37. INT. RUMAH EYANG - DAPUR - MALAM
Tampak piring Dimas, Ayu, dan Cinta yang telah kosong di atas meja.
Kita melihat Cinta terkejut melihat kartu nama yang diberikan oleh Dimas.
AYU
Bukannya Profesor Dito itu Profesor kamu di rumah sakit, ya, Cin?
CINTA
(mengangguk)
Iya, Tan.
Cinta menoleh ke Dimas yang sedang memperhatikannya.
DIMAS
(ke Cinta)
Kalau gitu, besok lo harus temenin gue ke Rumah Sakit Jiwa Harapan.
Dimas CLOSE: Wajah Dimas tampak serius.
DIMAS (CONT’D)
Gue juga bakal ajak Lusi ke sana.
FADE OUT:
ESTABLISH: Menampilkan depan gedung Rumah Sakit Jiwa Harapan
38. INT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - RUANGAN - PAGI
Profesor Dito tampak menyambut empat tamunya dengan ceria di belakang meja kerjanya.
DOKTER DITO
Ayo, ayo silakan masuk.
Anggap saja rumah sendiri.
(beat)
Cinta sudah kasih tahu saya kalau kalian bertiga mau datang ke sini.
Cinta CLOSE: Cinta tampak mengerutkan kening.
CINTA
Maaf, Prof, tapi kita berempat.
Dokter Dito ikut mengerutkan kening sesaat sambil menatap Cinta, sebelum akhirnya tertawa.
DOKTER DITO
Hahaha.
Astaga, maaf-maaf. Sepertinya kacamata saya ini perlu di LEMBIRU.
Lempar beli yang baru.
Kita melihat Ayu, Cinta, dan Lusi terkekeh. Sementara, Dokter Dito membuka kacamata, lalu mengelap dua lensanya dengan kemeja dan memakainya kembali.
DOKTER DITO
(memakai kacamata)
Nah, kalau sekarang saya bisa melihat kalian semua. Hahaha…
(more)
DOKTER DITO (CONT’D)
Mari silakan duduk.
Cinta tolong kamu tarik kursi satu lagi, ya.
Ayu dan Dimas duduk. Cinta tampak mengangguk. Lalu, menarik satu kursi tambahan dan mempersilakan Lusi duduk.
CINTA
Duduk, Lus.
LUSI
(duduk)
Thank’s, Ta.
DIMAS
(to the point)
Jadi, maksud kedatangan saya ke sini, karena saya mau bertemu dengan Devan Prakoso.
Apa dia pasien di rumah sakit ini?
Dokter Dito menatap Cinta sesaat, lalu mengembuskan napasnya.
DOKTER DITO
(mengangguk)
Ya, Devan Prakoso adalah pasien di rumah sakit ini.
Tampak Dimas dan Lusi yang semakin antusias.
DIMAS
Kalau gitu, apa saya bisa ketemu sama dia, Dok?
DOKTER DITO
(mengangguk)
Ya, saya akan ajak kamu ke kamarnya.
CUT TO:
39. INT. RUMAH SAKIT JIWA HARAPAN - KAMAR DEVAN - PAGI
Tampak sebuah ruang perawatan berbentuk persegi dengan dinding bercat putih yang tampak kosong dan rapi. Hanya terdapat satu ranjang, nakas, dan satu lemari besi.
DOKTER DITO
Devan adalah pasien saya yang mengidap Skizofrenia.
DIMAS
(bingung)
Skizofrenia?
DOKTER DITO
Ya, Skizofrenia itu gangguan mental yang bisa mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi.
Biasanya, penderitanya akan mengalami pikiran yang kacau hingga sampai berhalusinasi, dan delusi.
Nah, hal itu yang bisa merubah perilaku si penderita.
LUSI
(ke dokter Dito)
Terus, di mana Devan sekarang, Dok?
DIMAS
(mengangguk)
Iya, di mana Devan sekarang?
DOKTER DITO
Devan udah keluar dari rumah sakit ini tiga tahun yang lalu.
DIMAS
(terkejut)
Apa? Udah keluar, dok?
DOKTER DITO
Selama di sini, saya terus mendapati sakit Devan yang terus kambuh.
Makannya, pihak keluarga meminta izin untuk membawa Devan keluar dari rumah sakit ini buat dirawat oleh mereka sendiri.
Saya enggak bisa larang, karena salah satu metode penyembuhan yang paling ampuh dalam kasus Devan adalah melalui pendekatan keluarga.
Tampak sebuah foto pigura di atas nakas. Kita melihat Dimas dan Lusi yang berjalan menghampiri nakas tersebut. Dimas mengambil foto yang menampilkan seorang gadis kecil yang sedang tersenyum ceria. Dimas membalik foto pigura tersebut dan terkejut saat menemukan sebuah nama tertulis di sana.
CU : Sebuah nama bertuliskan ‘Lusi’
DIMAS
(berasumsi)
Apa mungkin karena nama kalian sama, Devan menganggap kamu adalah gadis kecil ini?
LUSI
(mengangguk)
Iya, bisa jadi, Mas.
AYU
(ke dokter Dito)
Apa Profesor tahu ke mana pihak keluarga membawa Devan pergi?
DOKTER DITO
(menggeleng)
Sayangnya, saya enggak tahu mereka membawa Devan ke mana.
Terlihat Dimas yang sedang berkeliling ruangan. Membuka lemari yang tampak kosong dan menutupnya kembali. Dimas berjalan ke arah nakas kembali. Membuka laci pada nakas dan menemukan sebuah kertas di dalam sana. Dimas mengambil kertas itu dan membacanya.
CU : Isi tulisan di kertas. “Hai, Devan. Jangan lupa diminum obatnya, ya. From: Aruna yang cantik (emot senyum)”
DIMAS
Aruna
Mendengar itu, Dokter Dito yang sedang berbicara dengan Cinta menghentikan pembicaraan mereka.
Cinta CLOSE : Cinta terlihat memperhatikan Dimas dan Lusi yang terus bersama.
DIMAS
(ke dokter Dito)
Siapa Aruna, Dok?
DOKTER DITO
Aruna itu asisten saya.
Dia dokter magang yang saya tugaskan untuk menjaga Devan selama ada di rumah sakit ini.
Tapi, sekarang Aruna sudah enggak di sini.
DIMAS
Dok, kalau Devan memang pasien di rumah sakit ini, itu berarti dokter atau pihak rumah sakit pasti punya foto-foto Devan, kan?
Tolong kasih tahu saya foto-foto itu.
Karena, saya mau lihat seperti apa wajah Devan.
CINTA
Biasanya kalau udah berhubungan sama pasien itu udah privacy dan rumah sakit enggak akan mau ngasih sembarangan info ke orang lain.
DIMAS
(protes)
Loh, gue kan cuma mau lihat foto Devan aja, Cin?
Gue enggak minta yang macem-macem, kok.
DOKTER DITO
Bener apa yang dibilang Cinta, Mas.
Itu adalah privacy pasien dan kita enggak bisa sembarangan kasih ke orang lain.
Tampak Dimas yang kesal.
CUT TO:
40. EXT. RUMAH EYANG - TERAS - MALAM
Terlihat Dimas sedang rebahan di teras. Kedua tangan dijadikan sandaran kepala dan matanya menatap bintang di angkasa.
Ayu datang membawa piring berisi pisang goreng hangat dan segelas teh.
AYU
Ternyata kamu di sini, Mas.
Mamah tadi cariin kamu di kamar, tapi Enggak ada.
Ayu meletakkan bawaannya di lantai, lalu duduk di samping Dimas.
Dimas pun ikut duduk.
AYU
(memperhatikan wajah Dimas)
Kenapa muka kamu murung begitu, Mas?
DIMAS
Dimas kangen sama eyang.
AYU
(terenyuh)
Mamah juga kangen sama eyang Putri.
DIMAS
Sebenernya, Dimas juga kecewa, karena Enggak bisa ketemu sama Devan hari ini.
(beat)
Pokoknya, Dimas janji akan terus jaga Lusi sampai Dimas ketemu sama Devan dan tahu motifnya.
AYU
(tersenyum)
Ngomong-ngomong tentang Lusi.
Coba dong kasih tahu mamah, Lusi itu orangnya kayak gimana, sih, sampai-sampai anak mamah ini jatuh cinta sama dia.
Dimas tampak antusias.
DIMAS
Lusi itu gadis yang baik, cantik, pintar, perhatian, tapi sayang punya dua sepupu yang kelakuannya aneh-aneh. (terkekeh)
AYU
(tertawa)
Oh, ya?
Siapa mereka?
Kenapa tadi pagi kamu enggak ajak mereka juga?
DIMAS
(menggeleng)
Kalau mereka ikut, yang ada mereka malah ngerepotin kita
(more)
Ayu tak henti tertawa.
DIMAS (CONT’D)
Namanya Dara sama Yoyok.
Mana mereka juga nggak pernah akur.
Kerjaannya berantem mulu.
INSERT: Dara yang sedang menarik kumis Yoyok, membuat Yoyok menjambak rambut kribo Dara.
AYU
(tertawa)
Hahaha … lucu banget mereka.
(more)
AYU (CONT’D)
(menghentikan tawa)
Kapan-kapan kamu ajak Lusi, Dara, sama Yoyok buat makan malam di rumah, ya?
Mamah mau kenal sama mereka lebih dekat lagi.
DIMAS
(mengangguk)
Dimas janji bakal bawa mereka ke sini.
AYU
Mamah bakalan masakin yang enak buat mereka.
Dimas dan Ayu tersenyum bahagia. Mata mereka menatap kelap-kelip bintang di angkasa. Dimas menoleh ke Ayu yang masih menatap angkasa. Dia jadi teringat nasihat Cinta…
DISSOLVE TO FLASHBACK:
CINTA
Mas, nyokap lo emang salah.
Tapi, kan nyokap lo itu udah menebus semua kesalahannya di dalam penjara selama 15 tahun.
Lo bisa bayangin, gimana menderitanya nyokap lo selama itu?
Nyokap lo jadi nggak bisa ketemu sama lo, karena lo nggak mau ketemu.
Nyokap lo juga harus memendam rasa kangennya ke lo. Anaknya.
Anak satu-satunya.
Jadi, apa salahnya sih lo coba buat maafin nyokap lo itu?
(more)
CINTA (CONT’D)
Lagian, enggak baik terlalu membenci seseorang secara berlebihan.
Karena, rasa benci lo itu bisa menghancurkan diri lo sendiri, Mas.
FLASHBACK END
Dimas tersenyum. Dia mengambil pisang goreng lalu memakannya.
DIMAS
Hmmm … enak banget pisang gorengnya.
AYU
(tersenyum)
Oh, ya. Besok mamah buatin lagi buat kamu.
DIMAS
Makasih, ya, Mah.
Mendengar itu, Ayu tertegun. Dia terdiam sejenak menatap Dimas, lalu tersenyum senang sambil memeluk Dimas.
FADE IN