Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Imperfect Family
Suka
Favorit
Bagikan
10. 10. Semua Tentang Kebenaran

61. INT - RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - RUANG PERAWATAN

Devan - POV. GELAP. Kemudian, ada cahaya melalui kedipan mata yang perlahan terbuka hingga menampakkan wajah Prof. Dito.

Devan berbaring di atas ranjang. Sementara Prof. Dito duduk di sampingnya. Sebuah ruangan yang sama persis dengan kamar perawatan milik Devan tiga tahun silam saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit ini.


PROF. DITO

Devan, kamu bisa dengar saya?


Devan berkedip. Dia mencoba untuk duduk, tetapi meringis dan memegangi kepalanya yang terasa pusing.


DEVAN

Apa yang udah lo kasih ke gue?


PROF. DITO

Obat penenang.


DEVAN

(mengumpat)

SHIT!


PROF. DITO

Saya akan menolong kamu, Devan.


DEVAN

(menatap Prof. Dito)

Gue Dimas! Bukan Devan!


PROF. DITO

(mengangguk)

Ya, ya. Dengarkan saya Dimas.
Aruna sudah mengatakan semua kebenaran ke kamu.


DEVAN

Apa? 
Kalau gue itu sakit?


Prof. Dito mengembuskan napasnya.


PROF. DITO

Ini soal kamu! 
(beat)
Dan tentang ayahmu!


DEVAN

(mengerut)

Ayah?


PROF. DITO

Sebenarnya, yang udah membunuh ayahmu itu…
(beat)
Kamu, Dimas!


Devan CLOSE - Devan tampak terkejut.


DEVAN

(menggeleng sambil tertawa meremehkan)

Dasar pembohong.


PROF. DITO

Saat di penjara, mamah kamu sudah menceritakan semuanya, kalau malam itu …


DISSOLVE TO FLASHBACK:


ESTABLISH : Langit malam di angkasa yang menumpahkan derasnya air hujan. Sebuah rumah dua lantai tampak begitu tenang.

Note: Rumah yang sama saat Devan dan Ayu mencari keberadaan penguntit.


62. INT. RUMAH BAGAS - DAPUR - MALAM 

Kita melihat Ayu sedang merapikan meja makan selepas makan malam. Sementara, Ibu mertua Ayu, ENYAK AINI (57) mengangkat piring kotor dan diletakkannya di tempat cucian piring.

Ayu menghampiri.


AYU

Sini, Nyak.
Biar Ayu aja yang cuci piringnya.


ENYAK AINI

(berbicara logat betawi)

Udeh, kagak useh.
Biar enyak aje.
Mending kamu temenin jagoan kecil enyak tuh di kamarnye.


Ayu mengangguk dan patuh. Ayu pergi meninggalkan Ibu mertuanya.

CUT TO:


63. INT. RUMAH BAGAS - KAMAR - MALAM 

(SFX) Suara deras hujan dan gemuruh petir

Kita melihat suasana kamar yang berantakan oleh mainan milik Devan (5). Meski TV menyala, Devan tampak asyik bermain mobil-mobilan di lantai, seorang diri di samping ranjang.

DEVAN

(menirukan suara jalan mobil)

Ngeeeng …
Tin … tin ….


PEREMPUAN DI TV (OS)

Jangan sakiti aku, Mas! Sakit.
Ampun.


Devan menengok sekilas ke arah TV.

CU : Menampilkan tayangan di TV di mana seorang laki-laki sedang memukul perempuan. Lalu, datang seorang anak perempuan yang memegang sebilah pisau dan menusukkannya pada laki-laki tersebut. Seketika, laki-laki itu tewas di tempat. Perempuan dan si anak berpelukan sambil menangis.

Bagas masuk ke dalam kamar dalam keadaan mabuk. Dia marah saat melihat kamarnya berantakan dan langsung mematikan TV.

BAGAS

(membentak)

Dasar anak sialan!
Kenapa sih kerjaan lo itu berantakin kamar gue mulu?! 


Devan CLOSE - Devan tampak ketakutan.

Bagas berjalan sempoyongan menghampiri Devan.


BAGAS

Sini, lo!
Gue kasih pelajaran biar lo tau rasa!


Bagas tak segan memukul Devan. 


DEVAN

(menangis)

Ampun, Yah!
Ampun …


Bagas tak peduli dengan rintihan Devan dan terus menghukumnya.

Ayu datang dan terkejut melihat Bagas memukul anaknya. Ayu menghampiri dan berusaha menjauhkan Bagas dari Devan.


AYU

Bang, jangan, Bang!


Bagas menghentikan memukul, lalu mendorong tubuh Ayu ke belakang.


BAGAS

(ke Ayu)

Minggir lo!
Lo kagak usah ikut campur!


Bagas kembali memukul tubuh ringkih Devan yang terus menangis. Hingga akhirnya, tubuh Devan tersudut di depan nakas, saat yang sama sebuah gunting terjatuh tepat di sampingnya. 

Ayu menggeleng dan kembali berusaha memisahkan Bagas dari Devan.


AYU

(menangis)

Bang, jangan, Bang.
Jangan pukul Devan!


Bagas kesal. Dia menghentikan aksi memukul, membalikkan tubuh, lalu beralih menampar Ayu.


BAGAS

(berteriak)

Kalian berdua tuh PEMBAWA SIAL!
Gara-gara kalian gue di-PHK dan harus kehilangan pekerjaan!
Kenapa kalian kagak pergi dari rumah ini aja, hah?
Di sini kalian tuh cuma nyusahin!


AYU

(membela diri)

Bang!
Ini semua bukan salah aku, juga bukan salah Devan! 
Kamu enggak perlu kayak gini ke aku.
Kamu bisa cari kerjaan lain!
Bukan malah mabuk-mabukkan kayak gini!


Mendengar itu, Bagas kembali menampar Ayu.

Ayu CLOSE — Ayu menangis sambil memegangi pipinya yang telah lebam.


BAGAS

Ooh … udah berani ngelawan gue lo, ya, sekarang!


Langkah Ayu mundur ke belakang saat sedikit demi sedikit Bagas maju ke arah Ayu. Sayangnya, pergerakan Ayu harus terkunci di dinding.


BAGAS (CONT’D)

Kalau gitu, lo juga harus dikasih pelajaran!


Bagas menarik ikat pinggangnya, lalu tak segan menyabet tubuh Ayu.


AYU

Aaah! Sakit, Bang.
Jangan, Bang!
Ampun, Bang. Sakit.


Devan POV - Devan menangis. Dia menoleh ke samping. Mengambil gunting, lalu bangkit dan berjalan menghampiri Bagas dan Ayu dengan gunting di tangannya.


AYU

(kesakitan)

Devan, cepat kamu pergi dari sini, Sayang.


Devan berhenti di belakang tubuh Bagas. Terdiam sesaat, menyaksikan sang ayah yang masih menyiksa Ayu sambil menangis. 


DEVAN

(menangis)

Jangan sakitin mamah …


BAGAS

Mamah lo pantes dapetin ini! (terus mencambuk)


AYU

Bang, udah, Bang.
Sakit. Aaahh!


INSERT: Devan teringat adegan seorang anak perempuan yang menusukkan pisau ke arah laki-laki yang ditontonnya tadi. 

Perlahan tangan Devan yang menggenggam gunting bergerak. Lalu, dengan gerakan cepat, menusukkan gunting ke arah perut bagian kanan Bagas, dan ….

Bagas CLOSE — Mata Bagas melotot dan langsung menghentikan aksinya. 

Melihat ke perut Bagas, sebuah gunting telah berhasil menancap di perutnya dengan sempurna. Darah merembes, dan kemudian Bagas ambruk. 

Ayu CLOSE — Ayu tampak terkejut sambil menangkupkan mulut dengan kedua tangannya.

Devan kian menangis kencang.


INSERT : Enyak Aini menaiki anak tangga menuju ke kamar Ayu saat dari dapur mendengar samar-samar keributan dari lantai atas.


ENYAK AINI

Ayu, jagoan enyak kenape nangis?


Ayu panik dan langsung menoleh ke arah pintu. Cepat-cepat, dia langsung menghampiri Devan, berjongkok dan memeluknya.


AYU

(berusaha tenang)

Udah, Devan jangan nangis lagi, ya.
Ada mamah di sini.


Devan nurut dengan menghentikan tangisannya. 

Ayu melepas pelukannya. Lalu, memegang kedua bahu Devan dan menatap mata sembab anaknya.


AYU

Mamah mau kamu lupain kejadian malam ini.
Ingat! Kamu nggak salah! Mamah yang salah, karena enggak bisa jagain kamu.
(beat)
Jadi, mamah mau kamu berdiri di belakang sana.


Devan menggeleng.


DEVAN

(bergetar)

Enggak mau.
Devan takut.
Devan mau di samping mamah.


INSERT : Enyak Aini sudah di lantai atas. Berjalan ke arah kamar Ayu yang tertutup. Dari dalam sudah tak lagi terdengar suara keributan. Begitu tenang. Aini memegang tuas pintu dan mulai menggerakkannya ke bawah.

Ayu menoleh ke arah pintu dengan panik. Lalu, kembali menatap ke arah Devan.


AYU

(terisak)

Maafin mamah, Sayang.


Ayu mendorong tubuh Devan hingga terjatuh ke atas lantai. Devan menangis. Ayu bangkit dan buru-buru mengambil gunting yang menancap di perut Bagas. 


Enyak Aini CLOSE — Membuka pintu.


ENYAK AINI

Devan sa—-


Mata Aini melotot dan langsung berteriak histeris saat melihat anaknya telah tewas bersimbah darah di atas lantai. Ditambah lagi, dia melihat tangan Ayu yang memegang gunting berlumur darah. 


ENYAK AINI

(menatap Ayu marah)

DASAR PEMBUNUH!


Ayu CLOSE - Ayu hanya bisa menangis pilu.


Devan berdiri, dia masih menangis. Namun, otaknya terus terngiang ucapan Ayu dan Enyak Aini tadi.


AYU (O.S.)

Mamah mau kamu lupain kejadian malam ini.
Ingat! Kamu nggak salah!
Mamah yang salah, karena nggak bisa jagain kamu.


ENYAK AINI (O.S.)

DASAR PEMBUNUH!


Suara-suara itu terus terngiang, tumpah tindih sehingga semakin lama terdengar tak jelas.


FADE OUT


64. EXT. RUMAH BAGAS - PEKARANGAN RUMAH

Kita melihat wajah Ayu yang sembap dengan pipi penuh dengan luka lebam. Ayu keluar dari rumah dengan didampingi oleh dua orang polisi menuju ke mobil. Sementara kedua tangan Ayu diborgol.

Banyak tetangga yang menonton dan mengejek Ayu.


TETANGGA 1

Ih, cantik-cantik tapi jadi pembunuh!


TETANGGA 2

Kasian banget anaknya bu Aini harus mati ditangan istrinya sendiri


TETANGGA 3

(menyahut)

Iya, tuh Jeng.
Makannya kalau cari menantu tuh harus diliat bibit, bebet sama bobotnya biar enggak dapet menantu pembunuh kayak Bu Aini.


Ayu masuk ke dalam mobil. Melalui kaca jendela, Ayu bisa melihat Devan yang terisak di depan pintu.


AYU

(lirih)

Maafin mamah, sayang.


Ayu menitikkan air matanya seiring dengan mobil yang mulai melaju.

FLASH BACK END

CUT BACK TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar