Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Imperfect Family
Suka
Favorit
Bagikan
9. 9. Kenyataan yang Memilukan

49. EXT. RUMAH EYANG - DEPAN PAGAR RUMAH - PAGI

Ayu ditemani Dimas berjualan pisang goreng di depan rumah. Mereka tampak kewalahan tapi tetap ceria lantaran dagangannya laris manis. Di teras, Cinta yang sedang mengetik laporan tugasnya tersenyum senang melihat itu.

CUT TO:


50. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - SIANG

Cinta telah menggendong tas dan membawa laporan tugas di tangan, dia tergesa-gesa keluar dari kamar. 

Kita melihat Ayu yang sedang menonton TV.


CUT TO:


51. INT. RUMAH EYANG - KAMAR DIMAS - SIANG

Dimas duduk di kursi belajar, sedang melanjutkan menulis novelnya di buku catatan.


DIMAS

(tersenyum)

Sebentar lagi tamat.


Dimas menutup bukunya. Lalu, merentangkan kedua tangan ke udara. Setelah itu, bangkit dan berjalan ke pintu.


CUT BACK TO:


52. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - SIANG

Cinta menghampiri Ayu dan mencium tangan Ayu.


CINTA

Tan, Cinta ke rumah sakit dulu, ya.


AYU

Tumben kok berangkatnya siang?


CINTA 

(mengangguk)

Iya, Cinta kesiangan, Tan.


AYU

Ya udah, kamu hati-hati di jalan, ya. 


Cinta mengangguk. Lalu, berlari untuk ke ruang depan. Tapi, braak! Cinta malah bertabrakan dengan Dimas yang baru keluar kamar, membuat semua laporannya jatuh dan berserakan.


CINTA

(terkejut)

Ya ampun, laporan gue!


Cinta buru-buru memungut satu persatu laporannya.


DIMAS

Lo gimana, sih?
Kalau jalan pake mata dong!


Dimas pun ikut membantu Cinta.


CINTA

Iya, sorry, sorry.


Ayu tersenyum kecil dan menggeleng.

Dimas bangkit dan merapikan kertas-kertas yang ada di tangan. Namun, langsung mengerut bingung saat membaca sesuatu pada kertas tersebut. 


CU : Tertulis nama “ARUNA” pada sampul depan laporan tugas Cinta.


Kita melihat Cinta bangkit dan langsung terkejut saat melihat Dimas membaca laporannya. Buru-buru Cinta hendak meraih laporannya dari tangan Dimas


CINTA

Ma-Mas, balikin laporan itu ke gue!


Dimas tak menyahut, dia menepis tangan Cinta. Lalu, mulai membaca satu persatu laporan tersebut.

Ayu terlihat panik, lalu bangkit. Sementara Cinta menoleh sekilas ke arah Ayu, sebelum kembali menatap Dimas.


CINTA

(berusaha merebut laporannya)

Mas, lo nggak boleh baca itu! Serahin laporan itu ke gue!


Dimas langsung menghentikan pergerakan tangan Cinta saat menemukan sesuatu yang membuat dadanya tersulut emosi. 

CU : Tulisan di laporan Cinta yang menyatakan jika Dimas adalah DEVAN PRAKOSO yang mengidap Skizofrenia, juga terdapat tanda tangan Ayu dan eyang Putri di bawahnya yang menyetujui untuk Cinta menulis laporannya. 

Dimas menatap Cinta tajam.


DIMAS

(marah)

APA INI?


CINTA

(meringis)

Mas, sa-sakit.
Lepasin tangan gue!


Ayu menghampiri keduanya dengan cemas.


AYU

Mas, lepasin tangan Cinta.


DIMAS

(menunjuk Ayu)

Berisik!
Lo nggak usah ikut campur!


Mendengar itu, Ayu begitu sedih dan memilih diam di tempatnya.


DIMAS

(ke Cinta)

Sekarang gue minta lo jelasin semuanya ke gue!
Siapa sebenernya lo? 


CINTA

I-iya, gue bakal jelasin semuanya, tapi gue mau lo lepasin tangan gue dulu.


Dimas mendengkus geram. Dia melepas tangan Cinta dengan kasar.

Cinta meringis sambil memegangi tangannya yang sakit. Matanya tampak menatap sendu Dimas.


CINTA

Gue bukan Cinta. Gue Aruna.
Gue bukan mahasiswi, tapi gue itu psikiater yang ditugasin Profesor Dito buat jagain lo.

(more)

Dimas CLOSE — Wajah Dimas tampak terkejut bercampur emosi.


CINTA (CONT’D)

Dan lo …

(beat)

Lo bukan Dimas.
Lo itu Devan!


DIMAS

(membentak)

GUE BUKAN DEVAN!
GUE ITU DIMAS!


CINTA

Lo itu sakit, Van! (bergetar)
Lo mengidap Skizofrenia.
Selama ini tuh lo nggak pernah nulis novel dan nggak pernah jadi penulis.


INSERT : Dimas duduk di kursi belajar. Jari jemarinya tampak membalas komen dari para pembaca di ponsel. Setelah di zoom kita tahu jika layar ponsel Dimas hanya menampilkan wallpaper berwarna biru saja. Di sampingnya, tampak buku catatan Dimas yang kosong.


CINTA (CONT’D)

Enggak pernah ada novel lo yang dipinang sama penerbit mana pun.


INSERT : Dimas datang ke kantor Falcon Publishing, tapi diusir oleh satpam.


CINTA (CONT’D)

Selama ini lo juga selalu berhalusinasi melihat Lusi, Dara, sama Yoyok yang kenyataannya mereka itu nggak ada! 


DISSOLVE TO FLASH BACK:


53. INT - RUMAH LUSI - RUANG TAMU - MALAM

Kita melihat Dara dan Yoyok yang sedang berjalan berlenggak lenggok di atas karpet merah. Dimas dan Lusi tampak tertawa bahagia. 

Pov Cinta: Cinta menatap Dimas yang tertawa bahagia seorang diri di rumah Lusi yang kosong dan tak terawat.

DISSOLVE TO:


54. INT. RUMAH LUSI - DAPUR - SIANG

Dara pergi meninggalkan Yoyok yang tampak tersenyum kecut sambil menggerutu nggak jelas. Tapi, langsung kembali ceria saat melihat Cinta yang akan lewat di hadapannya.


YOYOK

(melambaikan tangan kanan)

Hai, cintaaa …


Pov Cinta : Cinta melengos pergi begitu saja karena tak melihat keberadaan Yoyok di sana.


DISSOLVE TO:


55. INT. RUMAH EYANG - DAPUR - SIANG

Kita melihat Ayu dan Cinta masih menyajikan menu makan siang ke atas meja. Namun, Dara dan Yoyok sudah lebih dulu menyantap menu yang ada dengan lahap, membuat Lusi menggelengkan kepala melihat dua sepupunya itu. 


LUSI

Kalian makannya pelan-pelan dong.
Enggak enak sama Tante Ayu.


DIMAS

Tahu, nih! Rakus banget sih lo berdua!
Nyesel tahu enggak gue ajak lo berdua ke sini.


Pov Ayu : Ayu melirik ke arah meja. Tampak tiga piring kosong berjejer di sana. Ayu tersenyum sambil meletakkan sayur ke atas meja. Lalu, duduk di depan Dimas.


AYU

(melirik sekilas ke arah Cinta)

Biarin, Mas. Itu artinya kan masakan mamah enak.


FLASHBACK END

CUT BACK TO:


56. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - SIANG

Kita melihat Aruna yang menatap sendu ke Devan.

 

ARUNA

Van, lo harus bisa terima kenyataan kalau Lusi itu udah meninggal dunia!


Mendengar itu, Devan bertambah emosi dan langsung mencengkeram kerah baju Aruna. 


DEVAN

(menunjuk Aruna dengan tatapan beringas)

Heh, jaga omongan lo, ya! Lusi itu masih hidup!
Dan gue bukan Devan! Gue Dimas!
Jadi, jangan pernah sebut gue pakai nama itu!
Ngerti?


Ayu CLOSE - Ayu menangis.


AYU

(terisak)

Mas, udah, Mas! Lepasin Aruna!
Semua yang dibilang Aruna bener.
Mamah sengaja membiarkan Aruna tinggal di rumah ini supaya bisa jagain kamu! 


Devan melepas kasar cengkeramannya, membuat tubuh Aruna sedikit terlonjak ke belakang. Dia menggeram dan berteriak.


DEVAN

Aaaarrgggh… Berisik! 


AYU

(terisak)

Maafin, Mamah, Mas.
Mamah sayang sama kamu. Mamah ngelakuin ini semua buat mengobati dan menyembuhkan kamu.
Mamah berusaha kasih kamu kenyamanan dan ketenangan di rumah ini.
Makannya selama ini mamah, eyang, dan Aruna sengaja membiarkan kamu hidup dalam dunia fantasimu demi kesembuhan kamu, Mas!


DEVAN

BOHONG!


Devan menggeleng keras. Lalu, menghampiri dan menunjuk Ayu. 


DEVAN

Gue nyesel!
Seharusnya gue enggak pernah percaya sama omongan lo selama ini!
Karena gimana pun lo, lo itu tetep PEMBUNUH! 


Ayu menggeleng dan menangis pilu. Sementara Devan mulai teringat kejadian 15 tahun silam.


DISSLOVE TO FLASHBACK:


57. INT. RUMAH BAGAS - KAMAR BAGAS - MALAM 

(SFX) Suara deras hujan dan gemuruh petir

Tampak wajah AYU yang tegang dengan luka lebam di pipinya. Air mata berderai. Kita melihat sorot matanya yang sembab tampak menatap sesuatu yang ada di bawah kakinya.

CAMERA FOLLOW: Mengikuti arah pandang Ayu ke bawah, hingga terlihat seonggok tubuh BAGAS yang telah bersimbah darah di atas lantai dengan mata terbuka.

CU: Tangan Ayu menggenggam sebuah gunting yang ujungnya telah berlumur darah.

Devan kecil (5) berdiri mematung dengan tubuh bergemetar takut di belakang tubuh Ayu.


CUT BACK TO:


58. INT. RUMAH EYANG - RUANG TENGAH - SIANG

Devan terlihat emosi menatap Ayu.


DEVAN

Coba aja ayah masih ada di sini, hidup gue nggak bakal sehancur ini!
Emangnya apa salah ayah, sampe lo tega membunuh dia, hah?


AYU

(menangis)

Mas, maafin mamah.


DEVAN

(berdecih)

Mamah. Mamah. Mamah.
Macam kayak lo itu nggak pantes dipanggil mamah.
Lo itu pantesnya dipanggil PEMBUNUH!


AYU

(menggeleng lemah)

Mas … (bergetar)


DEVAN

Cuma ayah sama eyang yang bisa bikin Dimas bahagia. 

(beat)

Semasa hidupnya, ayah itu baik banget sama Dimas.
Ayah selalu ada saat Dimas terjatuh dan Dimas butuhin. 


INSERT : Devan (4) asyik main lari-larian di dalam rumah. Namun, kaki mungilnya tersandung mainan yang berserakan di lantai dan membuatnya terjatuh. Devan menangis. Bagas datang dan langsung menggendong Devan untuk menenangkannya.


DEVAN (CONT’D)

(menggeleng)

Ini enggak adil buat Dimas!
Kenapa harus ayah sama eyang yang pergi?
Kenapa enggak lo aja yang mati?


AYU

(menampar Devan)

DIMAS!


Devan terdiam, dia memegang pipinya.


DEVAN

(semakin emosi)

APA?
TAMPAR!
AYO TAMPAR LAGI!
TAMPAR AJA GUE SESUKA LO!
BIAR LO PUAS!


Ayu tampak terkejut dengan apa yang telah dilakukannya.


DEVAN

KENAPA LO DIEM AJA?
AYO TAMPAR GUE LAGI!


Ayu menggeleng sambil menangis tersedu karena merasa bersalah.


AYU

Ma-Mas, ma-maafin mamah.


Ayu hendak memegang pipi Devan. Namun, Devan tak terima disentuh dan langsung mendorong keras tubuh Ayu hingga terpelanting ke atas lantai.

Aruna CLOSE - Aruna terkejut.


ARUNA

Tante Ayu!


Aruna buru-buru menghampiri Ayu.


DEVAN

(ke Ayu)

LO PANTES DAPETIN ITU!
DASAR PEMBUNUH!


Devan berlalu pergi tanpa memedulikan Ayu yang tak sadarkan diri.

Aruna menggoyang-goyangkan tubuh Ayu dengan panik.


ARUNA

Tante, bangun, Tante.


Aruna mengecek denyut nadi Ayu. Lalu, bergegas mengambil ponsel dan menghubungi rumah sakit.

Kita melihat Aruna yang tampak menunggu panggilannya terangkat dengan cemas.


PETUGAS RUMAH SAKIT (O.S.)

Halo, selamat malam.
Ada yang bisa kami bantu?


ARUNA

Halo, saya butuh ambulance sekarang!


DISSOLVE TO:


BEGIN MONTAGE -VARIOUS LOCATIONS

1.Jalan raya — Devan mengendarai motornya kencang. Wajahnya terlihat emosi.

2.Rumah sakit umum — Aruna membawa Ayu ke rumah sakit. Aruna menunggu di luar ruangan. Lalu, tampak menghubungi seseorang melalui ponselnya dengan cemas.

3.Rumah Sakit Jiwa Harapan — Devan berjalan tergesa di koridor rumah sakit. Matanya tampak memancarkan kemarahan.

4.Ruangan Prof. Dito — Prof. Dito sedang menerima panggilan telepon. Dia mengangguk. Kita melihat nama Aruna terpampang pada layar ponsel saat hendak mematikannya. Prof. Dito terdiam sesaat dan tampak berpikir. Kemudian, menghubungi seseorang dengan menggunakan telepon yang ada di atas mejanya. Prof. Dito berbicara dengan lawan bicaranya. Lalu, meletakkan gagang teleponnya kembali.

5.Koridor RSJ Harapan — Dua orang suster laki-laki menghampiri Devan, meraih tangan Devan, dan menahannya. Devan berontak. Prof. Dito datang, mengambil sebuah alat suntik dari kantung kemeja putihnya. Lalu, menancapkan jarum ke lengan Devan. Tak lama kemudian, pergerakan Devan mulai melambat saat obat mulai bekerja. Dua orang suster itu membopong tubuh Devan.

END MONTAGE

FADE OUT:


59. INT. RUMAH SAKIT UMUM - RUANGAN - MALAM

Aruna duduk di depan seorang dokter yang sedang menunjukkan hasil rongen pada bagian tulang ekor milik Ayu.


ARUNA

Bagaimana keadaan Tante Ayu, dok?


DOKTER

Pasien mengalami cedera yang cukup parah pada bagian tulang ekornya.
Jadi, saya sarankan pasien harus dirawat selama beberapa hari di sini. 


CUT TO:


60.EXT. RUMAH SAKIT UMUM - KAMAR RAWAT INAP - MALAM

Aruna duduk di samping ranjang Ayu yang masih belum sadarkan diri. Aruna tampak sedih dan teringat percakapannya dengan sang dokter tadi.


INSERT: 


ARUNA

Cedera, dok? Apa itu berarti, kemungkinan pasien akan mengalami kelumpuhan?


DOKTER

(mengangguk)

Ya, biasanya pasien akan mengalami rasa sakit hebat di bagian tulang ekornya dan yang terburuk pasien bisa mengalami kelumpuhan.


Aruna CLOSE — Wajah Aruna yang tampak sedih menatap Ayu.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar