Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Here Comes Another Prank
Suka
Favorit
Bagikan
10. Truth

SC 54. INT. KAMAR HANA - RUMAH HANA - NIGHT

Ge berada di dalam pelukan Hana yang telah tertidur. Namun, mata Ge tetap terbuka lebar dengan ekspresi mata yang kosong.

Setelah berjam-jam hanya dapat mendengar suara nafas Hana dan detik jam, Ge akhirnya mendengar sebuah suara dari kejauhan. Suara yang selalu dia dengar di rumah ini tiap malam. Suara permintaan tolong yang disusul bunyi benturan berkali-kali.

Ge menoleh ke arah pintu kamar. Pelan namun pasti, pintu itu terbuka sendiri. Suara tersebut semakin jelas, seolah hendak menuntun Ge ke tempat ia berada.

Masih dengan tatapan kosong, Ge bangkit berdiri. Dia keluar kamar membawa ponsel, mengikuti suara tersebut. Ge menelusuri lorong, menuruni tangga, dan pergi menuju dapur. Hujan badai membenturkan pintu belakang berkali-kali seakan pintu tersebut tidak dikunci sebelumnya.

Ge keluar melewati halaman, menerobos hujan badai. Suara benturan tersebut makin keras hingga akhirnya berhenti tepat ketika Ge berada di depan bunker penyimpanan kimchi.

Ge membuka pintu bunker. Perlahan, Ge menuruni tangga. Namun, karena licin, Ge terpeleset dan jatuh membentur tong. Ge yang terkapar di tanah, berusaha berdiri dengan memegangi tong. Ge menyalakan lampu bunker dan menemukan ponselnya yang tergeletak di tanah.

Ketika Ge berjongkok hendak mengambil ponsel, ia menemukan sebuah pasak yang menancap, tepat di dinding tanah dibalik tangga. Ge mendekati pasak tersebut dan menyadari bahwa itu bukan pasak biasa, melainkan seperti selot besi yang biasa digunakan untuk pintu pagar.

Ge mencoba menarik pasak tersebut ke atas. Lalu, tepat di tengah dinding yang terbuat dari tanah, terbuka sebuah lubang. Ge memerhatikan lubang tersebut baik-baik, lalu memasukkan tangannya. Ge tahu apa yang harus dia lakukan.

Ge mencoba menarik lubang tersebut ke samping dan dinding tersebut terbuka. Itu bukanlah sembarang dinding, melainkan sebuah pintu menuju ruangan rahasia!

Ge memasuki ruangan tersebut. Hanya sebuah ruangan kecil berukuran 2x2 meter, namun dengan penerangan yang jauh lebih baik daripada bunker kimchi di sampingnya. Ge melihat ke kiri dan di sana ia menemukan dua buah rak buku besar yang penuh terisi buku-buku tebal.

Ge menghampiri rak buku tersebut. Ge membuka satu per satu buku tebal yang ada di rak bagian atas. Semuanya merupakan buku-buku kedokteran yang berkaitan dengan organ dalam. Mengetahui itu, Ge berjongkok dan mulai membuka buku yang ada di rak bagian bawah.

Buku-buku di rak bagian bawah berbeda dengan buku di bagian atas. Sampul buku-buku di rak bagian bawah hanya berwarna polos tanpa judul ataupun tulisan yang menjelaskan isi buku. Karena itulah, Ge begitu terkejut melihat isinya.

Sebuah album foto.

Album foto yang menunjukkan masa kecil Hana bersama Mama dan Papanya. Hana yang sedang liburan bersama. Hana ketika pertama kali masuk SD. Hana kecil yang sedang mandi. Ge beralih ke album berikutnya dan menumpuk album yang telah ia lihat di sampingnya. Setelah tiga album, Ge mulai menyadari ada yang hilang dari foto-foto tersebut. Mama Hana.

Ge melirik ke samping. Masih ada beberapa album tebal walaupun mama Hana telah menghilang. Ge segera membuka album berikutnya. Di sanalah album foto tersebut menjadi aneh.

Tidak ada foto bersama lagi. Hanya ada foto Hana yang semakin lama semakin dewasa dengan mengenakan baju yang sama dengan baju mamanya dalam foto yang diletakkan di samping foto Hana. Begitu terus hingga album foto terakhir.

Ge merasakan keanehan dari semua foto tersebut. Ketika Ge berbalik dan hendak pergi, saat itulah Ge melihat sebuah pintu berwarna hijau di hadapannya. Sesuatu yang luput ia sadari sedari tadi.

Ge menelan ludah, memberanikan diri membuka pintu tersebut. Ge melongo melihat isinya. Sebuah ruangan dengan luas yang hampir setara dengan halaman belakang rumah Hana.

Ge mamasuki ruangan tersebut. Di depannya, terdapat sebuah komputer dengan tiga layar besar seperti yang biasa digunakan oleh editor film. Ketika Ge menoleh ke kiri, terdapat sebuah lemari besar, lebih besar dari lemari manapun yang ada di rumah Hana. Lemari tersebut penuh dengan baju yang dikenakan Hana dan mamanya pada album foto yang telah Ge lihat sebelumnya. Sementara itu, di sebelah kanan terdapat ranjang rumah sakit dan alat operasi yang ditaruh di samping ranjang.

Ge melangkah gontai, menghampiri komputer yang ada di hadapannya. Komputer itu masih menyala, hanya saja layarnya dimatikan. Ge menyalakan layar dan mendapati sesuatu yang mencengangkan.

Layar menunjukkan aplikasi pengedit video yang telah selesai melakukan rendering. Ge kemudian memainkan video tersebut.

Video tersebut merupakan video penyiksaan seorang perempuan yang diikat di kursi. Seluruh tubuhnya penuh darah. Namun, bagian kepalanya yang paling parah. Beberapa saat kemudian, kepala perempuan tersebut dipukul berkali-kali oleh seseorang yang memegang kamera hingga hancur berantakan tanpa sempat meminta pertolongan.

Ge terjatuh, tidak percaya akan apa yang baru saja dia lihat.

HANA

Akhirnya kamu tahu tempat ini Ge.

Ge menoleh ke belakang. Pintu ruangan telah tertutup dan di sanalah Hana berada. Ia berjalan mendekati Ge perlahan. Hana mengulurkan tangan kepada Ge, namun Ge justru menjauh.

GE

Jangan mendekat.

Hana menatap Ge yang berusaha berdiri. Ge mendekati pintu keluar. Namun, pintu tidak dapat terbuka.

HANA

Kamu cari ini?

Hana mengeluarkan kunci dari saku piyamanya. Ge yang melihat itu langsung kalap. Dia berlari menerjang Hana, berusaha merebut kunci tersebut. Namun, sebuah sapuan ringan oleh kaki kanan yang dilancarkan Hana setelah menghindar dari terjangan tangan Ge, nyatanya cukup untuk menjatuhkan Ge. Hana berjongkok di depan Ge dan mendekatkan wajahnya. Ge gemetar ketakutan dan menunduk.

GE

Video itu... itu perbuatan kamu?

HANA

Ya.

GE

Kenapa?

Hana bangkit. Kali ini, dia duduk menghadap komputer.

HANA

Ini semua terjadi setelah kematian Mama.

Hana menutup video yang baru saja diputar Ge dan mencari folder lain.

GE

Kematian Mama kamu, itu bukan akhir cerita?

HANA

Kamu benar-benar berpikir kalau kematian Mama adalah akhir cerita tentang keluargaku?

Ge terdiam. Dia menyadari bahwa seluruh cerita Hana selama ini bukanlah akhir, melainkan awal dari seluruh tragedi yang ada.

HANA (CONT’D)

Kalau menurut kamu video yang barusan itu kejam, lalu bagaimana dengan yang ini?

Ge melongok ke layar komputer. Dia melihat seorang anak perempuan dan laki-laki tua. Ge pernah melihat mereka sebelumnya. Ge melihat mereka di sebuah album foto.

Tidak lama kemudian, laki-laki tersebut mulai membuka bajunya, dilanjutkan dengan celananya. Kemudian, dia membuka baju anak perempuan tersebut. Sisanya adalah neraka.

GE

(berteriak) AAAAAHHHHHHH!!!! STOP! MATIKAN VIDEONYA!

Ge menunduk, berusaha menghindar dari melihat video tersebut. Namun, Hana justru mengeraskan volume video tersebut hingga menempelkan tangan di telinga saja tidak cukup untuk membendungnya. Suara desahan dari birahi laki-laki tua itu, beradu dengan erangan kesakitan seorang anak perempuan.

Ge tidak kuat. Dia muntah. Hana akhirnya menghentikan pemutaran video tersebut.

Ge terguling lemas. Hana masih duduk di kursi di depan komputer, namun kali ini dia menghadap Ge.

HANA

Kamu percaya nggak Ge? Katanya saat dua orang saling mencintai, maka dua orang tersebut akan bertukar 80% bagian dari diri pasangannya. Sisa 20% lainnya, adalah ujian bagi mereka untuk saling menerima kekurangan masing-masing. Kamu percaya itu?

Ge tidak tahu harus berbuat apa. Seluruh tubuhnya lemas.

HANA (CONT’D)

Bagi Papa yang ingin mendapatkan segalanya, 20% itu dia temukan dari diri perempuan lain. Karena itu dia selingkuh dari Mama. Demi 20% itu. Tapi, kamu tahu apa yang terjadi setelah Mama meninggal?

Hana menurunkan posisi tubuhnya. Tatapan matanya yang jujur dan bersungguh-sungguh, tidak ia lepaskan sedikitpun dari mata Ge.

HANA (CONT’D)

Papa kehilangan 80% bagian yang melengkapi hidupnya. Bagian yang nggak pernah bisa diganti dengan perempuan mana pun.

Hana berdiri. Dia melangkah menuju lemari baju di sisi kiri Ge.

HANA (CONT’D)

Aku yakin kamu udah liat album foto yang ada di ruangan sebelah.

GE

Itu semua baju yang sama dengan yang ada di foto. Baju Mama kamu.

HANA

Ya.

Hana mengambil salah satu baju yang tergantung di lemari itu, lalu menempelkannya di tubuhnya.

HANA (CONT’D)

Cocok nggak?

Ge terdiam. Dia merasa bahwa Hana sangat cocok mengenakan pakaian itu, namun ini bukanlah saat yang tepat untuk berkomentar.

HANA (CONT’D)

Setelah kematian Mama, Papa juga jadi gila. Dia berhenti jadi dokter dan mulai mencari sosok Mama dari aku.

Hana meletakkan kembali baju itu di tempatnya semula, kemudian dilanjutkan dengan memilih-milih baju lainnya.

HANA (CONT’D)

Kalau kamu penasaran apakah Papa menemukan sosok Mama dari aku, maka jawabannya adalah iya. Aku inget hari pertama Papa memakaikan baju Mama ke aku. Papa nangis. Dia seneng banget. Tapi, sejak hari itu juga aku hidup di neraka. Di tempat ini. Selama dua belas tahun.

Hana melemparkan baju yang ada di tangannya. Nafasnya memburu, pandangannya buas. Kemarahan terpancar jelas dari wajahnya. Namun, sesaat kemudian, Hana telah berhasil mengontrol emosinya. Senyum kembali terpancar di wajah cantiknya.

HANA (CONT’D)

Sekarang, siapa yang lebih kejam menurut kamu?

Ge terdiam, tidak bisa menjawab. Keheningan melanda mereka berdua selama beberapa saat. Selama itu pula, Hana berjalan mengelilingi ruangan, lalu duduk di atas ranjang di sisi kanan ruangan.

Hana mengambil gunting operasi kecil di samping ranjang, lalu mengamatinya dengan seksama.

HANA (CONT’D)

Setelah ulang tahun ketujuh belasku yang menyedihkan, setiap hari aku memikirkan hal yang sama. Bagaimana caranya balas dendam? Apa cukup kalau aku cuma membunuh Papa? Atau aku harus bunuh juga tiap selingkuhannya? Kalau kamu jadi aku, apa yang bakal kamu lakuin?

Ge berdiri sambil berpegangan pada kursi. Namun, ia masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan menghampiri Hana.

GE

Tapi, membunuh itu salah...

HANA

Kamu juga tahu rasanya ketika keluargamu hancur karena ada orang lain yang masuk di antara kedua orangtuamu dan sekarang kamu masih mau ngomongin soal moral?

Ge terkejut mendengarnya. Ia hanya bisa diam. Sementara itu, Hana berjalan mendekati Ge.

HANA (CONT’D)

Kamu sendiri yang bilang bahwa setelah kematian orangtuamu, kamu mengemis ke siapa saja untuk hidup. Itu yang kamu dapat dari mempertahankan moralmu? Kehidupan sebagai orang yang nggak berguna?

Hana mengacungkan gunting di tangannya ke arah leher Ge, membuat Ge terduduk di kursi.

HANA (CONT’D)

Selama belasan tahun aku bertahan hidup di neraka. Selama itu juga aku belajar banyak hal mulai dari ilmu kedokteran, cara bela diri, cara bertransaksi di pasar gelap, segala cara yang aku butuhkan untuk hidup!

Gunting di tangan Hana kini telah menyentuh leher Ge.

Ekspresi wajah Hana begitu geram. Ge tahu bahwa Hana dapat membunuhnya kapan saja.

HANA (CONT’D)

Kamu paham siapa yang salah di sini? Bukan aku. Ini semua bukan salahku sama sekali. Yang salah di sini adalah mereka yang menyebabkan aku melakukan semua ini.

Pandangan mata Hana sepenuhnya tertuju pada mata Ge. Sementara itu, Ge perlahan mengangkat kaki kanannya.

HANA (CONT’D)

Sekarang balik ke pertanyaannya. Kalau kamu jadi aku, kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Pilihan mana yang akan kamu ambil?

GE

Pilihan yang ini!

Ge menendang Hana dengan kaki kanannya. Hana terjatuh. Ge berlari mendatangi Hana. Menyadari kedatangan Ge, Hana berusaha menusuk Ge dengan gunting di tangannya sembari berusaha untuk duduk. Namun Ge segera menendang tangan Hana, menyebabkan gunting di tangan Hana terjatuh.

Ge segera mengambil kunci di saku piyama Hana, lalu segera mundur beberapa langkah. Hana bangkit dan berlari ke arah Ge, namun Ge sudah lebih siap. Dia hantamkan kursi yang tadi ia duduki ke bagian samping tubuh Hana. Hana berusaha bertahan, namun dampaknya tetap terasa. Hana terhuyung. Ge melakukan serangan keduanya. Ia lemparkan kursi tersebut ke kepala Hana.

Hana jatuh, tidak bergerak lagi. Ge segera berlari ke arah pintu dan membukanya. Secepat mungkin, Ge berusaha keluar dari bunker. Namun ketika Ge menaiki tangga, Hana telah ada di belakangnya dan menarik Ge jatuh kembali ke bunker.

Hana menduduki Ge yang tengah dalam posisi tengkurap. Kedua tangan Hana memegang erat gunting dan menusukkannya ke bahu kanan Ge. Ge mengerang kesakitan.

HANA

Kamu nggak boleh pergi. Kamu nggak boleh pergi!

Hana mencabut gunting dari bahu kanan Ge, lalu menusukkannya kembali ke bahu kiri Ge. Ge berteriak kesakitan.

HANA (CONT’D)

Kamu satu-satunya yang aku punya, satu-satunya yang aku mau. Kamu nggak boleh pergi!

Ge berontak. Dia berguling ke samping, melemparkan Hana beberapa langkah darinya. Ge bangkit dan mencabut gunting di bahu kirinya. Hana juga bangkit kembali. Dia mulai menangis.

HANA (CONT’D)

Kamu satu-satunya orang yang aku cintai Ge. Cuma kamu. Jangan pergi please. Jangan pergi.

Ge berjalan ke arah tangga.

HANA (CONT’D)

GEEEEE!!!

Hana mengeluarkan pisau dari saku kanan piyamanya, lalu berlari ke arah Ge. Namun, Ge kali ini lebih sigap. Ge menjatuhkan tong kimchi di hadapannya, membuat langkah Hana terhenti. Lalu, Ge segera melompati tong tersebut dan menusuk perut Hana dengan gunting di tangannya. Pisau di tangan Hana jatuh.

HANA (CONT’D)

Kenapa? Ge... kenapa?

GE

Sejujurnya, ini bukan soal moral.

Ge mencabut gunting dari tubuh Hana. Hana ambruk di pundak Ge.

GE (CONT’D)

Tapi aku nggak pernah jatuh cinta sama kamu.

HANA

Kamu bohong... Aku udah kasih semuanya buat kamu...

GE

Alasannya sederhana.

Ge memegangi Hana dengan kedua tangannya. Mata mereka bertemu, menciptakan semacam pengertian.

GE (CONT’D)

Karena cinta itu kelemahan.

Ge mendorong Hana hingga Hana terduduk. Ge segera menaiki tangga bunker.

HANA

GE!

Ge menoleh, melihat Hana yang tengah terkapar.

HANA (CONT’D)

Kita pasti akan bertemu lagi. Pasti.

Ge tidak mengacuhkan Hana yang tergeletak dan segera berlari keluar dari bunker.

CUT TO:

SC 55. INT. HALAMAN BELAKANG - RUMAH HANA - NIGHT

Hujan deras menyambut Ge begitu dia keluar dari bunker. Ge tertawa sambil menghadap langit sebelum berlari memasuki rumah.

CUT TO:

SC 56. INT. RUMAH HANA - NIGHT

Ge mengambil seluruh barang yang menurutnya bisa dibawa. Baik barangnya sendiri maupun barang Hana. Dia juga mengambil kunci mobil Hana.

Ge keluar dari rumah itu, tidak lupa mengunci pintu. Ge segera menyalakan mobil Hana. Ketika mobil menyala, Ge bernafas lega. Tatapan matanya seolah mengisyaratkan bahwa ia telah bebas.

Ge pergi dari rumah itu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar