Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Here Comes Another Prank
Suka
Favorit
Bagikan
4. Hana

SC 17. INT. KELAB - NIGHT

Seperti sebelumnya, Ge berada di kelab bersama Alex dan teman-temannya. Tidak ada yang mengajak Ge bicara sama sekali.

Namun, Ge berbeda dari sebelumnya. Dia tidak minum, hanya menumpang duduk. Matanya mengawasi sekeliling.

Tiba-tiba Ge berdiri.

Ia berjalan ke arah bar table. Sosok belakang seorang perempuan berambut pendek menarik perhatiannya.

Ge menarik tangan perempuan itu. Sesuai dugaannya.

HANA

(terkejut) Hai Ge.

Emosi Ge memuncak. Wajahnya merah karena marah. Tapi Hana tetap menatap mata Ge dengan tenang.

GE

(setengan berteriak) Ngapain lu di sini!

HANA

Apa?

GE

(berteriak) Ngapain lu di sini!

Hana mengangkat bahu. Ia melambaikan tangan di samping telinga, pertanda ia tidak bisa mendengar ucapan Ge.

Ge melihat sekeliling, kemudian menarik paksa tangan Hana.

GE

Kita keluar.

Mereka berdua keluar dari kelab.

CUT TO:

SC 18. EXT. KELAB - TEMPAT PARKIR - NIGHT

Ge menghempaskan tangan Hana. Matanya menyiratkan kemarahan yang amat sangat.

GE

(berteriak) NGAPAIN LU DI SINI!

HANA

Minum dan makan aja. Kenapa?

GE

Jangan bohong lu anjing! Gua udah tahu dari dulu. Lu stalker gua kan?

Hana terkejut mendengarnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala.

HANA

(tepuk tangan) Wow, Ge. Wow.

GE

(terdiam)

HANA

(menatap tajam) Hebat kamu ya. Bisa-bisanya kamu menuduh aku stalker hanya gara-gara kita ketemu di tempat yang sama dua kali?

GE

Karena kita emang ga bakal ketemu kalau lu nggak ngikutin gua!

HANA

Memang kamu punya buktinya?

GE

Buktinya ada di HP lu!

Hana mengambil ponselnya yang dapat dibuka dengan sidik jari, membuka kode, lalu melemparkannya pada Ge dan balik menantangnya.

HANA

Kamu cari aja sendiri!

Ge segera mengecek galeri. Ia buka semua folder yang ada di sana.

Raut wajah Ge berubah menjadi cemas. Kali ini ia membuka media sosial Hana satu persatu.

Raut wajah Ge kini benar-benar berubah. Sepenuhnya karena ia merasa bersalah.

Hana menyilangkan tangannya di dada. Pandangannya menghakimi.

HANA

Ada?

Ge mengembalikan ponsel Hana. Tatapannya masih tidak percaya.

HANA

(menerima ponsel) Kok nggak jawab?

GE

Lu sembunyiin di mana fotonya? Atau ada HP lain kan?

Ge berusaha menggapai tas tangan Hana.

HANA

(membentak) Hei!

Hana menampar Ge keras-keras. Ge terdiam selama beberapa saat. Ia hanya bisa menunduk.

HANA (CONT’D)

Aku bener-bener muak ya sama kamu! Pertama konten prank itu. Sekarang ini. Sadar diri dong! Kamu pikir kamu siapa? Kamu nggak sadar udah bikin orang lain sakit hati?

HANA (CONT’D)

Emangnya aku nggak boleh pergi ke tempat ini? Emangnya kalau kita kebetulan ketemu kayak gini berarti aku pasti jadi stalker kamu? Terus aku bakal foto kamu tanpa izin kayak paparazzi gitu? Ngaca dong! Di sini tuh bukan aku masalahnya, tapi kamu! Dari awal pertemuan kita sampai pertemuan kita berikutnya, semua masalah tuh ada di kamu! Karena kamu membesar-besarkan kebetulan di antara kita dan menganggap itu sebagai masalah besar. Sekarang, coba pikirin lagi. Siapa yang ada dalam masalah sekarang?

Ge tertegun mendengarnya. Ia tidak menyangka akan diserang seperti itu.

HANA (CONT’D)

Sekarang, kalau aku bawa kamu ke kantor polisi dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual gimana? CCTV bisa jadi bukti dan bartender bisa jadi saksi. Kira-kira kamu bisa apa? Bikin klarifikasi?

GE

(marah) Oke, oke. Sori!

HANA

Kamu kira minta maaf doang bisa bikin masalahnya selesai gitu?

GE

Mau lu tuh apa sih?

HANA

Aku udah pernah bilang apa mauku ke kamu sebelumnya.

Hana mengulurkan tangan pada Ge.

HANA (CONT’D)

HP.

GE

Buat apa?

HANA

Maafin kamu!

Ge memberikan ponselnya. Hana melihat nomor Ge dan menghubungi lewat ponselnya sendiri.

HANA (CONT’D)

Jadi ini nomer kamu yang asli.

Hana pun mengembalikan ponsel Ge, lalu mengiriminya pesan.

HANA (CONT’D)

Aku nggak bakal bawa temen buat bikin konten kok, jadi dateng aja.

Hana kembali ke dalam kelab, meninggalkan Ge di tempat parkir sendirian.

Sementara itu, dari arah kelab, ada sosok yang memerhatikan mereka berdua.

CUT TO:

SC 19. INT. KAFE DI ATAS BUKIT - NOON

Di sebuah kafe di atas bukit, Hana menunggu Ge di kursi dekat jendela. Waktu menunjukkan pukul 11.25 tetapi Ge masih belum datang. Hana hanya bisa menghela nafas dan melihat keluar jendela, ke arah kebun teh.

Suara langkah kaki mendekati meja Hana dan tiba-tiba saja pemilik langkah tersebut duduk di hadapan Hana.

Hana melihat orang tersebut dan senyumnya merekah bagai bunga di musim semi.

HANA

Hei.

Ge hanya duduk diam dan memandang tajam Hana. Raut mukanya menunjukkan bahwa ia tidak sedang dalam suasana hati yang baik.

HANA (CONT’D)

Kukira kamu nggak bakal dateng.

GE

Tadi memang niatnya begitu.

HANA

Terus kenapa dateng?

GE

Karena aku nggak tau apa yang akan kamu lakukan kalau aku nggak dateng.

Hana dan Ge saling menatap. Seperti ketika berada di rumah Hana, mereka coba saling membaca satu sama lain.

HANA

Kayaknya kamu bener-bener nggak percaya ya sama aku.

GE

Gimana bisa aku percaya sama cewek aneh yang ngomong suka ke cowok yang bahkan belum dikenal?

HANA

Kenapa nggak bisa?

GE

Kamu punya motif lain.

HANA

Sama sekali nggak ada.

(membuka daftar menu)

Aku cuma penganut cinta pada pandangan pertama aja.

GE

Konyol.

HANA

Kalau kamu nggak percaya ya nggak apa-apa.

GE

Jadi apa sebenarnya tujuan kamu?

HANA

Supaya kamu juga suka sama aku, sama seperti aku suka kamu.

GE

Kamu pikir...

HANA

(mengangkat tangan, memotong ucapan Ge) Mas!

Hana memanggil pelayan dan memesan makanan yang sudah dia pilih. Sementara itu, Ge hanya diam memerhatikan.

Hana melirik Ge.

HANA (CONT’D)

Kamu nggak pesan?

Ge tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya diam dan membuka daftar menu.

Dahi Ge mengernyit melihat harganya.

Hana menyadari itu.

HANA (CONT’D)

Hari ini biar aku yang bayar.

Perhatian Ge kini ada pada Hana.

HANA (CONT’D)

Kamu udah jauh-jauh kemari pakai transportasi umum, masa nggak makan apa-apa? Pesan aja.

Ge pun memesan makanan yang paling murah.

HANA (CONT’D)

Nggak mau yang lain juga?

GE

Nggak perlu.

Pelayan tersebut pun pergi membawa pesanan mereka.

HANA

Sekarang, biar aku tegaskan satu hal sama kamu.

Ge tampak tak acuh. Ia membuang muka dan melihat keluar jendela.

HANA (CONT’D)

(menarik nafas dalam) Aku paham kamu curiga sama aku karena perkataanku itu. Tapi kamu juga harus paham kalau keberadaan kamu di sini sekarang juga murni karena kesalahan kamu.

Pandangan Ge kembali pada Hana. Ia naik darah mendengarnya.

HANA (CONT’D)

Kamu nggak suka kan mendengar itu dari mulutku. Sama seperti aku nggak suka mendengar semua tuduhanmu tentang aku. Kita udah jauh-jauh kemari. Karena itu, jangan pernah kita bahas lagi soal itu. Ayo kita nikmati saja waktu kita disini.

Ge sadar bahwa hari ini dia tidak akan lepas dari Hana.

GE

(menghela nafas panjang) Emangnya apa aja yang mau kamu lakuin hari ini?

Hana tersenyum.

CUT TO:

SC 20. EXT. KEBUN BUNGA MATAHARI - NOON

Hana berlari ke tengah-tengah kebun bunga matahari. Ge mengikuti di belakangnya.

HANA

Ge, sini!

GE

(terengah-engah) Tunggu bentar dong.

HANA

Cepetan fotoin. Mumpung cahayanya lagi bagus nih.

Hana memberikan ponselnya pada Ge. Kemudian ia berpose di samping bunga matahari.

Ge mengambil foto Hana. Namun, ia masih penasaran akan sesuatu.

Hana kembali berpose. Namun, Ge malah membuka galeri foto ponsel Hana. Berapa kali pun Ge mencari, dia tetap tidak menemukan foto dirinya.

HANA

Gimana, bagus? Mau lihat dong?

GE

(sadar) Sori, masih kusetting. Ulang lagi aja ya.

Hana manyun, tetapi tak menolak untuk kembali berpose. Ge mengambil foto. Kecurigaannya perlahan hilang.

CUT TO:

SC 21. EXT. PINGGIR KEBUN MATAHARI - NOON

Ge duduk menghadap kebun. Dari belakang, Hana membawa air mineral dingin untuk mereka berdua.

HANA

(menepuk pundak Ge dengan minuman) Nih.

GE

(menerima minum) Makasih.

Hana duduk di samping Ge. Mereka berdua minum.

HANA

(menutup botol) Kamu belum pernah ke sini kan?

GE

Nggak.

HANA

Ini tempat favorit aku dulu kalau liburan.

GE

Oohh.

HANA

Sebenernya bukan aku sih yang awalnya suka tempat ini.

Posisi Ge turun dari duduk jadi tiduran di samping Hana.

HANA (CONT’D)

Mama dulu suka banget ke sini. Bunga matahari itu cantik kan? Dan tinggi. Warnanya juga kuning cerah, bikin dia kelihatan selalu ceria. Makanya mama kasih aku nama Hana Eliana. Supaya aku jadi perempuan yang cantik dan selalu ceria. Sayangnya aku nggak jadi tinggi sih. (tertawa kecil)

GE

(memejamkan mata) Kalau gitu kenapa kamu nggak ke sini sama mama kamu aja?

HANA

Karena sudah nggak bisa.

Ge tertegun mendengarnya. Ia sedikit membuka mata, melihatHana.

Hembusan angin menyibakkan rambut pendek Hana. Hana mengambil karet rambut dan mengikat rambutnya. Saat itu, Ge melihat kecantikan Hana sepenuhnya. Ge yang merasa malu, memalingkan mukanya.

GE

Habis ini kita kemana?

Hana melihat Ge yang sedang tiduran.

CUT TO:

SC 22. EXT. PASAR MALAM - EVENING

Hana dan Ge berjalan menyusuri pasar malam. Sepanjang jalan, berjajar stan-stan makanan.

GE

Nggak nyangka di bukit gini ada pasar malam juga.

HANA

Kaget kan?

GE

Kenapa kamu mau ke sini?

HANA

Tiap hari minggu di bukit ini selalu ada pasar malam sama kembang api. Kadang-kadang ada konser juga di tempat paralayang.

GE

Jadi, kamu mau nonton kembang api?

HANA

Ya.

Ge melihat stan cumi bakar dan mendekat. Hana mengikuti Ge.

GE

Mang, cumi satu.

MAMANG CUMI

Siap.

Hana hanya diam di samping Ge, melihat penjual tersebut mulai menyiapkan cumi.

GE

Nggak pesen?

HANA

(tersenyum, menggeleng) Nggak.

GE

Enak lho cumi.

HANA

Iya sih.

GE

Jangan bilang kamu nggak makan makanan pinggir jalan?

HANA

(menatap mata Ge) Gitu deh.

Ge menggeleng tidak percaya.

GE

Mang, pesen satu lagi.

HANA

Lho?

GE

Aku traktir.

HANA

Kan aku...

GE

(memotong) Ya kali kita nonton kembang api nggak makan atau minum apapun.

HANA

Aku bawa minum kok.

GE

Tapi nggak bawa makan kan?

Ge mengalihkan pandangannya ke cumi bakar. Sementara itu, Hana terpatung melihat Ge.

CUT TO:

SC 23. EXT. BUKIT PARALAYANG - NIGHT

Hana dan Ge, yang membawa makanan, duduk di pinggir bukit. Ada cukup banyak orang di sekeliling mereka. Mereka semua menanti kembang api mulai dinyalakan.

Ge membuka bungkus cumi bakar yang telah dibeli sebelumnya.

GE

(memberikan cumi ke Hana) Nih.

HANA

(ragu-ragu mengambil) Eeh...

GE

Ambil aja cepetan.

Hana mengambil cumi bakar itu dari tangan Ge. Ge kali ini beralih pada cumi bakar miliknya.

Ge mulai makan cumi bakar. Tapi Hana masih diam melihat Ge.

GE (CONT’D)

Udah makan aja kenapa sih?

HANA

Bukannya nggak mau sih, tapi aku udah lama nggak makan makanan pinggir jalan.

GE

Kenapa emang? Dilarang sama orangtuamu?

HANA

(mengangguk)

GE

Biar aku kasih tahu satu rahasia ya.

HANA

Apa?

GE

Selama ini ketika kamu mau nyari makanan enak, apa kamu selalu pergi ke restoran atau semacamnya?

HANA

Kadang juga bikin sendiri sih.

GE

Itu masalahannya.

(menunjuk Hana dengan tusuk cumi)

Ketika kamu mau makan makanan enak, kamu justru harus cari makanan yang dijual di pinggir jalan atau di stan-stan pasar malam kayak gini. (menggigit cumi)

HANA

Kenapa gitu?

GE

(menelan cumi) Kalau orangtuamu yang melarang makan di pinggir jalan, lalu pergi ke restoran atau bikin makanan sendiri, aku yakin yang kamu cari tuh bukan enaknya makan, tapi kebersihannya. Bener sih rasanya enak dan penampilannya menarik. Dan bersih lagi. Tapi, kamu harus bayar mahal untuk itu.

GE (CONT’D)

Sedangkan, ketika kamu makan di pinggir jalan atau di pasar malam kayak gini, ketika kamu cuma bisa memperhatikan dan merasakan makanan yang ada di hadapan kamu tanpa pertimbangan lain, saat itu juga rasa sesungguhnya dari makanan itu keluar. Makanan-makanan ini tuh hidden gem. Ketika kamu flop, nggak masalah juga. Toh, harganya murah. Ketika rasanya enak dan kamu suka, maka nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Hana tersenyum mendengarnya. Ia melihat cumi bakar di tangannya.

Ge memegang tangan Hana dan menyodorkan cumi tersebut ke depan mulut Hana. Hana terkejut akan itu.

GE (CONT’D)

Buka mulut kamu.

Hana membuka mulut. Cumi bakar itu kini telah ada di dalamnya.

Hana mengunyah makanan itu perlahan. Ge memandangi Hana. Tidak sabar untuk tahu reaksinya.

Mata Hana terbelalak. Bibirnya tersenyum ceria. Ge puas melihatnya.

GE (CONT’D)

Enak?

Hana mengangguk. Ia melanjutkan makan. Begitu pula Ge.

Tidak lama, kembang api pertama meledak di angkasa. Hana dan Ge ternganga melihatnya.

GE (CONT’D)

Gokil.

HANA

Iya.

Kembang api berlangsung selama bermenit-menit hingga akhirnya selesai.

HANA (CONT’D)

Kembang api itu indah, tapi juga kasihan...

GE

(melihat Hana) Kenapa kasihan?

HANA

Sekali berarti sesudah itu mati. Seindah dan sebesar apapun dia, pada akhirnya dia akan hilang dalam beberapa detik.

GE

Jadi maksudnya?

HANA

(menatap Ge) Sama seperti manusia kan?

Ge sedikit tersentak ke belakang. Ia terkejut oleh Hana.

HANA (CONT’D)

Mereka sama-sama berasal dari bawah, lalu mereka akan tumbuh setinggi-tingginya. Naik. Sampai pada akhirnya mereka sampai di puncak kecantikan mereka dan ledakannya membuat semua orang jatuh cinta. Tapi, masa itu berlangsung sangat singkat. Tanpa disadari, kecantikan itu akan menghilang dalam sekejap. Kasihan kan?

Ge tidak menjawan. Matanya tersedot oleh mata Hana. Perhatiannya sepenuhnya tertuju ke sana.

HANA (CONT’D)

Karena itu, kadang aku merasa kalau orang yang menyukai seseorang hanya karena wajah itu orang yang sangat dangkal. Dalam sekejap, mereka akan kehilangan kecantikan yang sangat mereka cintai itu. Benar kan?

GE

Bukannya itu berbeda dengan teori cinta pandangan pertama yang kamu percaya?

HANA

Benar. Mungkin aku memang orang yang dangkal seperti kataku barusan. Tapi, aku sekarang yakin kalau aku nggak sedangkal itu.

Hana menyandarkan kepalanya di bahu Ge.

HANA (CONT’D)

Karena sekarang aku yakin kalau aku suka sama kamu karena hatimu. Aku nggak tau soal konten atau kecurigaan kamu sebelumnya, tapi aku yakin kalau jauh di lubuk hatimu kamu orang yang baik.

GE

Kamu bilang begini karena aku beliin kamu cumi bakar?

HANA

Bukan.

Hana menyelipkan tangannya ke tangan Ge. Anehnya, walaupun terkejut, Ge tidak bisa bereaksi apapun.

HANA (CONT’D)

Karena kamu pasti nggak akan mendorong aku buat menjauh.

Tepat setelah perkataan Hana itu, kembang api gelombang kedua diluncurkan. Masih bersandar pada Ge, namun mata Hana telah kembali tertuju pada kembang api di seberang bukit.

Tetapi Ge tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Hana.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar