas Devan masih memburu cepat. Dia menoleh ke samping.


DEVAN

A-Aruna.


Aruna CLOSE — Aruna tampak takjub. 


ARUNA

V-van, lo inget siapa gue?


Devan mengangguk, yang kemudian menangis.


DEVAN

Gu-gue udah membunuh ayah gue.


Aruna duduk di ranjang Devan dan menenangkannya.


ARUNA

Van, lo harus tenang.


Devan menggeleng sambil terisak.


DEVAN

Gue udah inget semuanya.


Profesor Dito datang dan menghampiri.


DEVAN

(ke Aruna)

Bukan mamah yang bunuh ayah, tapi gue!
Itu karena gue enggak suka ayah nyakitin mamah.


Aruna CLOSE — Aruna menatap Prof. Dito.


PROFESOR DITO

Lalu, bagaimana dengan Lusi, Dara, dan Yoyok?


DEVAN

(ke Prof. Dito)

Lusi masa lalu saya.
Dara dan Yoyok enggak pernah ada, mereka teman khayalan saya yang selalu ada di saat saya merasa kesepian.


Aruna tampak terharu dan refleks memeluk Devan saat melihat Devan yang telah pulih.


ARUNA

(menangis bahagia)

Gue seneng banget kalau lo udah mau nerima semua yang udah terjadi, Van.


DEVAN

(membalas pelukan Aruna)

Makasih. 
Makasih karena selama ini lo udah mau ngerawat gue, Na.
Makasih, karena selama ini lo udah membantu gue di saat enggak ada orang lain yang mau.


Aruna melepas pelukannya, dia menggeleng.


ARUNA

Seharusnya lo berterima kasih ke nyokap lo, Van.


Profesor Dito tampak tersenyum bahagia.


PROFESOR DITO

Saya takjub sama proses pemulihan kamu yang cepat.
Sekarang, kamu bisa memulai lagi kehidupanmu yang baru, Van.
Saya harap kamu enggak lagi mengalami kemunduran.


Devan mengangguk senang.


DEVAN

Makasih, Prof.


ARUNA

Kalau gitu, besok kita jenguk nyokap lo.


Devan mengangguk dan tersenyum bahagia.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar