Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Here Comes Another Prank
Suka
Favorit
Bagikan
11. Finale

SC 57. INT. RUMAH GE - NOON - 3 MONTHS LATER

Ge membuka pintu gerbang rumahnya. Seorang perempuan keluar dari rumah Ge.

GE

Nggak masalah kan nggak aku anter?

YUKI

Nggak masalah kok say.

GE

Jadi kapan nih kita main lagi?

YUKI

Iih, kan baru juga main.

GE

Emang nggak boleh nambah lagi?

YUKI

Nanti pulang kerja aku kemari deh

ya.

GE

Oke!

Seorang ojek motor online mendatangi rumah Ge. Yuki naik ke atas motor. Ia melambaikan tangan pada Ge dan pergi.

Ge hendak menutup pagar ketika mendengar bunyi blitz di kejauhan.

Ge melihat sekeliling. Tidak ada siapapun. Ge menepuk-nepuk pipinya.

GE

Sadar, sadar. Nggak mungkin kan dia dateng lagi.

Ge meregangkan tubuhnya.

GE

Haahh, senangnya hidup damai.

Ge menutup pagar dan kembali masuk ke dalam rumah. Tidak ia sadari bahwa CCTV di teras rumah tidak lagi menghadap ke bawah, melainkan ke arah plafon.

CUT TO:

SC 58. INT. RUMAH GE - NIGHT

Ge duduk menonton TV di ruang tengah, menunggu Yuki. Ia melirik jam dinding. Pukul delapan malam. Namun, belum ada kabar dari Yuki.

Sesaat setelah Ge melihat jam dinding, Ge mendengar suara pagar dibuka. Ge beranjak dari sofa, lalu membuka pintu. Namun, bukan Yuki yang datang, melainkan seseorang dengan hoodie, topi, dan masker serba hitam. Dengan penampilannya yang serba tertutup, Ge hanya bisa melihat mata orang itu.

Secepat kilat, orang tersebut memukul dagu Ge dengan palu. Ge terjatuh. Kesadarannya menghilang.

CUT TO:

SC 59. INT. KAMAR GE - RUMAH GE - NIGHT

Ge membuka matanya perlahan. Saat dia sadar, ia duduk terikat di kursi, menghadap kasurnya sendiri. Di kasurnya, duduk seseorang dengan pakaian serba hitam. Orang yang tadi memukulnya.

HANA

Sudah sadar?

Orang itu membuka penutup wajahnya satu persatu mulai dari hoodie, topi, lalu maskernya. Saat itulah, Ge benar-benar terkejut.

GE

Kamu masih hidup?

HANA

Emangnya aku keliatan udah mati?

GE

Gimana bisa?

Hana mengeluarkan gunting operasi dari saku hoodie-nya.

HANA

Emangnya menurut kamu, gunting kecil ini bisa menusuk orang seberapa dalam?

GE

Tapi, kamu...

HANA

Itu jelas cuma pura-pura kan?

Hana mendekati Ge. Lalu, dia tusukkan gunting tersebut ke bahu kanan Ge. Ge berteriak kesakitan.

HANA (CONT’D)

Gunting ini awalnya cuma mau aku pakai buat melukai kamu supaya kamu nggak pergi. Tapi, kamu malah mau pakai ini buat membunuh aku.

GE

Kenapa kamu nggak muncul aja dari dulu?

HANA

Inilah perbedaan di antara kita Ge.

Hana mencabut gunting dari bahu Ge. Ge hanya bisa mengerang pelan dan menunduk. Tapi, Hana memaksa wajah Ge menghadap dirinya.

HANA (CONT’D)

Biar aku tanyakan satu hal dulu Ge. Menurut kamu, kenapa aku menunggu dua belas tahun untuk membunuh ayahku?

Ge hanya bisa diam. Nafasnya terengah-engah.

HANA (CONT’D)

Persiapan Ge. Aku harus buat persiapan. Persiapan yang paling sempurna. Nggak asal bunuh pakai gunting kayak kamu.

Hana mencampakkan wajah Ge.

HANA (CONT’D)

Dulu, aku mempelajari semuanya untuk hidup. Sekarang juga begitu. Aku udah mempelajari gerak-gerik dan perilaku kamu selama tiga bulan ini. Aku nggak bisa lagi memaafkan kamu Ge. Kamu selingkuh dari aku.

GE

Apa maksud kamu selingkuh? Kita ini kan...

HANA

(berteriak) Kita bahkan nggak pernah saling membahas soal putus!

Ge diam. Nafas Hana terengah-engah.

HANA (CONT’D)

Kamu selingkuh sama perempuan itu!

Ge akhirnya teringat akan Yuki.

GE

(berontak) Yuki! Dimana Yuki?

Hana mengeluarkan ponsel dari kantongnya, lalu memperlihatkan foto seorang mayat. Mayat Yuki di dalam kardus.

GE (CONT’D)

Yuki! Sialan lu! Lu apain Yuki!

HANA

Mungkin, polisi bakal nyebut dia sebagai korban keenam pembunuhan berantai setelah ditemuin warga besok. Tapi, nggak tau deh. Dia mati gitu aja soalnya barusan, nggak sempet aku otak-atik.

GE

Keenam?

HANA

Ya?

GE

Maksudnya...

HANA

Iya. Mungkin karena wajah para korbannya nggak pernah ditayangkan di berita, kamu jadi nggak pernah tau. Tapi, mereka semua memang korban dari orang yang sama. Orang yang menjual video pembunuhan mereka.

GE

Video pembunuhan yang ada di bunker itu. Semua itu buat dijual?

HANA

Ya. Termasuk organ tubuh mereka dan video pemerkosaanku. Semuanya adalah komoditi buat dijual.

Ge merasa asam lambungnya naik. Dia hendak muntah tapi tak bisa.

GE

(berteriak) Lu bener-bener orang gila! Sinting!

HANA

Kamu terlalu cepat menghakimi aku.

GE

Lepasin gua! Sialan!

Ge menggoyang-goyangkan seluruh tubuhnya. Namun, dia justru terjatuh. Ge tidak berhenti berontak dan berteiak histeris hingga Hana menempelkan palu ke pipi Ge.

HANA

Kamu tau kan kalau teriakanmu nggak ada artinya karena tetanggamu di sebelah juga belum pulang?

GE

Lepasin gua bangsat!

HANA

Kamu punya kesempatan lolos setelah menjawab pertanyaanku nanti. Diamlah.

Ge terdiam. Nafasnya terengah-engah. Dia tetap dibiarkan dalam posisi jatuh. Hana duduk di lantai, tepat di hadapan Ge.

HANA (CONT’D)

Aku ini nggak gila Ge.

GE

Gimana bisa lu...

HANA

Papaku yang gila.

Hana memandang ke langit-langit. Tatapannya menerawang.

HANA (CONT’D)

Papa merekam semua pemerkosaan yang dia lakukan ke aku, lalu dia jual videonya secara online. Dan kamu tahu? Dia kaya dari situ. Lebih kaya daripada ketika dia jadi dokter.

Hana tersenyum menatap Ge, membuat Ge merinding.

HANA (CONT’D)

Para perempuan yang aku bunuh juga. Mereka semua selingkuhan Papa. Mereka orang-orang yang menghancurkan hidupku dan Mama. Kamu tahu? Ketika aku jual video pembunuhan dan organ tubuh mereka, aku pikir aku nggak perlu bekerja lagi seumur hidup. Aku kaya saat itu juga. Beberapa orang bahkan memujiku karena menaruh organ dalam yang belum dijual di dalam tong kimchi. Menurut mereka, kualitasnya lebih baik daripada organ biasa yang disimpan di kulkas. Pertanyaannya sekarang, siapa yang sebenarnya gila di sini?

Ge terdiam. Tatapannya mulai gentar. Tubuhnya lemas.

HANA (CONT’D)

Kayaknya, kamu udah tahu siapa yang gila di sini.

Hana berdiri. Dia membantu Ge bangkit. Kini, Ge telah ada di posisinya semula.

HANA (CONT’D)

Sekarang, kita masuk ke pertanyaan yang akan menentukan apakah kamu berhak untuk lolos atau nggak.

GE

Lolos...

HANA

Aku udah pernah nanya ke kamu, bagaimana caranya balas dendam ke orang yang menghancurkan hidup kita? Apakah cukup bunuh saja orang itu, atau hancurkan juga orang lain yang sama bersalahnya? Bener kan?

Ge mengangguk. Hana tersenyum puas.

HANA (CONT’D)

Sekarang pertanyaannya, termasuk golongan yang manakah kamu?

GE

Golongan?

HANA

Apakah cukup Yuki saja yang mati, atau kamu juga sama bersalahnya untuk dibunuh?

Mata Ge terbelalak. Hana mendekatkan wajahnya ke wajah Ge.

HANA (CONT’D)

Apa kamu masih cinta sama aku?

Ge sedikit menjauhkan wajahnya. Dia tahu bahwa dia akan mati saat itu juga karena ia akan lebih memilih mati daripada kembali pada Hana.

Ge melirik ke dinding bagian atas, tempat kamera di wadah pengharum berada. Namun, Hana segera mencengkeram dagu Ge dan menghadapkannya ke wajahnya.

HANA (CONT’D)

Nggak usah lihat ke sana. Kamera itu nggak akan menyelamatkan kamu.

GE

Kamu tahu?

HANA

Kamu pikir aku nggak pernah lihat kamu matiin kamera itu sama remot pas kita lagi main?

Hana kembali menempelkan palu ke wajah Ge. Kali ini, mata Ge sepenuhnya terfokus pada palu itu.

HANA (CONT’D)

Fokus pada pertanyaanku Ge. Apa kamu masih cinta sama aku kan?

Ge hanya diam. Keringatnya mengalir deras. Tatapannya hanya tertuju pada palu di pipinya. Nafasnya makin lama makin cepat.

Hana melepaskan dagu Ge. Dia menghela nafas panjang.

HANA

Aku udah dapat jawabannya.

Hana mendongak, menyiapkan hati. Perlahan, dia melihat Ge yang ketakutan setengah mati. Lalu, ia hantamkan palu ke kepala Ge berkali-kali sambil menangis.

HANA (CONT’D)

DASAR. SEMUA. COWOK. SAMA. AJA!!!

Hana terus membenturkan palunya hingga kepala Ge hancur. Setelah hancur, ia duduk di kasur. Menangis.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar